Sumberpost Dalam Kenangan

Usai subuh, kumantapkan niat menggunakan mode pesawat dismartphone Xiaomiku. Kupikir, puasa telekomunikasi akan berlangsung sampai besok pagi guna menuntaskan sebuah bacaan. Namun, pertahanan runtuh sesaat sebelum azan magrib berkumandang di seputaran Banda Aceh dan sekitarnya.

WhatsApp. Kesanalah jempol mengarah. Ada sebelas notifikasi pesan masuk. Diantaranya, hanya satu pesan pribadi dari Kak Novia. Menanyakan jadwal les Bahasa Inggris kami Rabu malam. Dia guru dan aku muridnya. Pesannya langsung aku balas “sedang tak enak badan kak,” karena begitulah kondisi diri sejak pagi. Dia menyarankanku beristirahat dan banyak minum air putih.

Aku punya cara sendiri melihat pesan digrup yang bejibun jumlahnya. Memilah informasi sangat penting, penting, dan tidak penting dari grup di WA. Semua sangat kondisional. Namun, ada tiga grup, yang masuk dalam daftar prioritas. Urutan pertama, grup Sumberpost (SP), lalu Rumah Kumuh, dan MJC Multi Platform.

Sesuai urutan prioritas, jempol kananku otomatis menyentuh gambar berlatar hitam, didominasi kuning, berikutnya merah, serta sedikit warna putih. Begitulah gambaran logo Sumberpost. Independen dan Jujur.

Sepertinya sedang terjadi kehebohan di grup SP. Entah siapa kali ini yang tertangkap kamera di Banda Aceh dan menjadi pusat perhatian. Angka empat puluh tujuh, tertera dipesan masuk grup SP. Pasti isunya cukup penting, batinku.

Tak ayal, banyak generasi pendiri menanggapi pesan tersebut. Kiranya, begini redaksi pesan dari Nini, yang membuat kehebohan pagi tadi. Ia seorang pengurus SP demisioner.

“Alhamdulillah, Sumberpost hari ini genap 12 tahun (emot tepuk tangan dua kali). Terima kasih abang dan kakak sekalian yang udah mendirikan Sumberpost dan mempertahankannya sampai sekarang. Terima kasih juga telah mengizinkan saya mengabdi pada Sumberpost (lalu emot smile malu-malu dua kali).”

Entah bagaimana jadinya, jika satupun dari mereka tidak ada yang mengingat tanggal bersejarah itu. 21 Maret. Hari lahirnya Sumberpost! Dari Nini pula pertama kali ucapan selamat milad ke 12 Sumberpost mengalir.

Setelahnya, Zuhri, Pimpinan Umum Sumberpost 2015, menanggapi positif alarm dari Nini. Dengan sangat diplomatis, Zuhri memberi ide, supaya anggota grup membuat tulisan berupa testimoni tentang pengalaman selama berada di SP. Nantinya, semua testimoni akan dimasukan ke www.sumberpost.com guna menarik lebih banyak anggota baru. Kebetulan, open recrutment Sumberpost 2018, baru saja dibuka.

Lantas, semua penghuni grub mengirimkan berbagai kenangan tentang bagaimana Sumberpost dalam dokumentasi mereka. Bahkan, foto paling sakral, yaitu peluncuran Sumberpost 21 Maret 2006 silam, ikut meramaikan momen flash back; Potret Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof. Yusni Sabi, sedang menandatangani SK Sumberpost.

Seremoni berbagi gambar masa lalu seolah memuaskan hati semua penghuni rumah grup SP. Andai ada yang berencana membuat sebuah cerita, maka judul yang mampu mendeskripsikan cuap-cuap pada usia 12 tahun Sumberpost di grup hari ini, tiada lain tiada bukan, Kenangan Bahagia Bersama Sumberpost. Amboi, manis nian judulnya.

Sayang beribu kali sayang. Tak ada yang menduga, kealpaan mengingat tanggal lahir sebuah Unit Kegiatan Pers Mahasiswa di UIN, terciduk oleh seorang senior, Bustami, dia generasi setelah pendiri. Menjabat Pimpinan Umum SumberPost sebelum Siti Aminah, Pimpinan Umum Perempuan pertama 2011 silam.

Ucapan selamat pertama dari Nini, masuk pada Rabu 21 Maret, pukul 09.58 WIB. Kebahagian berakhir 11 jam kemudian. Kalimat satu paragraf Nini, tak berdaya dihadapan tujuh kata dalam pesan Bustami, begini isinya; “Ultah kali ini ada buat acara apa?” waktu pesan menunjukkan angka 21.45 WIB

Jejeng!!! Tepat pada detik bersamaan, Sara Masroni yang sejak pagi belum setor wajah, tiba-tiba muncul kepermukaan. Dia adalah Pimpinan Umum Sumberpost priode 2018/2019 yang baru dilantik awal Maret lalu. Dengan sikap politis ia langsung klarifikasi.

