Bangunan di Aceh Masih Belum Tahan Gempa

Sumberpost.com | Banda Aceh – Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry menggelar Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana di aula rektorat kampus tersebut, Rabu (3/2/2016). Puluhan mahasiswa dalam pelatihan tersebut dibekali ilmu tentang kebencanaan, gempa, dan tsunami.

Peniliti sekaligus Akademisi Geofisika Unsyiah, Nazli Ismail mengatakan, Provinsi Aceh saat ini berada di daerah tektonik sehingga potensi gempa bisa datang kapan saja. Disamping itu, Aceh juga berada di daerah tropis dengan intensitas hujan yang cukup besar.

Dikatakan Nazli, Aceh berada di wilayah patahan Sumatra di zona konduksi. Jika terjadi gempa bumi melebihi tujuh skala richter di bawah laut, akan menyebabkan tsunami. Dan jika gempa bumi terjadi dengan skala richter yang kecil, dapat menyebabkan kerusakan serius.

“Sudah kita liat seperti yang terjadi pada 2004 gempa di bawah laut sehingga mengakibatkan tsunami. Kemudian di Takengon dan Tangse (Pidie) terjadi gempa di darat, meski kapasitas gempa kecil tapi kerusakan serius,” tutur Nazli.

Meski demikian, lanjut Nazli, masyarakat Aceh masih kurang memahami bencana gempa. Di Aceh Tengah, struktur bangunan masih belum tahan gempa. Selanjutnya pemukiman di wilayah kaki bukit, hal tersebut akan berakibat fatal jika terjadi gempa.

“Kalau tinggal di kaki bukit kemudian longsor, tentu dapat menyebabkan kerusakan yang cukup serius,” kata Nazli.

Struktur rumah adat Aceh yang dibangun oleh masyarakat zaman dulu, ujar Nazli, bisa mengantisipasi gempa, banjir, dan kebakaran. Namun rumah Aceh sudah mulai ditinggalkan, masyarakat sekarang lebih banyak membangun rumah menggunakan semen yang tidak tahan gempa. []

Aprizal Rachmad | foto: Humas UIN Ar-Raniry