Dari Bandung ke Aceh untuk Kecam Ahok

Sumberpost.com | Banda Aceh – Diantara puluhan lelaki yang berkerumun di halaman Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh, berdiri Habsa A Wahab. Perempuan ini datang dari Bandung hanya untuk melancarkan aksi mengecam Calon Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, di Aceh.

Habsa dan puluhan lelaki tersebut berunjuk rasa dibawah rintik hujan. Di hadapan mereka, duduk bersila ratusan ormas Islam yang sedang merampakkan zikir di serambi gedung DPR Aceh, Banda Aceh. Dalam aksi itu, tergabung 23 lembaga seperti ormas, LSM, lembaga keagamaan, hingga lembaga mahasiswa.

Habsa tak memedulikan gerimis yang mengena tubuhnya. Ia hari itu memakai baju kaos putih dengan dalaman kemeja motif kotak-kotak. Di belakang baju kaos Habsa, terpampang tulisan, “Adili… Ahok. Penggal Ahok. Selamatkan Agama Islam”.

Dalam aksi mengecam Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu, khususnya di Banda Aceh, hanya Habsa yang memakai baju seperti itu. Selain di baju, ia juga menempel tulisan kecaman untuk Ahok di mobilnya, dibagian depan dan belakang. Mobil milik Habsa yang diparkir di samping kiri gedung DPR Aceh itu menggunakan nomor polisi dengan kode awal D, yaitu nomor kendaraan di daerah Bandung.

Tulisan itu ia tulis pada Jumat, 4 November 2016 pagi, sebelum pergi berunjuk rasa. Aksi damai 4 November di Banda Aceh sendiri didominasi oleh kaum laki, hanya beberapa perempuan yang tampak diantara ratusan massa berpakaian dominan putih itu.

Perempuan berumur 47 tahun tersebut menyaksikan aksi dengan lebih banyak diam. Memang, dalam aksi damai mengecam pernyataan Ahok yang dinilai melecehkan Alquran Surat al Maidah ayat 51 itu, hanya lima orang yang berorasi. Itu juga sudah ditentukan orangnya, yaitu Ketua Relawan Aswaja Aceh Marsyuddin, Ketua Majelis Zikrullah Aceh Tgk. Samunzir, Ketua DPR Aceh Muharuddin, Ketua Rabithah Taliban Aceh Imran Abu Bakar, dan perwakilan mahasiswa Sayed Fuadi Fajar Ramadhan.

Kepada sumberpost.com, Habsa meminta pemerintah agar Ahok diadili karena pernyataannya yang dinilai melecehkan agama Islam. “Adili saja dia (Ahok) pakai hukum Islam,” tandasnya.

Melihat aksi massa mengatasnamakan Islam yang kecam Ahok mengingatkan Habsa ketika ia masih tinggal di Aceh. Habsa lahir di Lhokseumawe pada 29 Desember 1969. Di tahun 1981, ia mengaku melakukan demonstrasi mengecam warga etnis Tionghoa yang memukul mahasiswa asal Aceh. Habsa pindah ke Bandung pada 1987. Saat ini ia mengembangkan usaha konveksi di Bandung.

Rencana kepulangannya ke Aceh Aceh berawal dua minggu lalu. Ia menerima informasi bahwa ormas Islam di Banda Aceh akan melakukan aksi damai 4 November dari temannya yang seorang dosen di Universitas Muhammadiyah.

Beberapa teman-temannya di Bandung juga memberi kabar serupa. Jadilah ia meninggalkan usaha koveksinya di Bandung pada Rabu, 2 November 2016 lalu, dan mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar.

Pada Jumat, 4 November 2016, ia mendapat informasi massa aksi akan berkumpul di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, sebelum bergerak ke Gedung DPR Aceh. Menggunakan mobil, Habsa pergi bersama Jamaliah, saudaranya di Banda Aceh, menuju masjid raya.

Massa sudah tak ada ketika ia sampai di Masjid Raya Baiturrahman. Ia lalu melaju ke DPR Aceh, bergabung dengan massa.

Usai zikir, massa meneriakkan takbir beberapa kali, juga menyanyikan yel-yel, “Gantung, gantung, gantung si Ahok. Gantung si Ahok sekarang juga”. []

Abd Hadi F