Cerpen – Ini Salah Siapa ? (Bagian 1)
Senang,,! Itulah ungkapan ketika mataku terpancar jelas ke sebuah gedung mewah, megah nan indah, dihiasi dengan casing bewarna merah batu bata. Lamban kereta ku melaju kearah tersebut, dan ku parkir rapi di sudut kiri gedung. Kaki ku memapak di halaman gedung “registrasi” itu, ya, tepatnya di lingkungan IAIN Ar-Raniry, Aceh. sejenak aku berdiri dan melihat keramaian mahasiswa mahasiswi yang sedang mondar mandir di hadapanku. Tak satu pun ku kenal hamba Allah itu.
Ingin mataku terus melihat indahnya suasana kampus yang mewah itu, namun apalah kata, nampaknya sepasang kaki ku tak tahan lagi ingin masuk ke dalam gedung. Aku pun tak kuasa menahannya, dan mungkin dia akan marah jika tak ku turuti keinginannya, terpaksa aku harus mengikutinya.
Tepat kaki ku berada di pintu masuk gedung registrasi dan kulihat begitu banyak manusia di dalamnya, tak ubah bagaikan semut yang sedang menggeremuni mangsanya.
Aku pun melangkah dan mendekat kearah tersebut, kulihat mereka sedang cengengesan meluap kegembiraannya melihat nama dia tertulis di papan pengumuman.
benar sekali…! mereka melihat beasiswa yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI, DIPA yang sudah keluar.
Mata ku yang agak kekuning-kuningan layaknya bule ini, terus meraba-raba nama yang unik ku sambil bergumam, “Mana ya, kenapa tidak terlihat nama ku, kapaloe nyoe”. Wajah ku yang menggemaskan ini tiba-tiba terasa berubah tak menentu, bercampur aduk dengan hati yang gelisah. Ketegangan mulai menyelimuti benakku. Sedari tadi sepertinya namaku tak juga muncul di kertas pengumuman itu. Aku terus melihat satu persatu nama dan keterangan kuliah, aku mulai panik, nama ku tak ada di sana, “Ya Allah, ka tan metemeng lon,” gumamku.
Aku kecewa. Lagsung ku ambilkan handphone di dalam kantong celana dan ku kirimkan sebuah pesan kepada temanku, Mirza.
“Mir, di mana ,,?.”
“Di kantin biro ta, kenoe kajak aju.”
“Siateuk,,,eh, anak kpi satu pun ngak ada dapat beasiswa.”
“Itulah, udah kulihat tadi.”
Tiba-tiba salah seorang mahasiswa KPI datang menyapaku, dia menanyakan masalah beasiswa itu, aku pun sendiri bingung dan tak tahu harus menjawab apa. Karena mahasiswa dari fakultas dan jurusan lain semua nya ada, yang tak muncul hanya mahasiswa Komunikasi.
Aku pun keluar dari gedung dan langsung ku ambilkan motorku untuk pergi menuju kantin Al-Jamiah. Setiba di halaman kampus depan kantin, ku lihat Mirza , Juunaidi, dan Tamleqa sedang duduk di depan sudut kanan kantin di temani 4 ”bidadari cantik” dari tarbiyah yang sedang sibuk dengan sesamanya di bangku sebelahnya. Dengan terburu-buru, aku menghampiri mereka.
tak hanya aku saja, nampak nya mereka juga merasakan hal yang sama sepertiku. Sementara bidadari yang di sebelah kami sibuk membuat surat penyataan beasiswa untuk di berikan pertanggung jawaban kepada biro registrasi. Saya pun bertambah iri melihat kegembiraan mereka, sementara kami mau tak tahu harus bagaimana “Nasib nasib” gumamku.
Hari mulai sore, perut ku pun sudah tak tahan ingin diisikan makanan. Dengan segera aku langsung memesan nasi gurih kepada ibu penjual nasi gurih di kantin. Tak sampai 2 menit nasi pun siap di hidangkan kehadapanku. Kumakan dengan buru-buru agar perutku ini tak rewel lagi.
Kuajak teman-teman untuk menemui Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr Baharuddin M. Si. Dengan bergegas kami berempat menuju ke meja kasir untuk membayar makanan yang sudah kami makan, kemudian sama-sama pergi ke ruang pria yang akrab disapa pak Bahar itu.
Di tengah perjalanan HP ku kembali berdering ku ambil hp dari kantong celana, ternyata bang Khairul Munadi mengirimkan pesan singkat tentang masalah beasiswa, ia yang biasa disapa dengan Isun itu mengatakan kepada ku “Dek, jak bak pak bahar, ci tanyong pakoen beasiswa bak jurusan kpi hana tebit! awak nyoe tanyong bak bg, mngat leubeh sejalur, dek tanyong ju bk pa bahar” katanya dalam pesan singkat. Kebetulan sekali pikirku, seperti yang kuinginankan.
Kami pun sampai ke ruang beliau. Setelah mengucapkan salam, ku awali pembicaraan ku mengenai beasiswa itu dengan agak tegang. Bapak sedikit terkejut ketika kami mencerikatakan masalah yang muncul tadi. Beliau langsung menampakkan data-data mahasiswa komunikasi yang mendapatkan beasiswa DIPA. Nama kami tertulis di lembaran kertas putih yang agak kuyut itu, namun yang kami binggungkan, nama kami tidak ada di data biro registrasi. APA YANG SALAH ???
Bersambung. Apa yang akan terjadi selanjutnya..
Penulis adalah salah satu mahasiswa KPI 2010
Fakultas Dakwah IAIN Ar-RAniry
Printer’a gak dpat beasiswa bg