E-Parking, Manfaat atau Mudharat ?

Bagi anda mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh (khususnya yang memiliki kendaraan bermotor), sudahkah Anda update perkembangan terbaru dikampus jantong hatee rakyat Aceh itu? Jangan terkejut dengan benda-benda canggih yang Anda temui di setiap jalan masuk UIN Ar-Raniry.

Peralatan khusus di pasang sebagai alat pencatat (scanning) kendaraan keluar masuk perkarangan kampus UIN, orang menyebutnya dengan istilah modern, yaitu e-parking. Lazimnya, e-parking yang digunakan oleh pihak keamanan hotel dan pusat perbelanjaan mampu bekerja efektif dan bisa menjaga keamanan kendaraan setiap pengunjung.

Bagaimana Jika di Terapkan di UIN? Jika menilik kepada maksud diterapkannya e-parking adalah untuk menjaga keamanan kendaraan mahasiswa dari maraknya pencurian, maka patut di dukung semua pihak. Mengingat angka pencurian yang semakin meningkat.

Namun, ada baiknya jauh sebelum resmi menerapkan e-parking berbayar tersebut, pihak penyelenggara harus mengadakan musyawarah dan tukar pendapat untuk melihat indikator-indikator yang akan terjadi dalam penerapan sistem moderen itu.

Seberapa besar manfaat dan adakah munculnya mudharat dalam pelaksanaanya, inilah yang wajib di kaji dengan baik diterapkan.

Dengan jumlah mahasiswa aktif UIN saat ini yang mencapai 15 ribu mahasiswa lebih, perubahan sistem parkir juga akan lebih terasa heboh dari pada isu beasiswa atau lainnya. Apalagi, dari sekian banyak mahasisawa UIN yang aktif,  hampir semuanya sudah memiliki kendaraan bermotor.

Jika dilihat sistem e-parking yang diterapkan hotel dan gedung pusat perbelanjaan, sistem akan berjalan lancar karena setiap kendaraan yang keluar masuk gedung tidak secara serentak.

Lain halnya di kampus, setiap harinya ada ribuan mahasiswa yang harus keluar masuk dalam waktu hampir bersamaan. Ditambah lagi dengan ratusan dosen yang juga ikut mengajar pada jam yang sama.

Bisa Anda bayangkan? Suasana macet seperti yang kerap terjadi di kota-kota besar akan kita jumpai di UIN Ar-Raniry.

Selain kemacetan, polemik mengenai penerapan e-parking lain adalah sistem pembayarannya. Ini juga menjadi hal yang wajib di kaji dengan bijaksana oleh pimpinan kampus, perwakilan mahasiswa, dan juga pihak penyelenggara.

Mengingat mahasiswa telah banyak mengeluarkan biaya untuk keperluan kuliah seperti SPP, biaya kehidupan sehari-hari, bahan kuliah, buku dan lain-lain.

Beredar banyak pendapat, kalau sistem e-parking tidak lagi berpihak pada ekonomi mahasiswa. Mahasiswa wajib membayar sejumlah iuran  yang telah di tetapkan. Namun, yang menjadi permasalahan besar adalah ada ketentuan lain yang sangat merugikan pemilik kendaraan, yaitu di jelaskan bahwa setiap kerusakan dan kehilangan kendaraan tidak ditanggung oleh pihak penyelenggara e-parking.

Solusi Yang Tepat Bagaimana? Boleh dikatakan musyawarah yang berlanjut  dari pihak rektorat dengan ketua-ketua lembaga mahasiswa akan melahirkan solusi dari permasalahan ini.

Musyawarah mengarah pada pencarian solusi yang tepat bagaimana caranya kampus aman dari pencurian, sistem parkir di tingkatkan dan mahasiswa sendiri tidak merasa diberatkan dengan kutipan-kutipan iuran.

Kita sangat yakin dengan niat baik dari kalangan-kalangan  aktifis mahasiswa untuk musyawarah dan tukar pendapat dengan pimpinan. Ini bukan lagi zaman dimana botol minuman, asap dari ban yang dibakar, dan peralatan aksi demo lainnya yang bersuara.

Tidak cukup hanya dengan aksi tunggal dari pimpinan. Dibalik itu harus ada support positif dari  mahasiswa sendiri agar cita-cita yang harapkan bisa terwujud.

Penulis bernama Irfan Siddiq, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, angkatan 2011.