Sumberpost.com – AMMA BA`DU, sesungguhnya perintah Ilahi turun dari langit seperti tetesan hujan. Membawa kepada setiap orang apa yang ditentukan baginya, baik berlimpah atau sedikit. Maka apabila seseorang di antara Anda melihat saudaranya banyak keturunan atau kekayaan, hal itu tak boleh menyebabkan fitnah padanya.
Demikian pula, seorang Muslim yang bebas dari kedurhakaan mengharapkan satu dari dua hal yang baik: panggilan Allah, dan dalam hal itu apa saja yang diberikan Allah adalah baik baginya; atau rezeki Allah. la telah mempunyai anak dan harta, sedang iman dan kehormatannya ada bersamanya. Sesungguhnya harta dan anak-anak adalah kebun dunia ini, sedang amal kebajikan adalah kebun untuk dunia yang akan datang. Kadang-kadang Allah menggabungkan semua itu pada satu orang.
Ingatlah kepada Allah terhadap apa yang telah diperingatkan-Nya kepada manusia. karena la telah menyuruh kita untuk bertakwa kepada-Nya dan terus takut kepada-Nya sampai tak ada dalih yang diperlukan untuk itu. Beramallah tanpa pamer atau niat untuk didengar, karena apabila seseorang beramal demi seseorang selain Allah maka Allah akan mengalihkan dia kepada orang itu. Kami memohon kepada Allah (untuk mengaruniakan kepada kita) kedudukan para syahid, sahabat orang berke-bajikan dan persahabatan dengan para nabi.
Wahai manusia, sesungguhnya tak seorang pun (meski ia kaya) dapat berbuat tanpa kerabatnya dan bantuan tangan dan lidahnya. Hanya merekalah dukungannya dari belakang yang dapat menjauhkan kesukaran darinya, dan merekalah yang paling baik kepadanya apabila kesengsaraan menimpanya. Kenangan yang baik yang Allah pelihara di antara manusia lebih baik daripada harta yang diwarisi orang lain dari dia.
Dari Khotbah yang Sama Lihatlah! Apabila seseorang di antara Anda sekalian mendapatkan kerabat Anda dalam keadaan perlu atau dalam kelaparan, ia tak boleh menolak untuk menolongnya dengan apa yang tidak akan menambah apabila pertolongan ini tidak diberikan, dan tidak akan berkurang dengan menafkahkannya sedemikian itu. Barangsiapa menahan tangannya dari (menolong) kerabatnya, ia hanya menahan satu tangan, tetapi pada saat ia memerlukan, banyak tangan tertahan dari menolong dia. Orang yang berperangai manis dapat mempertahankan cinta kaumnya untuk selaman.
Ghafirah berarti banyak, berlimpah-limpah; kata ini berasal dari ungkapan Arab Jammul-ghafir atau Jama’ul ghafir yang berarti kerumunan padat. Dalam beberapa versi sebagai ganti ghaffrah muncul ‘afwatan. ‘Afwah berarti bagian yang baik atau pilihan dari sesuatu. Dikatakan Akaltu afwatath-tha’am, yang berarti Saya telah memakan makanan pilihan. Man yaqbidh yadahu ‘an ‘asyfratihi (Barangsiapa menahan tangannya dari kerabatnya) dan seterusnya, menunjukkan betapa indahnya makna kalimat ini. Amirul Mukminin memaksudkan bahwa orang yang tidak menolong kerabatnya sendiri hanya menahan tangannya; tetapi, bilamana ia memerlukan bantuan, simpati dan dukungan mereka maka ia tidak akan mendapatkan simpati dan pertolongan dari sekian banyak tangan mereka
Manusia diberikan 2 jalan ada yang buruk dan ada yang baik, Allah telah berfirman dalam surah Asy Syams ayat 7-10 yang artinya “Demi jiwa demi diri serta penyempurnaan penciptaannya, lalu Allah itu mengilhamkan jalan ke dalam jiwa itu berbuat kefasikan berbuat kejahatan serta berbuat ketaqwaan, sungguh beruntunglah orang yang selalu mensucikan bathinnya, mensucikan hatinya, mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah mereka yang selalu mengotorinya“.
Dari firman Allah tersebut kita mengetahui dalam tubuh ini ada satu unsur yang disebut dengan jiwa atau nafs. Dalam wadah yang disebut jiwa atau nafs itu Allah SWT memberikan 2 (dua) jalan, yaitu jalan untuk berbuat baik ataupun jalan untuk tidak berbuat baik, Apakah jalan untuk melakukan perbuatan positif ataupun untuk perbuatan yang negatif, yang menguntungkan atau merugikan, bergantung kepada manusianya.
Dalam ayat lain Allah berfirman bahwa jika kalian beriman silakan, jika kafir silakan, terbuka jalannya. Mau diapakan wadah ini tergantung pada kita. Bukankah Allah SWT telah memberikan 2 (dua) wadah fujurohaa atau taqwahaa, jalan untuk berbuat kejahatan dan jalan untuk berbuat kebaikan.
Setelah itu Allah mengingatkan kepada kita, Qod aflaha man dzakkaha waqadkhaba man dassaha, beruntung orang seandainya wadah itu diisi oleh akhlakul karimah, diisi dengan sifat-sifat yang terpuji. Amat rugilah mereka jika wadah itu dipenuhi dan diisi oleh sifat-sifat kejahatan dan kemudaratan, apakah yang datangnya dari hawa nafsu, syetan, iblis maupun sifat-sifat hewaniah.
