Mahasiswa UIN Ar-Raniry Bagikan Pengalaman Pertukaran Pelajar dalam Acara “Dream Pathways”

Sumberpost.com | Banda Aceh – Tiga mahasiswa yang pernah mengikuti program pertukaran pelajar ke Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman hadir sebagai narasumber untuk berbagi kisah dan pengalaman mereka dalam acara “Dream Pathways: Stories of Growth and Discovery from Exchange Programs” yang diselenggarakan oleh International Office (IO) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry di Aula Teater Museum UIN Ar-Raniry, Kamis (22/5/2025).

Tiga narasumber yang hadir adalah Fathiya Rahma, peserta program student mobility ke Kyoto University, Jepang, Ahmad Yusuf Mubarak, alumni program SUSI di University of Nevada, Reno, Amerika Serikat, dan Irhamni Berliana, peserta study visit ke Jerman. Ketiganya mengikuti program pertukaran pelajar pada tahun 2024. Dalam acara ini, ketiga narasumber berbagi pengalaman mulai dari tahap pendaftaran hingga proses seleksi, tantangan adaptasi budaya, serta pelajaran hidup yang mereka peroleh selama menjalani program.

Fathiya mengungkapkan bahwa motivasinya mengikuti program adalah keinginannya untuk belajar di luar negeri dan bisa merasakan belajar bersama mahasiswa internasional.

“Motivasi awal saya mengikuti program ini adalah keinginan untuk belajar di luar negeri, khususnya di negara-negara yang terkenal dengan budaya belajarnya termasuk Jepang. Saat berada di sana, banyak hal yang membuat saya terkesan, karena saya tidak hanya mengunjungi Jepang untuk melihat budayanya saja, tetapi juga untuk belajar dan merasakan langsung bagaimana belajar bersama internasional students di Jepang,” ujarnya.

Ahmad Yusuf menyoroti pengalamannya selama mengikuti program pertukaran sebagai pengalaman yang luar biasa. Ia mengatakan bahwa program tersebut tidak hanya memberinya relasi baru dengan mahasiswa internasional dan profesor, tetapi juga berdampak besar pada cara berpikirnya, terutama dalam hal berpikir kritis.

Sementara itu, Irhamni menuturkan bahwa kunjungannya ke Jerman benar-benar mengubah cara pandangnya terhadap pendidikan.

“Tentu saja, absolutely, program ini benar-benar mengubah cara saya pribadi dan juga tim ketika kembali ke Aceh. Kami sangat merasakan perbedaan suasana belajar antara di Jerman dan di sini. Kalau di sini masih banyak yang pakai metode guru menjelaskan dan murid mendengarkan, di sana justru mahasiswa sangat aktif dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Mereka tidak segan bertanya jika tidak paham,” ujarnya.

Irhamni menambahkan bahwa sistem pendidikan di Jerman lebih menekankan pada pemahaman materi, bukan sekadar nilai. Mahasiswa sudah diberikan silabus sejak awal semester dan memiliki kebebasan hadir di kelas.

Kemudian, Fathiya berharap mahasiswa lebih berani mencoba hal baru dan aktif mencari peluang, khususnya di lingkungan kampus. Ia menyarankan untuk terus mencari informasi kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh IO dan tidak menyerah akan mimpi studi ke luar negeri. []

Reporter: Nurul Azkia

Editor: Alya Ulfa