Impian Pahlawanku

Indonesia saat ini bisa dikatakan sedang mengalami krisis. Baik krisis ekonomi, moral, keadilan, dan yang paling parah adalah krisis ideologi serta hukum. Kemajuan saat ini hanya dirasakan oleh para penguasa, terutama dibidang ekonomi dari asing. Kemajuan seperti ini bukanlah cita-cita yang diimpikan para pahlawan.

Cita-cita bangsa Indonesia cukup jelas tertuang pada Undang-Undang Dasar 1945, mulai dari alinea pertama hingga alinea terakhir. Cita-cita yang pertama kali diimpikan oleh bangsa ini adalah kemerdekaan, yaitu kemerdekaan dalam segala bentuk penjajahan hingga terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kenyataannya, bangsa kita masih dijajah oleh pihak asing. Keadilan negeri ini sungguh terasa pahit oleh rakyat. Keadilan tidak lagi menyentuh kepada masyarakat berekonomi rendah.

Disamping itu, perusahaan asing yang berdiri diatas tanah Indonesia, telah mengorek hasil bumi dari tanah kita. Sebut saja minyak mentah, gas alam, perkebunan sawit, karet, tambang, hingga air yang menjadi sumber kehidupan.

Pemerintah dengan mudah mengajak pihak asing masuk dan bekerjasama. Mereka tidak menyadari, hal itu berefek pada rakyat, seperti menghisap darah rakyat. Presiden hingga kepala kampung sangat mudah ditaklukan pihak asing. Hanya dengan beberapa dolar pihak asing dengan mudah masuk dan menguasai tanah.

Pemberontakan terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, menuntut keadilan, karena para pemimpin telah melecehkan rakyat di negeri ini.

Sungguh, pancasila merupakan ideologi dari bangsa Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kumpulan cita-cta yang sangat mulia bagi negara ini, karena tidak semua bangsa memiliki cita-cita seperti yang dimiliki oleh bangsa kita.

Kepada para pemimpin terutama yang duduk pada pemerintahan, cobalah untuk sadarkan diri. Indonesia negeri yang kaya akan sumber daya alamnya, dan potensi dari sumber daya manusianya juga mulai memadai.

Jangan takut bila pihak asing mengancam dengan mengembargo atau menstop barang mereka ke Indonesia. Sesungguhnya mereka lebih takut bila kita memberhentikan pengambilan serta menyetop pengiriman bahan-bahan mentah dari Indonesia.

Marilah kita untuk bangkit dengan mengolah sendiri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Jangan mau terbuai dengan iming-iming yang tidak jelas, apalagi sampai mengorbankan rakyat.

Wahai pemimpinku, sesungguhnya rakyatmu merindukan kebijaksanaanmu.

Penulis bernama Mhd. Saifullah. Lahir di Medan pada 1 Mei 1991. Mahasiswa Prodi Sejarah FKIP Unsyiah. Bisa dihubungi melalui email: muhammad.saifullah412@gmail.com, twitter: Muhammad Saifullah (Say IFull).

ilustrasi: internet