Guru Besar USM: Karya Agung Sulit Ditemukan di Aceh

Sumberpost.com | Banda Aceh – Guru besar Universiti Sains Malaysia (USM) Prof. Jelani Harun mengisi kuliah umum bertema Karya Agung Kesultanan Aceh Darussalam di Aula Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Kamis (20/10/2016).

Prof. Jelani Harun yang menjadi pemateri tunggal memaparkan sejumlah penemuan-penemuan Karya Agung yang muncul dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam. Diantara karya-karya tersebut yaitu Hikayat Raja Pasai dan Hikayat Perang Sabi.

Namun, kata dia, karya-karya tersebut saat ini sangat sulit ditemukan di Aceh. Tidak adanya perhatian serius dari Pemerintah Aceh merupakan salah satu penyebab hilangnya warisan budaya tersebut.

Karya-karya tersebut saat ini bisa didapatkan di negara-negara luar seperti London, Cambridge, Oxford, Leiden, Brussel, Paris, atau di Jakarta dan Riau.

“Karya agung tidak ada lagi di Aceh, di pameran-pameran manuskrip saya lihat tidak didapatkan lagi, walaupun ada itu cuma sedikit saja yaitu ecerannya,” klaim Prof. Jelani.

Berbeda dengan di Malaysia, Prof. Jelani mengakui bahwa karya-karya agung seperti naskah Melayu masih sangat banyak didapatkan. Disana, kata dia, masyarakat dan pemerintahan raja masih mengambil rujukan pada naskah-naskah tersebut.

“Di Malaysia naskah melayu masih sangat relevan dalam sistem pemerintahan raja di Malaysia masa kini. Ramai pihak yang memberi perhatian khusus terhadap manuskrip sebagai harta warisan negara termasuk dari kalangan raja-raja,” ujarnya.

Disisi lain, Prof Jalani juga sedikit memuji tentang kelebihan Aceh menurut pandangan sejarawan di Malaysia. Menurutnya, Aceh memiliki tradisi penelitian arkeologi yang kuat, dengan kewujudan banyak monumen dan artifak.

“Saya berharap sejarah lampau, kini harus dikawal sebagai bahan cagar budaya,” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Jelani mengajak mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry untuk berperan aktif dalam menjaga dan mengumpulkan naskah-naskah yang saat ini masih tersebar.

“Fakultas Adab harus menjadi peneraju dalam usaha mengumpulkan semula semua naskah-naskah atau manuskrip di Aceh terutama karya-karya besar yang dikarang oleh ulama Aceh sehingga dapat menjadi rujukan kelak bagi masyarakat dan antar bangsa,” tutupnya.

Hadir juga dalam kuliah umum ini Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Syarifuddin, Wakil Dekan I, Nasruddin, mahasiswa, dosen dan sejumlah pemerhati sejarah lainnya. []

Muhammad Fadhil