21 Maret 2014 Oleh Redaksi Off

Melawan Lupa, Kala Fakultas Bakar Skripsi Mahasiswa

Sumberpost.com | Sore itu, 24 Desember 2013 lalu, sekitar 30 menit setelah azan shalat Ashar berkumandang. Beberapa orang cleaning service Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry membawa beberapa penampung sampah beroda ke  samping kiri gedung D Fakultas Syariah, dekat penampung air kampus itu. Ratusan arsip dibakar, termasuk skripsi. Tak banyak mahasiswa yang melihat kejadian ini.pembakaran skripsi

Beberapa mahasiswa yang mengetahui kejadian itu merasa kesal dengan pembakaran hasil karya mahasiswa itu. Nurul Fajri, salah satu mahasiswa fakultas Dakwah mengaku tidak setuju atas pembakaran skripsi tersebut.

“Karena proses dari penulisan skripsi tersebut tidaklah mudah. Akan tetapi, lebih baiknya sebelum dibakar skripsi tersebut di digitalisasi terlebih dahulu,” kata mahasiswa semester akhir itu.

Hal senada disampaikan oleh Maria Efiana, alumni fakultas yang lahir pada 1986 silam itu. Ia menjelaskan bahwa proses pembuatan sebuah karya tulis itu tidak semudah membakarnya.

“Perlu analisis dan pencarian data. Jadi ada tahapan-tahapan tertentu untuk membuatnya, dan pembakaran itu merupakan bentuk tidak adanya penghargaan terhadap karya akademisi,” Tegasnya.

Lanjutnya lagi, dengan adanya pembakaran skripsi ini, kedepan fakultas harus introspeksi diri. “Jangan sampai kumpulan skripsi hari ini memiliki nasip sama dengan skripsi yang telah dibakar dengan alasan yang sama pada 10 tahun mendatang. Harus ada perawatan dan perhatian lebih besar,” Harap Maria.

Beberapa hari sebelum pembakaran karya mahasiswa itu, pihak dekanat dibantu oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan yang ada di fakultas itu mengeluarkan semua arsip yang ada di dalam Mushalla dan mengeluarkannya ke lobi belakang Dakwah. Hal itu sempat mengganggu mahasiswa yang berlalu lalang melewati lobi.

Wakil Dekan I fakultas Dakwah, Jauhari mengatakan, pembakaran skripsi ini bukan karena tidak adanya penghargaan akademik, namun karena memang sudah tidak bisa disimpan lagi.

“Bagian luarnya saja sudah tak sanggup kita pegang. Kalau disimpanpun tidak bermanfaat,” Ujarnya. Johari menjelaskan, jika satu buku sudah dimakan rayap, maka buku tersebut tidak bisa di gabungkan dengan buku lain, karena dapat memancing rayap untuk memakan buku lainnya.

Menurut Jauhari, data-data yang perlu dipertahankan yaitu data keuangan dan data negara lainya. “Skripsi itu bukan data negara, hanya sebuah karya tulis. Kepada yang bersangkutan juga masih ada,” ungkapnya.

Pencetakan ulang skripsi diakui oleh pihak fakultas tidak dapat dilakukan lantaran tak memiliki anggaran khusus. “Jadi tidak mungkin dilakukan,” Ujar Wakil Dekan II Mira Fauziah.

Tidak hanya itu, gudang tempat penyimpanan sebelumnya kata Mira, merupakan Mushalla  fakultas. “Jadi, kita memang tidak punya tempat. Seperti kata pak Jauhari, arsip yang tidak bisa di simpan lagi untuk apa,” Terangnya.

Mengetahui hal itu, tim Kuphi Kampus mencoba mencari ruangan kosong yang tak terpakai. Tim menemukan beberapa ruang yang memang tidak digunakan untuk kepentingan kampus. Ruang berukuran sekitar 2 x 4 meter yang berada di sudut kiri  lantai dua kampus, ruang berukuran sama di samping kantin, dan beberapa ruang lainnya yang tak terpakai.

pembakaran skripsi 2

Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Abdul Rani Usman mengatakan bahwa menyimpan arsip 10 tahun itu tidak mungkin, karena keterbatasan tempat. Langkah terakir adalah menyisihkan arsip dibawah tahun 2000 yang dianggap tidak begitu penting. “Skripsi itu penting, tapi pada yang bersangkutan dan di pustaka induk juga ada. Arsip yang usianya mencapai 10 tahun sudah tersimpan dalam arsip nasional.” Ujarnya.

Rani berharap, ke depan semua arsip fakultas akan disimpan di dunia maya “Tapi untuk sekarang sepertinya dosen belum siap, mahasiswa pun belum siap,” Katanya.

Lain halnya dengan Fakhrur Riza. Salah satu Dosen Fakultas Dakwah ini menuturkan bahwa menurutnya skripsi itu baru boleh dibakar jika fakultas memiliki soft copy nya. “Mungkin ada alasan tertentu kenapa skripsi itu harus dibakar namun itu sangat sayangkan, karena bagaimanapun itu arsip dan menjadi referensi orang untuk membacanya,” Jelas Riza .

“Solusi ke depannya, skripsi itu di pdf-kan. Meskipun hard copinya suatu hari dimakan rayap,  pihak fakultas sudah punya pdf yang bisa di simpan sampai kapan pun. Gak susah kok buat mem-pdf kan skripsi itu dan bentuknya sama kayak buku,” Katanya.

Sebenarnya buku apapun akan awet jika dirawat dan diperhatikan kebersihannya. “Buku itu harus sering – sering dikontrol kebersihannya. Caranya ambil tiap buku dan bersihkan debu yang menempel di atas buku itu,” ungkap Eka Nely Safrida, staf Pustaka Fakultas Dakwah Dan Komunikasi.

Eka menerangkan koleksi buku tertua di perpustakaan fakultas ini yaitu sejak 1999 dan masih tersimpan utuh  “Dan itu butuh perawatan ekstra dengan membersihkannya setiap hari,”

Selain dibersihkan setiap hari ujar alumni jurusan Perpustakaan itu, kondisi ruangan sangat berpengaruh. “Idealnya sebuah perpustakaan itu harus memiliki AC sehingga tak ada debu yang menempel di buku dan itu menjadikan buku lebih awet. []

Desi Badrina, Wardatul Jannah, Rayful