Kanker Sebabkan Dilarina Berhenti Sekolah

Sumberpost.com | Banda Aceh – Mengenakan baju tidur, seorang gadis belia berjalan beriringan dengan ayahnya, Sapari Rangkuti, menuju kantin Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA), Banda Aceh. Ia lalu duduk di kursi sebelah kanan Sapari. Pada lilitan menyerupai gelang di pergelangan tangan kirinya, tertulis nama Dilarina Aryanti.

Matanya kemudian fokus ke smartphone teman saya yang sengaja memutar film Ipin dan Upin. Sebuah perban menutupi pipi kanan Dilarina yang bengkak serta mata kanan yang menyembul akibat kanker fibrosarkoma yang dideritanya.

Gadis 7 tahun ini sebenarnya sedang mengecap pendidikan kelas I di salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Gampong Johar, Kecamatan Karang Batu, Kabupaten Aceh Tamiang. Baru satu semester ia sekolah, sudah tidak bisa lanjut ke semester II.

Ia terpaksa rehat dari aktivitas sekolah hingga penyakit yang dideritanya bisa terobati. Menurut Sapari, Dilarina anak yang aktif dan riang. Kendati menderita kanker, Dilarina tak tampak sedih. Ia juga tak mengeluhkan mata kanannya.

Sebelumya, tumor ganas pernah tumbuh di pipi kanan Dilarina saat ia berumur 2,5 tahun. Saat itu tumor belum besar dan lebih menyerupai bisul. Keluarga Dilarina kemudian membawanya ke puskesmas Kecamatan Karang Baru.

“Tidak ada penyakit apa-apa,” kata Sapari menirukan petugas puskesmas saat diwawancarai sumberpost.com, 10 Maret 2016.

Namun, nyeri pada bisul terus dirasa Dilarina. Orang tua lalu membawa ia ke dokter praktek di Aceh Tamiang. Oleh dokter itu, Dilarina diberikan obat bisul. Ia terus mengkonsumsi obat yang dibeli dari dokter itu selama enam bulan.

“Sekali datang ke dokter itu saya habis uang Rp. 150 ribu,” cerita Sapari.

Kendati demikian, rasa nyeri tetap tak berkurang, malah bisulnya makin membesar, dan dokter praktek pun angkat tangan. Sapari dan istrinya, Ratna Wari, kemudian membawa Dilarina ke Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang.

Hasil patologi di rumah sakit itu menyebutkan, Dilarina derita tumor ganas. Mereka kemudian merujuk Dilarina ke RSUZA, Banda Aceh untuk menjalani operasi pertamanya. Setelah operasi berhasil dilakukan, orang tua Dilarina membawanya kembali ke kampung halaman, di Desa Banai, Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang.

Empat tahun berlalu, tumor ganas kembali menggerogoti wajah Dilarina. Bisul kecil tiba-tiba tumbuh di kantung mata sebelah kanan Dilarina pada akhir 2015. Ia tak menyangka, bisul kecil itu petaka baginya, memaksa ia rehat dari aktivitas sekolah.

Dilarina kembali dirujuk ke RSUZA untuk kedua kalinya. Ia menjalani operasi kedua pada Jumat, 11 Maret 2016 pagi. Dikatakan Sapari, akan dilakukan beberapa kali operasi untuk mengangkat tumor ganas itu dari wajah anaknya, karena sudah menyebar.

Ia berharap, kondisi kesehatan Dilarina segera pulih agar anaknya bisa kembali sekolah.

Keluarga Kurang Mampu

Sapari, Ratna Wati, dan Dilarina tiba di RSUZA pada Jumat, 4 Maret 2016 untuk menjalani operasi kedua mengangkat tumor ganas fibrosarkoma dari wajah Dilarina. Keluarga ini selama enam hari kedepan tidur di koridor RSUZA lama karena tidak mempunyai kerabat atau kenalan di Banda Aceh.

Kata Sapari, mereka tidak mendapatkan kamar karena petugas kesehatan RSUZA mengatakan kamar sudah penuh. Ingin tidur di penginapan, Sapari tak punya uang. Ia sehari-hari bekerja sebagai buruh kasar di Aceh Tamiang. Sedangkan istrinya, Ratna Wati seorang ibu rumah tangga.

di Desa Banai, Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, keluarga kecil ini tidur disebuah rumah tanpa jendela dan wc, itupun bukan rumah mereka pribadi. Sapari mengaku, untuk membiayai pengobatan Dilarina, ia menjual sapi ternak satu-satunya.

Selain itu, uang tabungan hasil kerja Sapari juga tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, terlebih Sapari tidak bekerja selama di Banda Aceh. Ia selama ini menerima bantuan dana dari orang-orang dermawan.

Namun saat ini, selama Dilarina menjalani pengobatan di Banda Aceh, Childern Cancer Care Comunity (C-Four) menyatakan siap mendampingi Dilarina. Mereka juga akan tinggal di rumah singgah C-Four selama berobat di Banda Aceh.

“Mereka dari keluarga kurang mampu. Kesulitan dana untuk obati kanker. Mereka kan butuh biaya transportasi dan makan selama di Banda Aceh,” kata Ketua C-Four, Ratna Eliza. Ia juga meneruskan bantuan dana dari seorang donatur di Jakarta kepada Dilarina malam itu. []

Abd Hadi F