Mahasiswa UIN Wajib Kuasai Dua Bahasa Asing

Sumberpost.com | Banda Aceh – Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim mewajibkan seluruh mahasiswa menguasai minimal dua bahasa asing sebagai persyarakatan lulus menjadi sarjana di kampus tersebut.

Hal tersebut ditegaskan Prof Farid dalam sambutannya pada rapat senat terbuka dalam rangka milad ke-54 UIN Ar-Raniry di Auditorium Aly Hasymi kampus setempat, Kamis (9/11/2017)

“Mahasiswa UIN akan diwajibkan menguasai dua bahasa asing sebagai persyaratan sidang skripsi, bisa bahasa Arab, Inggris dan Cina,” kata Prof Farid.

Pernyataan yang ia disampaikan bukan tak beralasan.

Prof Farid mengklaim bahwa hampir seluruh perusahaan maupun lowongan kerja yang tersedia saat ini mewajibkan calon pelamar untuk menguasai minimal satu bahasa asing.

“Tuntutan zaman tersebut membuat kita harus berbenah,” jelasnya.

Selain menguasai bahasa asing, mahasiswa UIN Ar-Raniry juga diwajibkan memiliki sertifikat Ma’had Jamiah.

Kebijakan ini sudah ditetapkan sebagai salah satu syarat mendaftar sidang skripsi.

Ia mengatakan, bagi mahasiswa yang belum masuk asrama dan sudah diberi tenggat waktu, tetapi belum juga mendaftar, mereka akan di-drop out dari UIN Ar-Raniry.

“Tahun kemarin yang sudah siap skripsi hampir 60 orang terpaksa keluar dari UIN Ar-Raniry tanpa ijazah karena tidak masuk asrama pada tenggat waktu yang diberikan,” kata Farid.

Milad UIN Ar-Raniry kali ini dihadiri oleh sejumlah Forkopimda dari Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, DPRA, Kejati, Kodam IM dan Polda Aceh.

Selain itu, hadir juga pejabat se-lingkungan UIN Ar-Raniry, mahasiswa dan alumni.

Dalam pidatonya, Prof Farid juga menceritakan kisah perjalanan kampus yang ia pimpin saat ini, mulai dari tahun pertama berdiri hingga menjadi Universitas Islam.

Menurutnya, banyak pemikiran-pemikiran yang sudah diberikan oleh pemimpin-pemimpin UIN terdahulu untuk menjadikan kampus ini hingga sedemikian megah.

Di usianya yang ke-54 ini, Prof Farid berkomitmen ingin menjadikan UIN Ar-Raniry ke arah yang lebih baik lagi.

“Tentunya dengan dukungan dari semua pihak, baik dari mahasiswa, tokoh-tokoh, masyarakat dan pemerintah,” pungkasnya. []

Muhammad Fadhil