Pondasi Kebangkitan Bangsa; Sejarah dan Budaya

Bila berbicara tentang hari kebangkitan bangsa, maka kita akan terperangkap tentang perseteruan mengenai kapan seharusnya hari kebangkitan bangsa yang pasti, Budi Utomo atau Serikat Islam?

Berbagai pendapat telah dikeluarkan dari kalangan tokoh masyarakat, sejarawan, aktivis, serta mahasiswa. Tetapi bagi penulis, perseteruan tersebut tidak ada habisnya dan akan terus berlanjut, karena setiap manusia memiliki pemikiran dan pendapat.

Kali ini penulis tidak menyinggung tentang siapa di antara ke duanya yang pantas disebut sebagai organisasi pergerakan pertama membangkitkan bangsa ini. Namun penulis lebih memfokuskan mengenai kebangkitan, persatuan, serta kemajuan bangsa.

Rapuhnya Pondasi Menggoyangkan Pilar Bangsa

Kita sering mendengar semboyan empat pilar batang tumbuh dalam kehidupan berbangsa dan Negara. Pilar-pilar tersebut ialah Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.

Dalam beberapa tahun ini, pemerintah begitu gempur mensosialisasikan ke empat pilar itu, baik di tingkat siswa, mahasiswa, maupun masyarakat umum hanya untuk meningkatkan rasa nasionalisme.

Namun sungguh disayangkan, ketika pilar-pilar penopang diusahakan untuk tegak berdiri dengan penerapan-penerapan melalui sosialisasi tetapi pemerintah lupa akan lebih pentingnya sebuah pondasi.

Pondasi dari sebuah bangsa dan negara adalah sejarah dan budaya. Karena bagaimana mungkin pilar dapat berdiri dengan tegak dan kokoh bila pondasi begitu rapuh dan keropos.

Dampak dari rapunya pondasi bangsa kita bisa dilihat pada peristiwa-peristiwa terjadi di beberapa daerah Indonesia. Perpecahan, konflik, dan referendum merupakan bagian dari peristiwa yang pernah terjadi.

Hampir disetiap peristiwa, pihak asing bermain dibelakang dengan dalih sebagai penengah, seperti kejadian di Aceh, Papua, Maluku, Poso dan beberapa daerah lainnya. Ini merupakan bagian politik Devide et Impera yang pernah digunakan oleh Belanda saat ingin menguasai Nusantara.

Selain itu permasalahan yang terjadi saat ini adalah bangsa kita telah kehilangan identitas. Secara tidak langsung budaya asli bangsa kita berlahan mulai menghilang dari tanah air kita.

Terbukti dari beberapa universitas yang ada di Indonesia, salah satunya adalah universitas saya sekarang mematokkan lulusan sarjananya harus bisa berbahasa Inggris dengan dibuktikan melalui Toefl.

Padahal di Australia yang tidak memiliki hubungan budaya dengan bangsa kita malahan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai pelajaran pilihan. Ini merupakan bukti, bahwa pondasi bangsa ini begitu rapuh, sehingga pihak asing melakukan neokolonialis di negeri ini.

Sejarah dan Budaya Adalah Pondasi Bangsa

Sejarah dan budaya merupakan dua unsur yang menjadi pondasi penting berdirinya sebuah negara, patutnya dari sejarah dan budaya kita banyak belajar.

Bangsa-bangsa di Eropa merupakan salah satu contoh yang menghargai sejarah dan budaya, terbukti mereka bisa bangkit dari zaman kegelapan menuju zaman Renaissance. Kesadaran itu timbul setelah mereka percaya bahwa Romawi pernah memiliki peradaban yang tinggi dengan ilmu pengetahuan yang sudah maju.

Di Indonesia sendiri pernah memiliki kerajaan-kerajaan besar dan pernah jaya di Nusantara serta diakui oleh dunia baik kekuatan, ilmu pengetahuan, maupun budayanya seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Aceh Darussalam.

Seharusnya bangsa kita banyak belajar dari kejayaan serta kesalahan yang pernah dilakukan oleh kerajaan yang pernah dimiliki oleh bangsa ini, bukan hanya terhanyut oleh sejarah keangkuhan yang berujung perpecahan.

Dan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan integrasi bangsa, marilah kita menjaga sejarah dan budaya kita yang ada.

Bung Karno pernah mengatakan pada beberapa pidatonya, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” dan ”Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya” dan dalam pepatah Aceh di katakan,”Mate aneuk meupat jirat, Gadoh adat pat ta  minta” .

Mengenai pentingnya sejarah dan budaya, sudah merupakan tugas penting bagi pemerintah, tokoh masyarakat, dan kawan-kawan aktivis semua.

Kita memang berawal dari daerah dan budaya yang berbeda, namun di dalam sejarah kita menjadi satu dalam proses terbentuknya integrasi sebuah bangsa, dengan satu budaya dalam bahasa dan di satukan berbentuk negara yang pernah diikrarkan pada Sumpah Pemuda.

Marilah bersama-sama kita menjaga sejarah dan budaya dari bangsa kita, sebab kalau bukan kita yang menjaga siapa lagi kelak mengajarkan persatuan dan kesatuan kepada anak dan cucu kita sebagai generasi selanjutnya.

Penulis bernama Mhd. Saifullah, lahir pada Mei 1991 di Medan. Mahasiswa Prodi Sejarah FKIP Unsyiah. Email : Muhammad.saifullah412@gmail.com