Memori Cinta Antara Aku Dan Dia

Oleh : Alvi Rizka Aldyza

Mengintip memori masa lalu begitu menyenangkan. Menelusuri setiap celah kenangan pahit-manis, menyendiri dalam kegelapan malam. Leluasa dalam ingatan, tak mampu kupungkiri untuk kembali mengingat masa lalu. Seakan berputarnya waktu oleh sebuah mesin. Hembusan angin sejuk yang menyegarkan seiring dengan hembusan nafasku, harumnya bunga sedap malam dan pekatnya awan di langit berserakan bintang membayang di kornea mataku.   Sejenak… kuintip dia…

Ia begitu dimuliakan. Sangat mulia. Perjuangannya menggiringku ke dunia ini begitu berat, mempertaruhkan nyawanya sendiri. Celotehan nakal dari bibirku menjadi sebuah kebahagiaan baru baginya. Belaian lembut jari-jari tangannya selalu menghiasi warna-warni hidupku. Tantangan dunia yang fana tak membuatnya rapuh, meski terkadang hanya sepenggal asa dalam jiwanya untuk bertahan.

Taman Firdaus yang dijanjikan di bawah telapak kakinya, menjadikanku tetap di naungannya, menuruti apa pun yang dituturkannya dan mencintainya dengan tulus. Seulas senyum yang ikhlas bak bulan sabit yang menemani bintang dan menghiasi malam, terkadang membuatku heran dan mematung. Seolah terlupakan seluruh beban yang dipikulnya saat itu.

Pengorbanannya demi diriku begitu berharga, tak sepadan dengan emas manapun di dunia ini. Sebab, pengorbanan pertanda cinta. Cintanya berasal dari hati. Cinta yang dikemas dengan kasih sayang, bermahkotakan pengorbanan jiwa dan raga, mengarungi samudera kehidupan.

Aku selalu menopang hidup padanya dan ia pun selalu bersedia untuk menjadi penopangku. Bagaikan menyeberangi lautan api atau melawan hembusan dahsyatnya angin topan, ia tak peduli dan rela melakukan apa pun demi diriku. Bahkan, dengan kondisi tubuhnya yang tidak bugar seperti biasanya. Subhanallah…

Siapa lagi?? Seseorang di dunia ini yang sama seperti dirinya?

Jalinan suci bertabur bunga-bunga cinta dipersembahkan untukku. Lembut nan sejuk tutur katanya menghipnotisku untuk tetap mencintai dan menyayanginya. Pancaran matanya yang berbinar membuatku berkata dalam hati bahwa aku harus membuatnya bangga.

Kenangmu di dalam doaku, tak mampu kutuliskan aksara demi aksara. Doa anak shalehah kepada orang tuanya yang tiada putus pahalanya hingga akhir hayat. Doa penuh harap dan berulang-ulang dalam setiap selesai bermunajat dengan-Nya, jika Allah berkehendak memanggil salah seorang dari keluargaku, maka janganlah Engkau panggil dirinya. Namun,  panggillah aku terlebih dahulu. Karena tanpa dirinya hidupku tiada arti. Tak sanggup jika aku melihat matanya terpejam untuk selamanya.

Siapa lagi?? Jika bukan…… Ummiku sayang…

Ummi yang tiada duanya…

Ummi sejati yang tak tergantikan…

Ummiku tercinta…

Ummi…

I Love You Forever !! J

(oohh… Bunda.. ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku…)