Kongres Kebudayaan Indonesia, Wamenbud: Kebudayaan sebagai Panglima
Sumberpost.com – Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) telah dibuka oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan (Wamenbud) Wiendu Nuryanti, Selasa (8/10), di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta. Mengusung tema “Kebudayaan untuk Ke-Indonesiaan”, kongres ini diharapkan dapat menjadikan kebudayaan sebagai panglima.
Apa yang dimaksud kebudayaan sebagai panglima? Wamenbud menjelaskan, kebudayaan sebagai panglima adalah pembangunan bangsa dengan meletakkan manusia sebagai konsep sentral. Kebudayaan akan menjadi satu kerangka pokok, sehingga paradigma pembangunan tidak lagi diukur dengan pendekatan ekonomi dan politik, melainkan kebudayaan. “Di segala lini pembangunan, apakah itu sarana prasarana, tetap kita yang menjadi basis. Konsep sentralnya manusia,” terangnya.
Wiendu mengatakan, kongres ini ditantang untuk menghasilkan terobosan-terobosan baru untuk pembangunan manusia dan budaya Indonesia ke depan. Pendekatan kebudayaan, kata Wiendu, merupakan strategi yang efektif untuk digunakan dalam membangun bangsa. “Mudah-mudahan hasil dari KKI ini bisa menjadi kekuatan baru bagi Indonesia untuk melakukan terobosan-terobosan, penyegaran-penyegaran dalam membangun negara,” katanya.
Kebudayaan, kata Wiendu, lingkupnya jauh lebih besar dari pendidikan. Pendidikan hanya salah satu instrumen untuk membudayakan manusia. “Pendidikan itu sangat penting, tapi bukan satu-satunya,” katanya.
Direktur Jenderl Kebudayaan Kacung Maridjan mengatakan, kebudayaan harus menjadi arus utama. Artinya, kebudayaan harus menjiwai semua bidang pembangunan. Kacung mencontohkan, ketika Kementerian Pekerjaan Umum akan membangun jalan, yang menjadi pertimbangan harusnya adalah budaya masyarakatnya, bukan ekonomi atau politik. “Kalau kebudayaan jadi mainstream, penganggaran tidak hanya lewat ditjen kebudayaan, tapi bisa di seluruh tempat,” katanya.
Kacung menekankan, keberadaan kebudayaan bersifat wajib, tidak boleh tidak ada. Atas hasil kongres ini nanti, kata Dia, akan dipakai sebagai masukan untuk cetak biru pembangunan kebudayaan hingga 2045. Saat ini, Ditjen Kebudayaan sedang menganalisis indeks pembangunan kebudayaan. “Mudah-mudahan nanti kita akan mengundang beberapa ahli, jadi kita bisa mengukur tidak hanya ekonomi, tapi juga kebudayaan,” tandasnya.[kemdikbud.go.id]