Aceh Daerah Pertama Terpapar Hoaks


Sumberpost.com | Banda Aceh – Hasil survei dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Januari 2019 menyatakan, bahwa Aceh merupakan daerah pertama yang menerima hoaks terbesar di Indonesia. Hal ini disampaikan pada kegiatan yang diadakan oleh Staf Kepresidenan Republik Indonesia, dengan tema “Inspirasi Kopi: Bahaya Hoaks”, di Quantum Coffe & Baserie, Senin (1/4/2019).

Staf Kepresidenan, Fahdevi yang memimpin jalannya diskusi mengatakan, hoaks yang paling banyak tersebar di Aceh adalah mengenai isu bangkitnya komunisme, nasib kursi ulama dan tenaga kerja asing. Ketiga berita tersebut menjadi isu hangat yang dibahas masyarakat Aceh.

Deputi staf kepresidenan ibu Dani, saat mengisi kegiatan “Inspirasi Kopi: Bahaya Hoaks” di Quantum coffe & Baserie,  Senin (1/4/2019).

“Berdasarkan data, jumlah tenaga kerja Indonesia yang ada di luar negeri sebanyak 9 juta orang dan tersebar di beberapa negara. Sementara tenaga kerja asing yang ada di Indonesia hanya 96.000 orang,” katanya.

Ia juga mengatakan, pada tahun 1990 Indonesia telah bebas polio, akan tetapi saat ini 2019 kasus polio kembali dan  mengancam anak Indonesia. Hal ini terjadi karena maraknya berita hoaks mengenai bahaya imunisasi.

”Di Papua sekarang sedang terjadi yang namanya hotbles polio, padahal pada tahun 1990 lalu Indonesia telah dinyatakan bebas polio,” ungkapnya.

Perwakilan The Leader (Organisasi Pengembangan Pemuda Aceh), Ilham Syafawi mengatakan, kurangnya pendidikan yang baik menjadi faktor utama perkembangan hoaks. 

Perwakilan The Leader (Organisasi Pengembangan Pemuda Aceh), saat menyampaikan argumen mengenai pendidikan di Indonesia,Senin (1/4/2019).

Kurangnya pemahaman mengenai berita hoaks di kalangan para pelajar, dapat menjadi pintu utama dalam penyerabaran hoaks.

“Kurikulum pendidikan Indonesia selalu berubah sehingga metode pembelajaran itu hanya berputar disitu saja dan tidak ada perkembangan. Seiring bergantinya Menteri Pendidikan, berganti pula kurikulum yang ada di Indonesia,” katanya.

Dengan adanya kegiatan ini maka kedepan diharapkan agar kaum muda yang ada di Aceh dapat menjadi ujung tombak dalam menangkal hoaks. Banyaknya berita hoaks dapat diminimalisir dengan mudah karena literasi yang baik.[]

Indra Wijaya.