Tolak Sampai Mati, Kedaulatan Rakyat Milik Negeri

Sumberpost.com | Banda Aceh – Ditengah maraknya kebusungan anggaran akibat efesiensi. Komisi 1 DPR-RI menggelar rapat kilat di sangkar Fairmont Jakarta pada 14 dan 15 Maret 2025. Sebanyak 1.248.933.333 pungutan Rakyat kembali terkuras akibat pertemuan menyerupai putri malu ini. akibatnya tidak bercanda, luka orde baru kembali menganga lebar. padahal telah dijahit sempurna hingga masa pak de berkuasa.

Utut Adianto, Ketua Panitia kerja (Panja) revisi Undang-undang (UU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengusung perubahan tiga pasal yang memuat dwifungsi TNI. Urgensi kelompok dalam mempercepat perubahan dinilai bertentangan dengan mandat reformasi, Demokrasi dan Konstitusi yang telah menggaris merahkan antara sipil dan militer.

Selain mengancam supremasi sipil, rakyat Indonesia belum pulih akan luka masa lalu yang ditorehkan rezim orde baru melalui aparat bersenjata. Bagaimana dengan Sipon, menanti keadilan ditemani rasa rindu akan suami hingga akhir hayatnya. Suciwati, belasan tahun menggugat kebisuan pemerintah atas kematian munir di depan Istana Negara. Sumarsih, mendesak keadilan akan hilangnya nyawa sang buah hari hingga usia senja. Bagimana dengan orangtua, istri, anak beserta seluruh kerabat korban pelanggaran HAM berat masa lalu. Sudahkah negara mengakui kesalahan? menunjukkan keseriusan dalam reintegrasi pada mereka yang dirampas hak asasinya maupun mereka yang terdampak?

Dalam ilmu manajemen, segala bentuk kebijakan yang dimulai dari perencanaan harus berakhir dengan evaluasi, baru tindak lanjut. Namun, kali ini sepertinya ilmu rimba pemenangnya. Undang-undang TNI sebelumya belum menunjukkan batang hidung penilaian kelayakan implementasinya.

Tebal mukanya lagi, pahlawan kemanusiaan yang sadar akan hak seluruh warga Indonesia yang kemudian melakukan protes saat RUU TNI perdana dibahas malah dilaporkan ke polisi. Bagaimana dengan kecacatan asas pembentukan perundang-undangan akibat rapat diam-diam ini. Bukankah kebebasan berekspresi dan berpendapat itu sudah ada undang-undangnya. Mengapa pemerintah kewalahan saat menjalaninya, malah mengadunya dengan ketertiban umum. Bukankah cinta tanah air juga harus diwujudkan dengan mencintai rakyatnya? Mengapa malah menodong senapan untuk redupkan semangat mereka yang membela ideologi bangsa?

Kejinya lagi, mengapa pemerintah menyaksikan ini semua sembari menenteng revisi UU TNI seolah berbangga diri atas kekacauan ini.Kedaulatan berada di tangan rakyat, kalimat dengan makna yang mendalam, bila dihayati sembari mengingat perjuangan mereka yang membela kemanusiaan sejak zaman belanda dahulu. Tak terhitung lagi rakyat yang telah mengorbankan nyawanya demi tegaknya kemerdekaan di bangsa ini. Tapi apakah kita pernah mendengar, membaca atau menyaksikan mereka yang ada di dalam roda pemerintahan mengorbankan nyawanya layaknya yang dilakukan rakyat.

Transparansi seharusnya jadi bagian dari profesionalitas kerja-kerja pemerintah. Ditambah lagi dengan undang-undang (UU) Keterbukaan Informasi Publik (KIP) untuk menjamin terpenuhinya hak informasi masyarakat sehingga mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan negara.

Rakyat kembali dibohongi, demokrasi kian dicederai, reformasi makin dinodai dengan kebodohan settingan pemerintah. Agaknya pemerintah harus kembali di hajar, layaknya sejarah yang dimenangkan oleh rakyat. Untuk merawat api perjuangan rakyat diluar sana. Penulis akan mengulas kembali sejarah kemenangan rakyat.