Jika merujuk kepada Al qur’an, dan memperhatikan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW serta melihat pada karakter-karakter manusia-manusia yang terdahulu mulai para nabi dan rasul, para sahabat hingga pada zaman sekarang ini banyak, sifat-sifat; penyakit hati yang bersarang dalam jiwa kita. Kita harus waspada kalau kita menyimpan penyakit-penyakit hati, karena apapun yang kita ucapkan apa yang kita lihat dan apa yang kita hasilkan dalam pemikiran, yang berwujud dalam perbuatan sehari-hari adalah tergantung isi hati kita masing-masing
Kalau hati atau qolbunya bersih, suci dan diisi sifat-sifat yang baik-baik tentu yang terpancar dari penglihatan, pendengaran dan pemikiran dalam tindak tanduk perbuatan kita sehari-hari tentu sesuai isi hati yang baik-baik, tetapi seandainya penglihatan, pendengaran dan pemikiran yang selalu negative, mata kita sulit untuk berpaling dari kemaksiatan. Pendengaran kita sulit untuk berpaling dari pendengaran negative, pikiran kita akan selalu buruk sangka. tingkah laku kita susah diarahkan.
Sombong dan angkuh adalah penyakit hati dalam sifat sombong dan sifat angkuh telah dicontoh oleh iblis latnatullah, ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud kepada Adam as sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqaroh ayat 34 yang artinya “Dan (ingatlah ) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat : ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblls. Ia enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan orang-orong kafir“.
Kemudian Iblis menanggapi perintah yang Allah sampaikan dengan sikap menyombongkan diri, karena itu iblis dicap oleh Allah sebagai makhluk yang terkutuk. Jika kita sebagai hamba Allah mengikuti jejak iblis maka jadilah kita sebagai makhluk yang terkutuk sama seperti iblis.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesombongan adalah kekayaan, kecantikan, kegagahan, keilmuannya, pangkat serta jabatannya. Akibat dari sifat yang dimilikinya ini tidak mau lagi menerima kebenaran dari orang lain serta menganggap enteng terhadap orang lain.
Sifat iblis yang lain adalah sifat rakus dan tamak itu awalnya kata nabi telah ditampilkan oleh Adam as, karena tertipu oleh iblis latnatullah. Iblis menjanjikan kepada Adam as, dalam surat Al A’raaf ayat 20-21, yang artinya “Hai Adam aku ini penasehatmu yang aktif jika kamu terima nasehatku syukur dan tidak kau terima tidak ada masalah, Tahukah kamu mengapa , Allah melarangmu untuk mendekati pohon khuldi ini, lalu iblis mengatakan pohon ini yang mengekalkanmu hai Adam, jika anda dekati pohon itu, maka kamu akan kekal selama-lamanya di surga“.
Ini merupakan tipuan dan rayuan syetan dan iblis latnatullah, dimana Adam as mendekatinya dan makan buah tersebut serta auratnya terbuka, akhirnya Adam pun sadar karena telah ditipu oleh syetan dan iblis latnatullah, maka kemudian Adam as bertaubat kepada Allah “Robbana dzolamnaa anfushanaa wa inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minalkhosirinna – Ya Allah, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau telah mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi“.
Ada lagi penyakit hati yang merupakan jejak iblis dan syetan selalu mengganggu. Yaitu sifat-sifat dengki ini sudah ditampilkan sejak dahulu oleh anak Adam as yaitu qabil, yang telah membunuh adik kandungnya yang bernama habil, karena apa?, karena sifat dengki kepada adiknya karena Allah menerima qurbannya sedangkan qurban qabil ditolak oleh Allah. Dalam hadits nabi bahwa kesombongan, ketamakan, kerakusan serta kedengkian itu merupakan sifat-sifat syetan dan akan menjadi sumber-sumber dari malapetaka dan sumber maksiat.
Kalau kita perhatikan zaman sekarang ini, kenapa para pengusaha, para pejabat dan para wakil-wakil rakyat tidak mau mendengar nasehat-nasehat yang benar. Karena sifat kesombongannya dan keangkuhannya, mereka menganggap bahwa pendapatnyalah yang benar sementara pernyataan orang lain itu salah, ini merupakan sifat-sifat syetan dan iblis latnatullah.
Rasa syukur atas pemberian Allah SWT.
Penyakit hati seperti sombong, tamak, rakus dan dengki seyogyanya disingkirkan jauh-jauh dari jiwa kita masing-masing, seandainya sifat tersebut kita singkirkan, maka insya Allah kita menjadi hamba Allah yang terhormat dihadapan Allah, Bagaimana caranya untuk menghilangkan sifat-sifat syetan dan iblis itu adalah sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ashar ayat 3 yang artinya “kecuall orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran“.
Salah satu cara menghilangkan sifat tamak dan rakus dengan cara menanamkan rasa syukur dan menikmati pemberian Allah apa adanya. Sifat dengki dan iri hati bisa kita hindarkan, dengan cara menerima suatu ujian dan musibah, karena segala sesuatu yang terjadi dengan izin oleh Allah SWT.
Oleh karena itu jika terjadi suatu kemewahan, pangkat, jabatan serta harta yang berlimpah kita harus bersyukur dan jika Allah memberikan suatu kesusahan dan kesengsaraan kita harus bersabar. Syukur jika berada di atas dan sabar bila berada di bawah. Mudah-mudahan kita selaku makhluk Allah SWT yang sempurna mampu mensyukuri dan menikmati pemberian dari Allah SWT dan terhindar dari sifat-sifat syetan dan iblis latnatullah. [Foto Ilustrasi Google]
Saiful Anwar, Penulis adalah mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Ar-Raniry.