Miris, Kekerasan Anak Marak Terjadi

Akhir 2015 lalu Provinsi Aceh marak terjadi kekerasan terhadap anak. Anak-anak banyak menjadi incaran para pelaku yang ingin melancarkan aksinya, dari mulai kekerasan fisik sampai pelecehan seksual. Pelaku juga tak segan-segan menghabisi nyawa anak tersebut apabila ia melawan.

Ada beberapa kasus, dimulai dari pengeroyokan seorang pelajar oleh teman-teman sekolahnya hingga merenggut nyawa, kisah bocah yang dibakar tetangganya, bocah SD melahirkan akibat di perkosa, bocah SD yang digilir empat pria, dan seorang ayah mencekik anaknya yang masih duduk di Sekolah Dasar.

Di awal 2016 ini juga terdapat kasus kekerasan anak di Jakarta. Seorang anak dipukuli oleh marinir. Sungguh disayangkan ketika anak dianiaya sampai babak belur, kekerasan terhadap anak di Indonesia ini sudah sangat mengekhawatirkan.

Anak-anak seharusnya mendapatkan kasih sayang, bukan menjadi korban kekerasan. Media televisi, internet, dan berbagai bentuk kecanggihan teknologi lainya, menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya kekerasan. Karena siapa saja dengan mudah mengakses tontonan mengenai kekerasan.

Kekerasan fisik yang dilakukan oleh orang dewasa disebabkan oleh beberapa factor psikis. Diantaranya, orang yang memiliki kepribadian temperamental, kasar, dan agresif. Hal lain yang menjadi pemicu kekerasan pada diri seseorang ialah tekanan psikologi, stres, masalah ekonomi, dan lain-lain.

Peran orang tua dalam memberikan edukasi mengenai seks juga berpengaruh. Anak harus diberitahu mengenai dampak dari seks, penyakit-penyakit menural, dan pengetahuan mengenai seks dari segi agama.

Keluarga harus mengetahui dengan siapa anak bergaul. Kontrol orang tua terhadap anak harus berjalan, karena banyak kekerasan yang menimpa anak juga akibat dari lemahnya kontrol orang tua.

Selain itu, pemerintah harus bersatu dalam menjaga moral bangsa. Seharusnya undang-undang mengenai kekerasan terhadap anak dan HAM lebih ditegaskan lagi, Komnas HAM dan perlindungan anak harus bekerja lebih giat bersama masyarakat dalam melindungi anak Indonesia.

Penulis bernama Mega Aprilia Zulfa, mahasiswa UIN Ar-Raniry