
Kisah Wira, Mengenang Ie Beuna Dengan Iringan Biola
Sumberpost.com | Banda Aceh – Alunan biola menembus gerombolan wisatawan Museum Tsunami Aceh. Hari itu akhir pekan. Ratusan wisatawan padati gedung berbentuk gelombang, karya arsitekstur Ridwan Kamil. Berbagai bahasa asing keluar dari pengunjung yang ada di sana. Mulai dari Malaysia hingga Inggris.
Sayup-sayup dari tempat pengambilan tiket masuk, terdengar alunan biola. Irama biola itu berasal dari lantai dua Museum Tsunami. Tepat 1 meter dari tangga terakhir menuju ke sana, ada seorang pria bertopi pelukis berwarna coklat duduk sembari memainkan biola. Busurnya terus digesekkan, iramanya mengiringi instrumen lagu melayu yang diputar pada sound disebelahnya. Tangan kirinya terus bergerak menekan senar biola. Sesekali, mata uang dari asing mendarat ke kotak amal yang diletakkan di depannya, selebihnya rupiah.
Kakinya dihentak kecil mengikuti irama. Matanya terpejam, wajahnya sesekali digelengkan perlahan. Segerombolan pengunjung berkerumun di depannya untuk sekedar mengambil foto atau menikmati lantunan biola yang dimainkannya. Tak lama, hanya satu sampai dua lagu. Lalu pergi menikmati objek lain di sana.
Pria itu bernama Wira, pemain biola di Museum Tsunami. Violis satu ini telah berkiprah sejak 2010 silam, mendirikan Biola Aceh Comunity dan menjadi pengajar di sana. Ratusan sudah muridnya, dari siswa hingga pekerja diajarinya.
Baru dua tahun ini, ia ikut meramaikan suasana Museum Tsunami dengan bermain biola disana. Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Aceh pencetus idenya. Alhasil, setiap hari ia bermain biola di sana.
“Saya diundang untuk bekerja sama dengan mereka. salah satu ikon saya Museum Tsunami,” ujarnya usai bermain biola (03/05/2025).
Bermain biola di sana bukan hal yang mudah baginya. Ia merupakan penyintas Tsunami Aceh. Wira beralamat di Bitai.
“Keluaga saya juga merupakan korban Tsunami,” ujarnya.
Wira mengatakan, iringan biolanya mengingatkan akan momen 20 tahun lalu saat gelombang besar menghantam kota ini. Bukan hanya wira, banyak pengunjung ikut terbawa alunan biolanya. Wira sampai-sampai mendengarkan kisah pengunjung Museum yang juga merupakan korban Tsunami.
“Semenjak saya mengisi di sini, banyak melihat pengunjung merenungi kilas balik hari itu,” pungkasnya. []
Reporter: Rauzatul Jannah
Editor: Riska Amelia