Pesona Alam Pucok Krueng

Sumberpost.com | Aceh Besar – Pepohonan rindang membuat suasana siang itu terasa sejuk kendati matahari sedang terik. Ditambah lagi, pesona alam indah terlihat dari air jernih yang mengenangi telaga.

Batu cadas berdindingan hingga sekitar 25 meter membentengi telaga itu. Sesekali terdengar burung mencengkram di pucuk pohon cemara di samping telaga itu. Selebihnya adalah sunyi. Itulah Pucok Krueng, yang terletak di kawasan Lhoknga, Aceh Besar.

Tempat yang memiliki keindahan panorama alam ini tersembunyi balik bebukitan yang memeluk kawasan Lhoknga. Hijaunya pepohonan membuat mata segar ketika memandang. Semua masih alami.

Berada di tempat seperti ini sungguh menentramkan jiwa. Susunan batu alam di pinggiran sungai yang menjulang hingga setinggi sekitar dua meter, menambah keindahan tempat ini.

Namun, keelokan alam Pucok Krueng terganggu dengan sampah yang berserangan di pinggir telaga. Pengunjung yang datang seperti tidak ada yang peduli. Begitu juga dengan penjaga tempat wisata ini yang tak membersihkan. Padahal untuk masuk kesana pengunjung harus merogoh kocek Rp. 10 ribu.

Fahmi salah satu pengunjung yang terpesona dengan tempat wisata ini. Ia mengatakan, Pucok Krueng sangat cocok untuk melepaskan penat. Diakuinya, di tengah kesibukan kuliah dirinya menyempatkan diri untuk bermain-main ke tempat indah ini.

“Setiap minggu saya selalu menyempatkan diri untuk mencari suasana seperti ini,” kata Fahmi yang juga mahasiswa Fakustas Tehnik Unsyiah.

Untuk menuju kesana, jika dari pusat kota Banda Aceh, anda akan menghabiskan waktu sekitar 50 menit. 30 menit akan dilalui lewat jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh, selebihnya jalan berbatu.

Namun, tiba disana semua itu lunas terbayar. Panorama alam Pucok Krueng membuat semua lelah hilang. Di sisi tebing, seutas tali nampak menggelantung. Di situ, pengunjung nampak memanfaatkannya untuk mengayun dan melombat dari ketinggian 5 meter.

Ketika kulit menyentuh air, dinginnya akan terasa hingga ke pori-pori. Suasana alam masih terlihat harmonis ketika kelelawar menampakkan dirinya keluar dari sarang.

Tempat ini sepertinya luput dari perhatian pemerintah setempat. Buktinya, sepanjang jalan menuju kesana, pengunjung harus melewati jalan bebatuan yang dapat mengancam jiwa, apalagi ketika hujan. []

Muhammad Fadhil