Pergantian Tahun, Kemeriahan dan Harapan

Hujan mengguyur Banda Aceh sejak sore, di penghujung 2013 itu. Meski nuansa sejuk, ribuan masyarakat tetap memadati jalanan, menyesakkan persimpangan jalan sekitar Simpang Limoeng.malam tahun baru

Selepas Isya, pengendara makin ramai. Ruas jalan Daud Beureueh menuju pusat kota dipadati lalu-lalang kendaraan yang semakin membludak. Padahal  tahun 2013 masih menyisakan seperempat malam.

Anis misalnya, sejak pukul sembilan, ia bersama teman temannya khusus ke Simpang Limoeng, hanya untuk merasakan malam tahun baru bersama ribuan masyarakat lainnya meski tak menggunakan mercon. “Gak ada, Cuma liat-liat aja,” kata mahasiswa Fakultas Hukum Unsyiah itu.

Ketika jam menunjukkan pukul 23.30 WIB, pengendara mobil dan sepeda motor semakin membludak dan memadati jalanan. Muda-mudi pengguna sepeda motor makin erat memeluk pasangannya. Cuaca semakin sejuk. Bulir hujan tumpah bertambah banyak di tanah Banda. Akibatnya, pihak keamanan semakin sibuk mengatasi lalu lintas dan kepadatan masyarakat yang menyesakkan pusat kota.

“Duummmm, Tasss,” sebuah suara keras dari langit mengejutkan semua orang yang memadati kawasan itu. Sorak sorai pengendara dan masyarakat ikut membuat suasana saat itu meriah. Suara itu berulang hingga delapan kali.

Wakil Walikota, Illiza Sa`aduddin Djamal yang saat itu melihat langsung percikan kembang api itu dari jembatan Pante Pirak, menugaskan pihak pihak keamanan untuk mengamankan si pembakar mercon.

“Tolong diamankan itu,” kata Illiza.

Suasana malam itu tiba-tiba berubah mencekam. Puluhan Polisi Pamong Praja dan polisi syariat berlari diantara kemacetan total di kawasan itu. semuanya mengejar pelaku yang berada di depan salah satu rumah makan siap saji asal amerika.

Seorang pria yang menggunakan baju biru dan celana jeans, diamankan. Tangannya dipegang erat dari belakang oleh petugas. Sorakan masyarakat yang menyaksikan hal itu terdengar membahana. Bahkan ada ejekan di sela-selanya. “Ka toet lom-Kau bakar lagi,” kata seorang pemuda.

Pria bernama Indra Saputra Siregar itu, kemudian dibawa ke markas Polisi Pamong Praja Kota Banda Aceh untuk diamankan.

Malam itu satu kejadian seakan mengubah suasana menjadi tak karuan. Tapi itu hanya sesaat. Kebahagiaan tetap menyeruak di pusat kota Serambi Mekkah menjelang pagi.

“Harapannya semoga di tahun 2014, segala sesuatu bisa lebih baik dari tahun sebelumnya,” kata wanita Anis yang saat itu memakai jilbab merah jambu itu. kepergian tahun 2013 dan hadirnya 2014 memberikan harapan baru bagi semua orang di tengah guyuran hujan yang semakin lebat.

Tahun ini memang sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Pemerintah Kota Banda Aceh terlihat lebih serius melarang perayaan malam tahun baru masehi itu. Sebanyak 120 personil  Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah kota Banda Aceh ditugaskan untuk mengamankan malam pergantian tahun. Sementara ratusan polisi dan TNI juga terlihat di seputaran Simpang Limoeng.

Pihak keamanan tersebut rencananya akan terus berada di pusat kota hingga pagi hari. Hal itu dilakukan atas arahan pemerintah kota, agar masyarakat tidak merayakan pergantian tahun dengan membakar mercon dan hura-hura.

“Kita akan tetap berada di sini hingga besok pagi,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja-–Wilayatul Hisbah, Rita Puji Astuti di sela-sela melakukan pengamanan di depan supermarket Pante Pirak Simpang Limoeng.

Wanita bertubuh bongsor itu mengatakan, pemberitahuan terhadap larangan pemerintah kota Banda Aceh terhadap perayaan malam tahun baru  sudah diumumkan di media sejak sebulan lalu. Hal itu dilakukan sebagai pembeda antara Aceh dan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Terlebih lagi keputusan ini ikut didukung oleh organisasi Islam yang ada Aceh.

“Agar Banda Aceh bisa menjadi kota Madani,” kata Rita.

Meski tak akan memberi sangsi pada siapapun yang merayakan pergantian tahun baru, pihaknya tetap berharap malam tahun baru bisa terlaksana tanpa ada percikan kembang api di langit Kutaraja.  [Rayful Mudassir | Foto: Acehkita]