Kanduri Blang
Di salah satu kawasan Ulee Kareng, tepatnya kampung Ceurih, terdapat beberapa hektar sawah produktif yang berada di belakang kompleks pos arah ke kampung Ilie. Masyarkat di daerah ini, masih melaksanakan khanduri blang sebagai bentuk rutinitas sebelum masa bercocok tanam.Menurut Nurjannah, 45, salah seorang petani yang berada dikawasan tersebut, khanduri blang, acara makan bersama diblang (sawah) yang dilakukan oleh penggarap sawah. Dengan cara membawa bahan-bahan makanan dari rumah masing-masing, kemudian dimasak oleh para tetua (penggarap sawah yang sudah tua). “Kita makan di sawah, para petua kampung yang memasak. Sedangkan yang muda membawa bahan makanan dari rumah masing-masing”. Jelasnya kepada crew sumberpost.
Acara khanduri blang ini sudah dilakukan secara turun temurun sejak dulu. Tetapi, tidak setiap tahun dilaksanakan, tergantung bagaimana hasil panennya. Jika panen gagal maka khanduri blang ditiadakan. “Kita tidak melaksanakan khanduri blang kalau hasilnya tiak ada, karena mubazir.” Tambah Nur Jannah, perempuan empat orang anak ini.
Indonesia terkenal dengan khasanah budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Mulai dari sektor pertanian, perikanan sampai pertambangan, menjadi sumber pendapatan pertama Negara. Sehingga kebanyakan orang mengistilahkan negeri kita “tanah syurga”. Pertanian Indonesia seluas 11,6 juta hektare, menjadikan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Didukung dengan keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis, dalam setahun petani bisa memanen 2-3 kali. Dalam tahap penanaman, para petani melakukan beberapa tahapan, termasuk per-adatan.
Tahap per-adatan di Aceh pun dimulai dengan beberapa proses. Mulanya benih terlebih dahulu dipesijuek, baru kemudian ditabur. Pada saat padi berumur 2 bulan atau siap dipanen, para penggarap sawah melaksanakan yang dinamakan “Khanduri Blang”.Khanduri blang adalah suatu prosesi yang dimaksudkan untuk kemakmuran tanah. Biasanya dilaksanakan di awal musim luah blang (waktu bercocok tanam) di hari yang ditetapkan pengurus kampung.
Tidak hanya penggarap sawah, pemilik atau bahkan penduduk setempat pun yang tidak memiliki sawah boleh ikut menikmatikhanduri tersebut. Semuanya dilakukan di blang (sawah) agar lebih terasa rasa syukurnya.
“Khanduri blang tersebut dilaksanakan untuk menolak bala, hama dan penyakit tikus. Khanduri blang merupakan sebuah sarana untuk berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari berbagai macam penyakit menular lewat makanan, terutama padi. Ungkap Yahya Adam, 50, petani.
Lain halnya di sebahagian kawasan Pidie. Pelaksanaan khanduri blang tidak mesti dilaksanakan di blang (sawah), tetapi bisa juga dilaksanakan di meunasah (surau). Mengenai tata caranya berbeda pula, para penggarap sawah memasak hidangan di rumahnya masing-masing. Baru kemudian hidangan dibawa kemeunasah (surau).
Bagi para petani, pelaksanaan khanduri blang sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberkahi panen mereka, sehingga berbuah dengan baik. Sekarang ini, tidak semua penggarap sawah melaksanakankhanduri blang. Bahkan beberapa kawasan di Aceh, khanduri blang sudah lama ditiadakan. “Itukan syirik,” begitulah ungkapan Rahmi seorang mahasiswi, ketika ditanya tentang khanduri blang.
Terlepas dari itu semua, adat tetaplah adat yang patut dilestarikan. Asal tidak bertentangan dengan syariat dan dapat mempererat silaturahim antar sesama.
Wartawan : Nana Muliana
Adat ngon Syariat lage zat deungon sifeut.
pada masa Sultan Iskandar Muda semua adat yang bertentangan dengan syariat dihapuskan, dan adat yang berasal dari hindu yang bisa dilanjutkan maka disyariatkan (diganti jampi2nya dengan doa dan salawat), jadi tidak ada istilah syirik pada adat, tu hanya orang yang kurang informasi saja yang mengatakan hal “syirik”.
Tulisan ini mohon izin di share di website majelis adat kami,
Regards,
Roy Satriadi (Alumni IAIN – APK 2006).
n for admin of this web, i think u must put new artikel at right middle, not just hot topic and mosr visited. thx before.