Bertafakkur Alam ke Bukit Jalin

Sumberpost.com | Aceh Besar – Sungai yang begitu jernih. Airnya terasa begitu dingin ketika tersentuh di kulit. Beberapa orang memarkir kenderaan di bawah jembatan tersebut. Dari atas jembatan baja itu, terlihat anak-anak melompat ke dalam sungai dengan riangnya. Sebuah pemandangan yang luar biasa indah.

Minggu, 9 April 2017. Bertafakkur ke Bukit Jalin. Tepatnya di Kota Jantho, Aceh Besar. Dari pusat Kota Banda Aceh menuju tempat tersebut memakan waktu sekitar 1,5 jam. Setelah tiba di persimpangan Jantho masuk ke pintu gerbang Jantho berwarna coklat dan bertulisan SELAMAT DATANG DI KOTA JANTHO.

Suasana yang sejuk dan nyaman langsung menyergap. Pohon-pohon rindang dan suasana yang masih asri menambah keindahan perjalan menuju pendakian Bukit Jalin, Jantho, Aceh Besar.

Jangan khawatir dengan kondisi jalan. Meskipun sedikit berlubang, jalan menuju ke arah pendakian sudah diaspal. Tak ada satu pun rumah penduduk yang  terlihat, hanya hutan dan dan sawah yang hijau membentang di sepanjang perjalan menuju kesana.

Pendakian Bukit Jalin dimulai. Dari bawah bukit terlihat indahnya hamparan padang rumput yang hijau. Mendaki gunung bukanlah hal mudah. Setapak demi setapak para pendaki melewati bukit yang lumayan terjal itu. Butuh tenaga yang ekstra untuk melakukan pendakian. Anak tangga yang terbuat dari tanah dibuat sekedarnya untuk memudahkan pendaki. Bahkan sebagian pendaki berpegangan pada rumput-rumput yang ada dipinggir jalan setepak itu.  Bagi pendaki yang menderita penyakit asma, disarankan untuk tidak mengikiti pendakian. Hal ini ditakutkan terjadi sesuatu yang tidak dinginkan dan resiko yang besar saat melakukan pendakian.

Setelah berhasil melakukan penaklukan dengan penuh perjuangan sejauh lebih kurang 3 kilometer, sampailah para pendaki pada puncak Bukit Jalin. Saat di pucak bukit pertama kali yang dirasakan pendaki adalah begitu indahnya ciptaan Tuhan yang terlihat dari atas. Di puncak gunung tersebut terlihat juga aliran sungai dan jembatan yang berada di bawah sana. Dan yang sungguh mengherankan adalah sapi-sapi warga di sekitar gunung mampu mendaki bukit tersebut dengan mudah, sekedar mencari makan. Sungguh “Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?” begitulah yang tertulis di dalam Al-Qur’an surah ar-Rahman bahkan samapi 30 kali diulang dalam surah tersebut.

“Serasa kayak di film-film ya kawan-kawan,” ungkap salah seorang pendaki yang tengah kelelahan saat tiba di puncak bukit tersebut.

Di puncak gunung itu tak ada pohon sebagai tempat untuk berteduh. Bukit ini disebut juga bukit gundul, karena hanya rerumputan hijau yang terhampar di sana. Sangat dihindari kepada para pendaki melakukan pendakian di musim hujan. Hal ini ditakutkan pendaki dengan mudah terpelaset dari bukit saat melakukan pendakian. Kepada para pendaki juga disarankan mempersiapkan persedian air yang cukup saat melakukan pendakian. Hal ini dilakukan untuk menjaga stamina para pendaki dan menghindari dehidrasi saat melakukan pendakian.

Jika ditanya kepada seluruh pendaki, jawabannya sepakat. Ibrah dari perjalanan mendaki Puncak Bukit Jalin yang pertama, jika kita menginginkan suatu yang indah maka kita harus mengeluarkan tenaga yang ekstra dan melewati beberapa rintangan yang sulit dengan tetap semangat. Yang kedua,  sungguh luar biasa ciptaan Tuhan dan tidak ada seorang pun yang dapat menandingi ciptaanya. [ron]

Yunita Arnanda