Gua Tujuh dan Misteri di Dalamnya
Gua Tujuh adalah gua yang dianggap sebagai peninggalan sejarah oleh masyarakat daerah Laweung. Ada tujuh pintu utama memasuki Gua Tujua ini. Ke Tujuh pintu tersebut mempunyai sisi yang berbeda-beda. Lokasinya di Jl. Banda Aceh – Medan KM 100, Desa Laweung, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh.
Gua ini, dikelilingi dengan gunung yang tak berhutan. Atau sering disebut dengan pegunungan bebatuan. Memasuki kawasan Gua Tujuh tentu harus berhati-hati. Karena, jalan menuju ke Makam yang sering di sebut para Aulia tersebut masih banyak mengalami kerusakan. Jalan yang terjal dan banyak bebatuan, sehingga pengunjung sulit untuk mengendari sepeda motor atau bus wiasata.
Dengan Panorama pengunungan bebatuan di selah-selah bukit tinggi, Gua tujuh terletak diperbatasan sebelah barat. Tepatnya, bebatasan dengan daerah laweung dekat Selatan. siapapun yang menuju ke daerah tesebut bisa melepaskan pandangan ke pesisir pantai laut selatan. Tentu memiliki keindahan tersendiri jika berada di puncak gua tersebut.
“Hampir semua orang pernah mendengar mengenai Gua Tujuh itu. Meskipun, banyak orang yang menceritakan dengan berbagai informasi yang di dapatkan. Namun, keakuratan tidak bisa digambarkan dari mulut ke mulut. Terkesan Gua Tujuh hanya sebagai cerita rakyat belaka” kata Arif salah seorang yang berkunjung ke Gua Tujuh tersebut.
Anehnya, tempat tersebut tidak bisa di sebut sebagai parawisata. Karena siapapun yang berkunjung ke Gua Tujuh, di namakan perjalanan Ziarah para Aulia-Aulia yang pernah bertapa di dalam Gua Tujuh . “Jika di jadikan wisata, maka pengunjung tidak menjaga etika ketika berada di gua ini, justru Gua Tujuh bisa dikatakan tempat ziarah banyak pengunjung. Apalagi, ini tempat suci para Aulia yang sedang bertapa “ kata Ambiya salah seorang Guide di Gua Tujuh perbukitan Laweung itu.
Seperti dunia mistis, ketika kita mendengarkan cerita atau sejarah Gua Tujuh. Karena, banyak orang menggambarkannya dari mulut ke mulut. “Siapa saja bisa menceritakan, asal mereka berada di wilayah tersebut. Meskipun sudah banyak orang dari luar melakukan pusat penelitian tentang luasnya Gua Tujuh itu, sampai saat ini belum ada yang membukukannya” Tambah Ambiya.
Menurut cerita, Gua Tujuh tersebut terdiiri dari 28 Gua. Dengan pintu utama berjumlah Tujuh, sebagai pintu pembuka menuju Gua selanjutnya. Hanya Tujuh pintu yang bisa dimasuki oleh orang. Sedangkan saat ini, hanya tersisa Empat pintu yang masih terbuka lebar. Yang lainnya sudah tertutup dan tidak bisa dimasuki, dengan berbagai alasan yang ada. Bisa saja arah gua tersebut terlalu luas, takut tersesat dan tidak tahu pintu keluarnya . Ditambah lagi, Gua Tujuh itu tidak di beri cahaya lampu sehingga terlihat sangat gelap dan pekat. Hanya ada cahaya senter yang terlihat ketika orang memasuki ke dalam gua itu.
Menurut Safrullah (45) Salah seorang pemandu di Gua Tujuh itu mengatakan, banyak orang yang berkunjung kedaerah tersebut baik dari Aceh maupun luar aceh seperti dari pulau jawa dan sumatera. Bahkan, Turis juga pernah sering berkunjung untuk penelitian mengenai keluasan Gua Tujuh tersebut. Namun, banyak yang gagal karena gua itu tidak bisa di ukur luasnya.
“Gua ini gua suci, semua Aulia berkumpul di sini. Mereka bertapa mengharap kasih dari Tuhan. Berjalan sampai ke haji, melalui perjalan bertapa. Kekuatan mereka menyatu. Ada yang terjatuh kelaut karena gagal dengan berbagai rintangan ada juga yang berhasil hingga menembus Tanah Suci”. Kisahnya.
Tidak hanya para Ulama aceh yang melakukan pertapaan di wilayah gua tujuh ini, tetapi ada juga para ulama dari luar Aceh, tapi masih banyak yang gagal. Itu terlihat saat para pertapa meceritakan kisahnya selama beberapa minggu menjalani pertapaan. Ada yang badannya merah seperti kena cambukan, ada juga dengan selamat membawa kris yang telah berhasil di ambil dari dalam gua tersebut. Ia juga menuturkan mengenai pertapaan seorang ulama hingga menuju Arab. Banyak cerita yang dikisahkan kepada pengunjung, meskipun cerita tersebut terlihat mistis tapi, cerita gua tujuh tersebut memang ada di dunia nyata.
