Mengenang Prof Safwan Idris

Sumberpost.com | Banda Aceh – Prof Safwan Idris wafat pada 16 September 2000. Mantan Rektor UIN Ar-Raniry (saat itu IAIN Ar-Raniry) tersebut ditembak oleh dua orang tak dikenal pada Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 pagi di kediamannya, di Kopelma Darussalam.

Belasan tahun sudah berlalu, berbagai kegiatan mengenang Prof Safwan Idris digelar, seperti desakan kepada kepolisian untuk menangkap pelaku, diskusi mengenang Safwan Idris, juga berdoa di makam ulama Aceh ini.

Safwan Idris dikenal sebagai sosok kharismatik, religius, dan sosok pembaharuan. Salah seorang guru besar yang juga orang dekat Prof Safwan Idris, Prof M Hasbi mengenang sosok Safwan Idris sebagai pendidik berintelektual yang sangat luar biasa.

“Saya sangat banyak mendapatkan ilmu dari beliau,” kata Prof Hasbi saat berbicara dalam diskusi publik bertajuk Mengenang 16 Tahun Kepergian Prof Safwan Idris di Aula Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry.

Di sisi lain, Prof Safwan juga dikenal sebagai ulama yang memberikan banyak kontribusi. Hal itu terbukti dengan sejumlah terobosan-terobosan yang dilakukannya dalam membangun IAIN Ar-Raniry dan Aceh pada saat itu.

Kendati ilmunya sudah tinggi, Prof Hasbi menilai Prof Safwan tidak pernah menganggap dirinya hebat.

“Silaturrahmi sangat beliau jaga, sesama alumni saling menghormati apalagi dosennya,” ucap Prof M Hasbi.

Satu tahun setelah Prof Safwan Idris meninggal, UIN Ar-Raniry menerbitkan buku Kearifan yang Terganjal berisi pemikiran-pemikiran Prof Safwan Idris dan komentar tokoh terhadap sosok ulama Aceh itu.

Menurut Dosen UIN Ar-Raniry, Aslam Nur, sosok Safwan Idris sangat dihargai ketika berkunjung ke luar daerah. Ia juga menceritakan kontribusi Safwan Idris semasa hidupnya.

“Ketika beliau menjadi ketua umum amil zakat di tahun 95 memunculkan ide baru tentang zakat. Misalnya seperti baitul zakat, krueng zakat, dan buleun sadar zakat,” cerita Aslam.

Kontribusi lainnya dari Safwan Idris ialah mengusulkan dibentuknya pesantren mahasiswa dan menggagas museum.

Prof Safwan juga menekankan toleransi. Selain itu ia selalu siap berdakwah hingga ke meunasah di pelosok desa, menyiarkan agama Islam.

Komentar lainnya dikemukakan oleh akademisi yang juga pengamat politik dan hukum dari Unsyiah, Saifuddin Bantasyam. Ia mengaku sangat mengenal Prof Safwan. Semasa hidupnya, kata Saifuddin, Prof Safwan dikenal ramah dengan semua masyarakat tanpa mengenal miskin atau kaya.

“Empat hari menjelang penembakan itu, kami pernah diskusi bersama di studio RRI Banda Aceh, dan disiarkan langsung, saya sangat mengenang masa-masa itu,” kenang Saifuddin saat diberi kesempatan berbicara disela-sela diskusi.

Saifuddin heran, sampai saat ini kasus tersebut masih berbalut misteri. Ia berharap pihak terkait mengusut pembunuhan itu. “Kita tidak tahu, semoga Allah dapat membalasnya,” harap Saifuddin.

Dalam diskusi mengenang Safwan Idris tersebut, hadir Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, dosen, LSM, ormas, pecinta sejarah, mahasiswa dan sejumlah tamu lainnya. []

M. Fadhil, Kholilurrahman | foto: internet