Ini Komunitas LGBT Pertama di Aceh

Sumberpost.com | Banda Aceh – Prilaku seksual menyimpang sudah ada di Aceh sejak lama. Namun, pasca bencana tsunami menerjang Provinsi Aceh pada 2004 lalu, masyarakat yang terjerumus dalam prilaku seksual menyimpang semakin terorganisir akibat masuknya NGO asing yang membawa misi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

Pernyataan itu disampaikan Wakil Sekretaris Bidang Akidah dan Dakwah Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Muhammad Yasin Jumadi pada kegiatan sosialisasi dan pencegahan LGBT di Balai Kota, Banda Aceh, Kamis (25/2/2016).

Baca juga: Jumlah LGBT di Banda Aceh Lebih 500 Orang

Pasca tsunami, tepatnya pada 2005, kata Yasin, NGO dari Belanda bernama Hivos masuk ke Aceh dengan membawa misi LGBT. Pada tahun 2007, muncul organisasi LGBT pertama di Aceh, bernama Violet Gray. Organisasi ini didominasi oleh gay dan waria.

“Ada orang homo seksual saja sudah meresahkan, apalagi lahir organisasi LGBT,” ujar Yasin saat berbicara di depan puluhan orang dalam kegiatan itu.

Violet Gray kemudian melahirkan organisasi LGBT lainnya, yaitu komunitas waria bernama Putro Sejati Aceh dan komunitas lebian bernama LeTo yang dibentuk pada Juni 2012. Yasin berujar, komunitas LGBT di Aceh terus bergerak dan berkembang.

Ia menyatakan, Violet Gray pernah merayakan hari homo seksual di hotel Hermes Palace, Banda Aceh pada 2010. Kegiatan itu sangat tertutup, ujar Yasin. Kemudian muncul Zero V Management yang ketua organisasi tersebut juga ketua dari Violet Gray.

Selain itu pada 2010, komunitas Putro Sejati Aceh mengadakan kontes Waria di Aula RRI, Banda Aceh. Kontes itu dimenangkan oleh Zifana Lestisia alias Angga.

“Aceh hari ini darurat LGBT. Faktor yang menyebabkan penyimpangan ini karena salah asuh dari orang tua dan lingkungan,” tutur Yasin. []

Abd Hadi F | ilustrasi: internet