1.Aksi Tritura

Aksi demonstarsi yang dikomandoi oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) ini terjadi sebagai bentuk protes penderitaan rakyat akibat ketibakbecusan Soekarno dalam menangani gejolak politik dan krisis ekonomi yang di alami Indonesia pada masa itu. Politik labil yang ditandai dengan gonta ganti menteri presiden, mewabahnya partai komunis Indonesia (PKI), Kas negara jebol akibat hasrat politik mencusuar, harga bahan pokok melambung tinggi, hilangan dukungan ekonomi dan polotik luar negeri akibat ulah Soekarno mendorong rakyat untuk turun aksi ke jalan.

Puncak aksi protes Soekarno dikenal dengan hari Tritura (Tri tuntutan rakyat) yang diperingati tiap 10 Januari. Aksi ini memuat tuntutan yang disuarakan untuk mendesak Soekarno memburkan PKI, menghilangkan antek-antek PKI dalam kabinet Dwikora II, serta manangani krisis ekonomi. Untuk pertama kalinya dalam sejarah indonesia, gelombang aksi besar-besaran dari mahasiswa menjorok ke jalan secara massif. Jalan-jalan di sekitar istana negara dikepung. Menyebakan Soekarno tidak bisa menyelesaikan sidang terakhir kabinet dwikora II dan lari ke bogor.

Peristiwa ini menjadi titik awal lahirnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966 dari Presiden Soekarno kepada Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto dan dimulailah masa orde baru.

2.Aksi 1998

Peristiwa pelanggara HAM berat pada masa orde baru merupakan sejarah kelam perjuangan reformasi. Namun, tidak bisa dipungkiri rakyat kembali menduduki posisi tertinggi atas kebijakan semena-mena pemerintah kala itu. Soeharto dianggap gagal mengatasi krisis ekonomi setelah 32 tahun menjabat diatambah lagi penyiksaan dan pembatasan kebebasan dimasanya. Akibatnya, mahasiswa kembali turun aksi diiringi kerusuhan di berbagai daerah. Aksi penolakan keras diawali dengan puluhan mahasiswa univeristas indonesia (UI) menolak menolak pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto dengan mendatangi gedung MPR/DPR.

Disaat yang bersamaan,Tragedi Trisakti yang merengut nyawa empat mahasiswa tidak hanya dikenang sebagai peristiwa berdarah. Melainkan siraman solar yang disambut dengan api dari seluruh pejuang di pelosok negeri. Peristiwa ini menjadi alarm pengingat bahwasanya kekuatan sejati bangsa terletak pada semangat persatuan, keadilan dan perubahan bangsa untuk menjadi lebih baik.

Pada 18 Mei 1998, mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR, semakin keras menyuarakan lengsernya Suharto. Pada hari yang sama pula, Ketua DPR/MPR Harmoko juga mendesak presiden untuk mundur. Posisi Soeharto saat itu bagai petinju yang dipukul mundur ke ujung ring. Reformasi yang diperjuangakan saat itu dinahkodai oleh mahasiswa. Pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi kepresidenan di Istana Merdeka pada pukul 09.05, dan BJ Habibie menjadi penggantinya.

3.Demo kenaikan BBM

Unjuk rasa akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) beruntun terjadi dari tahun ke tahun. Kebijakan pemerintah meningkatkan harga BMM dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil. 2012 merupakan tahun terjadinya demontrasi besar-besaran akibat permasalahan ini. aksi dilakukan sepertak di 33 provinsi. Massa yang melakukan unjuk rasa meliputi buruh, petani, mahasiswa hingga nelayan.

Melansir dari Tempo.co Demonstrasi ini berakhir ricuh, tepatnya di pertigaan Jalan Solo, Yogyakarta. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga sampai membakar tiga ban dan satu buah boneka replica berbentuk babi dengna tulisan ‘Babiyono’. Alhasil, tujuh mahasiswa ditangkap dan satu polisi dilarikan ke rumah sakit. Demontrasi penolakan BBM paling unik terjadi di tahun 2018. Salah satu hal yang menarik yaitu ketika mahasiswa melakukan aksi dorong motor dan melakukan demonstrasi di kantor Marketing Region Divre Jawa Barat PT Pertamina di Bandung.

Disisin lain, ditahun yang sama, Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pembela Rakyat (AMPER) di Banda Aceh menggelar aksi demo dengan mengembok gerbang gedung Kantor Pertamina Persero Regional Aceh. Sebelum menyegel kantor pertamina, massa yang berasal dari sejumlah organisasi badan eksekutif mahasiswa (BEM) melakukan orasi di tugu simpang lima, kemudian melakukan long march menuju Kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh untuk meminta anggota dewan untuk menandatanganan petisi atas penolakan terhadap kenaikan harga BBM.

