Surat Cinta Untuk Ibu

Sumberpost.com – Assalamualaikum malaikatku yang tersenyum anggun, hari ini sungguh berbinar wajahmu yang memerah cantik, masih seperti kemarin kau duduk tersenyum menanti kepulangan anak-anakmu. Dari  jauh aku menyapa, kuhembus salam dalam deraian bahagia,  pagi ini senja membius cerah, katanya ibu rindu padaku. Aku menunduk menyembunyikan tangisan ingin memelukmu, betapa aku ingin kau marahi karena kenakalanku, menunggu kau panggil disaat sarapan dan makan malam tiba, memotivasi saat nilai-nilai sekolah ku yang  anjlok, kau mengelus kepalaku saat ada hal yang membuatmu bangga padaku, menunggu cerita subuhmu tuk membangunkan pagiku, menyelimutiku saat dingin malam menyapa.

Ibu… aku masih anakmu yang dulu  dan sangat merindukan peluk kasih nan hangat belaianmu, seolah ada kekuatan lebih dalam duniaku, tertata rapi jalannya cerita saat Ibu menyemangati “teruslah melangkah anakku sayang” ujarmu saat aku terjatuh. Sungguh aku insan bahagia yang terus bersyukur hadir dari rahim seorang ibu sepertimu.

Dulu Ibu pernah bilang padaku kalau aku harus sebagai sandaran, ibarat kayu, awalnya aku tak mengerti, namun detik berganti menit, haripun menyapa tahunnnya, remaja telah usiaku, akhirnya aku memaknainya, bahwa ibarat sepohon kacang, tidak akan dapat berdiri tanpa adanya penopang, hingga aku melilit pada kayu tersebut dengan hasil didikan mu yang mulia, dan aku mulai berfikir akulah sang penopang yang harus memberi panutan jua pada adik-adikku, karna Ibu bilang “jika penopang (kayu) itu lurus, maka sang kacang kecil akan tumbuh dewasa mengikuti kayu itu,” dalam kata yang kau suguhkan banyak teka-teki hidup yang kau siratkan.

Terkadang aku kesal ketika cerewetmu terus membuat bising telingaku, aku suka bilang Ibu tak sebaik Ayah, saat Ibu ingin diperhatikan aku acuh tak acuh dan ketika sewaktu kau mengoceh membanding-bandingkan aku dengan orang lain aku juga ikut marah-marah, tapi jauh dalam tatapan matamu aku tahu Ibu tak ingin membuatku malu, ibu hanya ingin memberi contoh kebaikan padaku, anakmu yang keras kepala ini tekadang tuli dengan rayuanmu, pura-pura buta saat melihat ibu yang butuh bantuan, kadang langsung pergi tanpa berpamitan, karna berfikir ingin bebas, padahal Ibu tak pernah mengekang anakanya jika anaknya tak nakal, bebas itu adalah saat melihat Ibu terdiam dan bilang “kamu pasti bisa, kejarlah semua impimu, Ibu dibelakangmu.”

Sekarang saat jauh darimu, aku terngiang malu, malu bilang sayang padamu karna tak ada hal yang membuktikannya, namun aku terus berusaha agar nasihat Ibu tak pernah sia-sia, karna memilikimu adalah anugrah terindah yang diberikan Allah Swt. Jika Ibu dapat menghidupi 10 orang anak, maka belum tentu 10 anak tersebut sanggup menghidupi seorang Ibu.

Mendengar suaramu lewat handpone dari kejauhan, seakan mengembalikan masa kanak-kanakku, ingin rasanya aku bercerita “Ibu hari ini aku penat,” dan ingin bertanya setiap detik “Ibu apakah aku cantik,” masih teringat jua saat kau terus memujiku hingga angin lewatpun iri, kau bilang dimatamu kami terlihat sempurna, cantik, tampan, pintar dan sholeh serta sholeha, karna kami anak-anakmu yang bangga kau miliki dan kami terus tumbuh sampai senja melihat kerutnya dahimu, tua membelaimu. Surat cinta dari anakmu yang ingin memeluk mesra dari kejauhan.. uhibbu umi..

 Oleh April Apriani

Penulis adalah mahasiswa UIN Ar-Raniry Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kimia Semester I, kelahiran Takengon, 21-4-1997.