Rohingya Bukan Persoalan Agama Semata, Tetapi Soal Kemanusiaan

Sumberpost.com | Banda Aceh – Program Manager Advokasi Asean Human Right Working Group di Jakarta, Daniel Awigra mengatakan, konflik Rohingya bukan sekedar persoalan semata. Apapun agamanya pasti sedih melihat kondisi mereka saat ini yang terus dibantai dan disiksa.

“Ini bukan persoalan agama semata, tetapi soal kemanusiaan,” ungkap Daniel saat memberikan materi pada Seminar Internasional yang bertajuk Acehnese Youth & Understanding the Crisis in Muslim Minority of Myanmar, di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Selasa (12/9/2017).

Dalam seminar tersebut, dirinya mengaku belajar dari Aceh sebagai pionir dengan semangat yang tidak mudah tunduk kepada kolonialisme (penjajahan). Menurutnya, Aceh sangat tepat bila menjadi penyelesai konflik tersebut melalui berbagai gerakan yang dipelopori oleh anak mudanya.

“Asean pada usia 50 tahunnya belum mampu menyelesaikan persoalan ini, bahkan terkesan membiarkan begitu saja. Dengan demikian, ini menjadi tugas kita khususnya anak Aceh untuk mendamaikan konflik panjang tersebut,” ujar Daniel.

“Aceh harus bermain setelah ini,” tuturnya sembari memberikan semangat.

Pemateri lainnya, Wakil Ketua Asia Pasific Refigee Rights Network sekaligus Direktur Internasional Yayasan Geutanjoe, Lilianne Fan mengatakan, dahulu penduduk Rohingya adalah bagian dari Myanmar. Namun pada 1982 dibawa rezim kepemimpinan saat itu, Rohingya dicoret bahkan dianggap imigran ilegal oleh negara setempat hingga saat ini.

“Ini lebih rumit dari persoalan keagamaan. Teman saya banyak beragama Buddha di sana dan mengaku sedih melihat perlakuan tersebut. Mereka tak bisa berbuat banyak karena takut kepada pemerintah,” ujarnya.

Hal yang sama disampaikan oleh Shadia Marhaban dari Mediators Beyond Borders. Ia berujar, tidak ada gencatan senjata murni yang dilakukan oleh Myanmar. “Gencatan senjata yang mereka lakukan hanya karena takut kepada PBB dan dunia internasional,” tandasnya. []

 

Sara Masroni