Semangat Belajar Murid SD Kandang

Sumberpost.com | Aceh Besar – Astuti dan Mujiburrahman berjalan kaki menuju Sekolah Dasar (SD) Kandang di Gampong Alue Reuyeung, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Dua murid kelas 2 itu mengenakan seragam lengkap dan topi merah-putih.

Sampai di sekolah, Mujiburrahman bergabung dengan Dollah dan dua teman lain yang sedang melihat relawan Kelas Inspirasi (KI) Pulo Aceh SD Kandang memasang spanduk. Beberapa murid perempuan yang duluan datang, terlihat membersihkan kelas. Menyapu dan merapikan kursi.

Dari fisiknya, SD Kandang terlihat modern dengan dinding semen serta paduan warna merah jambu-kuning. Lantainya juga dari keramik. Sekolah ini terlihat bersih. Setiap masuk kelas, murid melepas sepatu dan menaruh di luar kelas.

Sekira pukul 08.00 WIB, guru mata pelajaran Penjaskes SD Kandang, Ridha menekan bel lima kali, pertanda murid akan memulai kegiatan belajar. Saat KI Pulo Aceh SD Kandang berkunjung Pada Rabu, 26 Oktober 2016, dari total 56 murid di SD Kandang, dua murid tidak hadir.

Hari itu, para murid tidak belajar seperti biasanya. Mereka belajar bercita-cita dan diajak untuk berani bermimpi. Ada tiga inspirator yang berbagi pengalaman dan motivasi kepada murid SD Kandang, dua diantaranya Polisi Wanita dari Polresta Banda Aceh, Nurul Rauza Faralia dan seorang teknisi, Fahil Nur Aulia.

Mengenai cita-cita, murid SD Kandang sudah punya, kendati kebanyakan sama. Itu terlihat pada pembukaan KI Pulo Aceh SD Kandang di lapangan sekolah, saat itu 54 murid SD berkumpul. Fasilitator Pulo Aceh SD Kandang, Addina Kamila bertanya mengenai cita-cita mereka.

“Ada yang mau jadi polisi?” tanya mahasiswi yang akrab disapa Mila itu. Beberapa murid mengacungkan jari ke langit.

“Lon tentra (saya tentara),” teriak salah seorang murid di belakang. Beberapa murid laki-laki ikut angkat tangan. Juga ingin jadi tentara.

Berani Bercita-cita

Memasuki sesi inspirasi, murid-murid itu dibagi dalam tiga kelas. Murid kelas 1 dan 2 masuk di kelas 4. Murid kelas 3 dan 4 masuk di kelas 5, dan murid kelas 5 dan 6 masuk di kelas 6.

Dalam satu sesi, inspirator punya 35 menit untuk berbagi inspirasi dan mengajak murid untuk bercita-cita. Ada banyak sekali profesi di dunia ini yang bisa dicita-citakan. Tapi dominan murid SD yang terletak di pulau terluar Indonesia ini hanya menyebut tiga, yaitu polisi, tentara, dan dokter.

Kendati demikian, setelah dirangsang, mereka bisa menyebut banyak cita-cita. Misalnya ketika saya menunjuk sebuah poster bergambar planet-planet di luar angkasa yang ditempel dalam kelas 6, Muhaddisin lantas menjawab astronot. Kemudian mereka menyebut koki, penyanyi, pengusaha, atlet, pelukis, dan lainnya.

Zaki Al Akbar, ketua kelas 5 menyebut tegas pilot ketika ditanya cita-citanya. Ia tak malu kendati dikatai takut ketinggian oleh temannya. “Pokoknya pilot, nggak mau ganti,” ucap Akbar seraya tersenyum.

Diakhir sesi ketiga inspirasi, murid menuliskan cita-citanya diselembar kertas dan digantung di langit-langit kelas. Dollah, dari kelas 3 menulis ingin menjadi guru, Asmaul Husna murid kelas 5 ingin menjadi penjahit baju, mungkin seperti perancang baju. Dhurah ingin jadi polisi wanita, Hilwa Salsabila dan Suriana ingin jadi dokter,

Mirza dari kelas 1 ingin menjadi dokter, Humaira dan Astuti ingin menjadi guru. Ada juga Reza yang ingin jadi tentara, meski pada kertas cita-cita ia menulis “tenra”. Selain itu, ada Irma yang menulis ingin jadi menteri.

Fasilitator KI Pulo Aceh SD Kandang, Ryven mengaku kagum dengan seorang anak dari kelas empat, “Mantap kali bang, dia tulis presiden,” kata Ryven. Anak yang dimaksud Ryven itu menulis kata presiden dengan tulisan “perasiden.”

Semangat Belajar

Hampir semua murid SD Kandang pergi dan pulang sekolah berjalan kaki. Mereka berasal dari berbagai gampong di Pulau Nasi, seperti Alue Riyeung, Lamteng, dan Rabo.

Kepada sumberpost.com, Aris menampakkan tapak sepatunya yang hampir lepas. Ia mengatakan punya dua sepatu, namun yang satunya lagi sudah kecil untuk ukuran kakinya, sehingga tak bisa ia pakai lagi.

Karenanya, Aris tidak ikut bermain bola di aula sekolah karena tak punya alas kaki yang mendukung. Ia juga menghindari rumput basah karena air akan masuk ke sela sepatu dan membasahi kaos kakinya.

Kondisi cuaca yang sering hujan memang membuat kegiatan belajar telat dimulai. “Biasanya kalau pagi hujan mereka masuk jam 08.30,” ujar Kepala Sekolah SD Kandang, Mustafa.

Namun, hujan tak dijadikan murid sebagai alasan untuk tidak masuk sekolah. “Kami bawa mantel bg,” tutur Akbar yang menatap halaman sekolah. Rintik hujan jatuh di sana.

Ada satu hal menarik di SD Kandang yang jarang diterapkan pada SD di kota, yaitu kantin kejujuran. Aturannya sederhana, setiap murid yang mengambil makanan dari meja yang terletak di depan ruang guru itu, membayar dengan menaruh uang ke dalam toples di atas meja.

Untuk diketahui, relawan KI Pulo Aceh di SD Kandang terdiri atas sepuluh orang, yaitu Addina Kamila, Teuku Ryven, dan Maya Anggrayni sebagai fasilitator. Reza Fahlevi, Luthfi Muhammad, Andra, dan Erika Kurnia sebagai dokumentator, serta Fadhil Nur Aulia, saya, dan Nurul Rauza Faralia sebagai inspirator. []

Abd Hadi F | Foto: Luthfi