Salamah (63) adalah warga Laweung di Desa Suka Jaya. Ia mengisahkan bahwa Gua Tujuh merupakan gua perjalanan haji para Aulia. Gua Tujuh yang sudah ada berabad-abad itu menurut cerita bukan sebuah gua yang terbentuk dari peristiwa Alam. Namun, ada suatu kejadian yang nyata yang tidak bisa di gambarkan oleh manusia sekarang. berbagai adat-istiadat juga ada di dalam Gua tersebut. Ada sebuah peristiwa penting yang terjadi di Gua Tujut tujuh itu. Sampai sekarang belum ada Ahli sejarah yang bisa menelusuri seberapa luas gua tersebut.
Selain itu, Gua Tujuh juga pernah digunakan sebagai sarana pertapaan (menyendiri). Orang Aceh menyebutnya ‘Kaluet’. Istilah ini tepatnya bernada positif. ‘Kaluet’ merupakan sarana untuk meningkatkan harmonisasi antara manusia dan Allah SWT. Mereka hanya beribadah. Biasanya orang yang memilih ‘Kaluet’ ini hingga berbulan-bulan lamanya menetap dalam gua tersebut. Ditengarai mereka tidak makan dan minum.
Salimah, sebagai orang yang di jadikan Nara Sumber ketika mendapatkan informasi tentang Gua Tujuh itu menjawab dengan lisan dan cerita dari nenek buyutnya zaman dahulu. Lagenda Gua Tujuh merupakan peristiwa penting sampai sekarang. faktanya, masih banyak orang-orang para Ulama yang datang dari Aceh, Pulau Jawa, dan juga Luar Negeri untuk melakukan percobaan Pertapaan. Dikisahkan, ada seorang perempuan yang cantik dan Solehah datang ke tepat itu, puluhan tahun yang lalu. Ia berniat ingin melakukan pertapaan ke dalam Gua tersebut. Belum sampai seminggu, di dalam gua yang gelap gulita, perempuan itu langsung keluar dengan kondisi tubuh yang bengkak seperti ada pukulan cambuk di bagian belakangnya. Mendengar cerita tersebut bagi masyarakat modern tentu sangat tidak masuk akal. Namun, itulah realita yang terkisah di Gua Tujut itu.
Cerita mistis lainnya terkait harta benda yang dikandung Gua Tujuh. Diyakini, Gua Tujuh banyak memiliki peninggalan emas. Sebagian sumber memercayai emas itu milik kerajaan Aceh masa lalu yang dikuburkan disana. Sebagian lain merasa emas itu fatamorgana. Hanya bisa dilihat oleh Aulia, orang yang dianggap keramat.
Untuk mengamati pintu masuk gua ini, banyak orang yang mengantung sendi kehidupan disana. Dengan berjualan minuman, dan makanan yang di sediakan khusus unntuk para pengunjung. Indahnya lagi, tempat ini tidak di tarik biaya apapun , termasuk untuk memasuki gua tersebut. Hanya saja pengunjung bisa membayar dengan seihklasnya kepada para guide yang sudah mendampingi pengunjung mulai dari pintu masuk hingga pintu arah keluar gua tersebut.
Soal perawatan dan penjagaan Gua Tujuh, sudah ada dalam tatanan aturan pemerintah kota Pidie yang berhubungan dengan Dinas Pariwisata. “Disana, para Guide sudah mendapatkan jatah masing-masing, meskipun hanya sedikit” Ujar Safrullah, tidak ingin deketahui berapa gajinya perbulan sebagai penjaga Gua Tujuh itu.
Pengunjung juga banyak pantangan jika memasuki gua tersebut. Salah satunya, tidak bisa bepaikaian yang terlalu ketat seperti celana Jeans dan Lejing. Apa lagi pergi berdua-duaan. Itu sangat di larang, karena untuk menjaga hal yang tidak di inginkan.
Didalam gua tersebut, ada juga ukiran ayat Allah yang tertulis jelas di atap bebatuan gua. Nukilan Bismillah itu bukanlah ciptaan Manusia, akan tetapi memang sudah ada dari bebatuan di atas atap Gua itu. Biasanya tulisan Ayat Allah tersebut akan mengeluarkan tetesan air, dan air tersebut di tampung dalam Drum. Jika pagi hari, hanya penjaga gualah yang berhasil mengambil air tersebut dan memasukkannya kedalam botol Aqua. Kemudian, air tersebut di pasarkan kepada pengunjung. Alkisah, air tersebut bisa menyembuh berbagai penyakit.
Tidak hanya itu, ada juga tempat duduk Pelaminan, dapur, dan tempat lainnya yang sudah membatu. Dari pengamatan penulis, dulunya gua tersebut di huni oleh para ulama dan kerajaan-kerajaan, karena banyak peninggalan di dalamnya yang bisa di ambil sampai saat ini. Meskipun harus melalui pertapaan seperti yang pernah di lakukan oleh para ulama-ulama terdahulu. Dan sebagai bukti ulama yang berasal dari daerah Jawa pernah berhasil mengambil keris selama pertapaannya dalam Gua tersebut.
Sumber dari; Majalah Potret