4.Aksi tolak PT EMM

PT Emas Mineral Murni merupakan perusahaan tambang emas yang izin operasinya di Nagan Raya dan Aceh Tengah. Berikut adalah kronologi aksi tolak PT EMM yang disarikan dari sumber dan data sumberpost.

Aksi besar-besaran yang dinahkodai Korps Barisan Pemuda Aceh (BPA) guna menolak tambang PT berlangsung 9, 10 dan 11 April 2019. BPA juga telah melakukan berbagai aksi, kegiatan advokasi penolakan, kajian, pengumpulan data, diskusi dengan pihak-pihak terkait.

Saat itu, Mahasiswa Aceh kembali mencatat sejarah baru bagi bangsa Aceh. Usai tsunami 2004, ini merupakan aksi terbesar yang dilakukan. Mereka bangkit untuk memperjuangkan hak rakyat dan kelestarian alam. Aksi yang harusnya damai, dan penuh diskusi berujung kisah pilu mahasiswa.

Berbagai tindakan dilakukan, kantor gubernur disegel. Dorong mendorong antara aparat kepolisian dan mahasiswapun terjadi, pot bunga besar ikut pecah, tanah-tanah berserakan seiring mengalirnya darah segar dari pelipis beberapa mahasiswa.Cairan memerihkan dari mobil polisi disemprot ke arah massa. Penglihatan mengabur, nafas sesak, mahasiswa putri tumbang. Keadaan semakin kacau.Hari-hari berlanjut. Sejumlah ruas jalan di sekitar kantor gubernur kemudian ditutup. Massa memenuhi jalanan sambil berorasi meminta agar pintu gerbang dibuka.

Perjuangan Mahasiswa tidak hanya berhenti sampai disitu. Mereka kembali melanjutkan aksi sampai tuntutan mereka diindahkan langsung oleh PLT Gubernur ACEH, Nova Iriansyah. Hingga malam, ratusan massa masih bertahan di sana.

Candi-candi dibangun dalam waktu semalam oleh ratusan mahasiswa dari paving blok halaman kantor yang dilepas paksa.Meski sidang gugatan terhadap PT. EMM di PTUN Jakarta ditolak, masyarakat Aceh tidak mau menyerah begitu saja. Massa yang hadir, menyerahkan surat pernyataan kepada pemerintah Aceh untuk menerbitkan rekomendasi pencabutan izin dan segera menyelesaikan kasus perizinan PT EMM.Setelah penandatanganan perjanjian, massa kembali berdamai.

Mahasiswa dan aparat keamanan saling bersalaman. Peluh bercucuran, lelah dan haru menjadi satu.Akhirnya, Mahkamah Agung RI mengabulkan gugatan Walhi dan warga terkait izin PT EMM di Beutong, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Ini merupakan putusan yang sangat tepat mengingat kehadiran perusahaan tersebut mendapat penolakan serius dari rakyat Aceh.

Kejadian ini menjadi pelajaran bagi perusahaan yang ingin berinvestasi di Aceh. Seharusnya investasi menjamin kesejahteraan bagi masyarakat Aceh, jangan hanya membawa manfaat bagi segelintir orang saja.

Dalam tulisan ini, penulis hanya ingin menegaskan bahwasanya rakyat yang tak kunjung difasilitasi pendidikan yang layak ini, akan terus bertindak anarkis melampau kuasa rezim pemerintahan. Mahasiswa yang mengenyam pendidikan di bangku pendidikan tinggi berbekal hasil panen ladang dan ternak keluarga akan senantiasa mewakili suara rakyat kecil di seluruh penjuru negeri.

Agar ayam tak rugi berkokok, pohon tak rugi berbuah, sungai tak rugi mengalir, dan mentari tak rugi menyinari tanah air ini. Mahasiswa dan rakyat tak akan gentar akan senapan dan ancaman. Kelaparan dan hasrat kesejahtraan membersamai buliran keringat bercampur darah di lapangan. Menyambung sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Api rakyat tidak akan pernah padam, bahkan setelah dihabisi, disiksa, diperkosa berkali-kali. Gelora semangat malah akan menghidupi satu sama lain dengan percikan api yang bersumber dari kehilangan, kekecewaan, kemarahan dan kebencian.[]

Reporter : Rauzatul Jannah

Editor : Aininadhirah