Hadiah Rumah untuk Nek Rohani

Sumberpost.com | Banda Aceh – Kepedihan hidup hampir setiap hari dirasakan oleh seorang wanita berumur 50 tahun ini. Penderitaan yang ia alami bersama suami dan enam orang anaknya seakan tidak pernah berakhir. Nyakwa Rohani atau Nek Rohani, begitulah masyarakat desa menyapanya, pernah mengungsi ke Desa Cot Goh usai tsunami dan kembali ke Desa Baet setelah keadaan membaik. Namun sayang, Nek Rohani tidak mendapat rumah bantuan tsunami seperti masyarakat lainnya.

“Karena telat balik, kami tidak dapat rumah, kami juga tidak memiliki tanah,” ujar Rohani saat diwawancarai di rumahnya, Desa Baet kec. Baitussalam Aceh Besar, Jumat (29/3/2019).

Lama waktu berlalu, Nek Rohani dan keluarga belum juga mendapatkan rumah layak huni. Mereka berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain, mencari rumah kosong tak berpenghuni untuk ditempati. Rohani hanya bekerja sebagai  pencari tiram dan suaminya sebagai nelayan.

Meunyoe na rumoh kosong kamoe jak tinggai inan,” katanya.

Kalau ada rumah kosong kami akan tinggal di sana,” katanya.

Setelah pindah dari pintu ke pintu, Rohani dan suami memberanikan diri berutang tanah kepada tetangga. Mereka lalu membangun rumah berdinding seng bekas dan alas tapak gajah bekas.

Ia bercerita, sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mendapatkan rumah layak huni dari pemerintah Aceh, namun hasilnya nihil.

“Untuk mendapat rumah, saya sudah ke pemerintah Aceh tapi tidak ada tanggapan, bahkan saya masih menyimpan berkas-berkas yang diminta,” terang Nek Rohani.

Keadaan Rumah Nek Rohani Sebelum Direnovasi BMU

Beruntung hari ini ada bantuan datang untuknya. Barisan Muda Ummat (BMU) menyerahkan seunit rumah layak huni kepada Nek Rohani.

Rumah layak huni BMU 017 atas nama Nek Rohani dibangun dengan donasi yang digalang oleh BMU  dengan jumlah hampir 29 juta. Donasi itu terkumpul di bawah Murtala sebagai Koordinator Donatur.

Sementara Koordinator Pembangunan Rumah Nek Rohani, Teuku Zulkhairi mengatakan, salah seorang warga Baet melaporkan kepadanya  bahwa ada warga kurang mampu yang membutuhkan bantuan rumah di desa ini, kemudian ia pun melaporkan kepada BMU tentang hal tersebut.

“Sebelumnya Nek Rohani tinggal di rumah yang sempit berdelapan bersama anggota keluarganya, setiap turun hujan mereka terkena rintiknya,” kata Zulkhairi menjelaskan.

Dengan kebesaran Allah, uroenyo lon kana rumoh, dari pada dile loen eh di ateuh tanoh, meusidom. Loen eh lam ie raya wate musem ujen. Jinoe alhamdulillah kana  rumoh,” tutur Nek Rohani sambil mengusap air di kedua matanya.

“Dengan kebesaran Allah, hari ini saya sudah punya rumah, dulu tidur di tanah, bersemut. Saya tidur dalam banjir saat musim hujan. Sekarang alhamdulillah sudah ada rumah,” tutur Nek Rohani sambil mengusap air di kedua matanya.

Nek Rohani harus menghidupi anak-anaknya, ia mengaku uang yang didapat dari suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Walaupun hidup sederhana, anak-anak Nek Rohani tidak putus sekolah, bahkan ada dari mereka yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.

“Alhamdulillah anak saya yang ke tiga, Intan Mutia melanjutkan sekolahnya di jurusan Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala melalui jalur bidikmisi,” kata Nek Rohani bangga. [ ]

Wahyu Majiah dan Mag: Fazliana