Balita Asal Abdya Derita Ensefalokel

Sumberpost.com | Banda Aceh – Khairatun Nisa terbaring lemas di kasur kamar Serunee 1 Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh. Badannya kecil dan kurus. Nafasnya sesekali berat seperti sesak.

Balita berumur 10 bulan ini menderita ensefalokel, yaitu cacat tabung saraf di mana tengkorak bayi ini tidak menutup sepenuhnya, membuat cairan di kepalanya keluar melalui lubang di tengkorak.

Cairan di kepalanya juga sudah luka, mengeluarkan bau. Ibu Khairatun, Erlina Wati mengompres bagian yang luka tersebut. Hingga Jumat (12/2/2016), Khairatun sudah menjalani perawatan selama 23 hari di RSUZA sejak datang pada Januari 2016 lalu.

Di kakinya juga terdapat bekas luka akibat benda tajam saat perawat mengambil sampel darah Khairatun, sebelum tindakan operasi dilakukan. Kata Erlina Wati, dari hasil tes darah, trombosit anaknya tidak mencukupi, sehingga tindakan operasi ditunda.

Transfusi darah putih dan merah dilakukan untuk menambah trombosit Khairatun. “Tapi trombositnya nggak pernah naik setiap kali transfusi,” kata Erlina, Jumat (12/2/2016) malam.

Khairatun merupakan anak ketiga dari pasangan Erlina Wati dan Safri. Erlina mengandung Khairatun selama sembilan bulan. Anaknya lahir dengan berat 2,4 kilogram di Rumah Sakit Umum Daerah Tengku Peukan di Aceh Barat Daya (Abdya).

Sejak lahir, Khairatun sudah membawa penyakit ensefalokel. Saat berumur satu minggu, ia dirujuk ke RSUZA Banda Aceh. Setelah beberapa hari dirawat, Khairatun kembali ke Abdya karena tindakan medis belum bisa dilakukan.

Sebelum Ramadhan, Khairatun kembali lagi ke RSUZA, namun belum juga mendapat tindakan medis karena berat badannya belum sampai lima kilogram. Hingga Erlina Wati dan Safri membawa Khairatun kembali ke RSUZA untuk ketiga kalinya pada Januari 2016.

“Untuk sekarang dirawat dulu, perbaiki kesehatan, baru operasi,” ujar Erlina.

Butuh Biaya
Sementara itu, keluarga ini membutuhkan uluran tangan masyarakat dan pemerintah untuk meringankan biaya hidup selama berada di Banda Aceh.

Erlina mengatakan, dirinya hanya ibu rumah tangga, sementara Safri, suaminya, bekerja sebagai petani di tempat tinggalnya, Desa Panton Makmur, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Abdya.

“Untuk biaya kami kesulitan. Saya sehari-hari ibu rumah tangga. Kalau suami kadang jadi petani, kadang jaga sekolah,” ucap Erlina.

Ia membutuhkan bantuan sosial untuk meringankan biaya hidup selama di Banda Aceh. Juga untuk biaya lainnya seperti transportasi. Sebelumnya, ia pernah menerima bantuan dari Bupati dan Wakil Bupati Abdya serta Dinas Kesehatan Abdya.

Selain itu, C-Four juga memberi mereka bantuan pada Jumat malam tadi untuk meringankan beban Erlina Wati dan Safri selama di Banda Aceh. []

Abd Hadi F