“Kami ingatnya dadakan bang Bustami. Ingat kemarin malam (ada tambahan emot smile gugup berkeringat sebesar biji jagung tiga kali).”

Doi yang bertanya, hanya membalas singkat “hehe”. Berguguran kebahagian Roni saat itu juga. Belum sampai satu bulan menjabat, satu kartu kuning sudah mendarat di wajahnya. Pesan selanjutnya berisi permintaan maaf darinya atas nama pengurus.

Eit… tunggu dulu. Perkara peringatan milad Sumberpost memang selalu menjadi momok mengerikan bagi tiap pengurus. Beda priode, beda pula sandungannya. Ada yang berhasil melintasi tanpa terjatuh, namun tak jarang pula, ada yang tersungkur.

Tujuh tahun Aku menjadi member Sumberpost, rasa-rasanya hampir tiap kali peringatan milad SP beraroma dadakan. Tapi, yang paling fenomenal dan membuatku takjub, saat peringatan satu dekade Sumberpost, Maret 2016.

Syukurnya, kejadian bersejarah, bagaimana proses persiapan 10 tahun UKPM Sumberpost mudah ditelusuri. Catatan Abdul Hadi Firsawan, di www.sumberpost.comyang berjudul Oh… Satu Dekade Sumberpost, kupikir bagus sebagai rujukan bagi pengurus baru yang ingin buat rekam jejak.

Perjuangan semalam suntuk mempersembahkan video berdurasi tiga menit, tiga puluh empat detik tertuang dalam sebuah tulisan panjang behind the scene yang tak bosan dibaca ulang. Nah, yang menarik dari tulisan Hadi, ketika ia ikut mencatat, bagaimana Bustami mengingatkan kepengurusan Zuhri dan Hadi, tentang ulang tahun SP.

“Ulang tahun Sumberpost kapan ya?” Tanya Bustami lewat grup Sumberpost di Blacberry Massanger, pada tengah hari, 21 Maret 2016.Dalam tulisannya, Hadi menggambarkan Ali, selaku editor video dan bertugas mengupload karya terbaik mereka hari itu, siaga menangkis berbagai serangan lewat video yang stanby ia pamerkan sejak pukul 10.00 WIB di Kantin Jamiah.

Menjawab pesan Bustami, Ali mengirimkan screenshot video satu dekade Sumberpost di youtobe. Tidak ketinggalan, dengan bangga ia lampirkan pesan singkat, mengekor di bawah picture copian, “chek this out,” Ali seolah melemparkan geranat yang siap meledak kapanpun.

Entah bagaimana kabar Ali saat ini setelah berhasil pasang badan dua tahun lalu menyelamatkan kehormatan timnya.

Kembali pada perkembangan informasi di grup WA hingga pukul 22.47 WIB, Rabu 21 Maret 2018. Berdasarkan pantauanku, bahwa Roni sudah terbakar sumbunya karena orasi Zuhri. Agaknya, api 12 tahun itu, akan segera ia tularkan pada semua pengurus yang tidak mengikuti rapat dadakan saling bakar-membakar ini.
Aku akui, Zuhri memang jago dalam hal profokasi (baik positif maupun negatif, catat!) Namun, malam ini, jiwa pimumnya, kiraku sungguh menginspirari Roni.

“Cara viralkan Sumberpost dalam minggu ini, saran saya buat tulisan testimoni, tapi jangan dirangkum satu tulisan. Biarkan beritanya bisa diupdate perhari. Terus, share ke sosmed, jangan lupa buat hastag. Mau ada perayaan atau tidak, kalian pengurus SP tetap the best. Jangan sampai kalah sama tetangga. Kalau butuh bantuan, di grup ini adalah inspirasi kalian semua,” tutup orasi Zuhri.

Dalam imaginasiku, mata Roni pasti berkaca-kaca membaca pembelaan seniornya yang kini sudah bekerja di media nasional itu.

Begitulah dinamika Sumberpost kawan. Jika betul, wangi-wangian testimoni jadi digalakkan oleh Roni dan timnya, maka mungkin jadi catatan baru bagi SP. Semoga ada dari mereka yang merekam jejak dibalik layar, seperti yang dilakukan Hadi dan teman-teman sebelum mereka.

Mengakhiri catatanku malam ini, ada sebuah kalimat manarik dari Pramoedya Ananta Toer yang kukutip dari bacaan yang telat khatam, Anak Semua Bangsa, “Semua yang terjadi di bawah kolong langit, adalah urusan setiap orang yang berpikir.”

Selamat 12 tahun SumberPost. Kupikir, kalimat penutup dalam video satu dekade SumberPost perlu di viralkan juga, untuk calon anggota baru Sumberpost 2018.

Hidup tanpa karya bagai kuburan tanpa nisan. Terus Berkarya! Itu sudah.

Ditulis oleh alumni sumberpost, Dhesy Badrina. Tulisan juga dapat dilihat di blog pribadi penulis; dhesybadrina.wordpress.com