21 Maret 2015 Oleh Abdul Hadi Off

Penjual Sovernir di Kubah Tengah Sawah

Sumberpost.com | Kubah ini letaknya di tengah sawah, di sekitar lereng gunung. Hanya kubah, tidak ada bangunan utuh selayaknya masjid. Kubah Masjid al – Tsunami, begitu orang-orang menyebutnya.

Awalnya perjalanan ini bermula ketika melihat sebuah foto di facebook seorang teman. Rasa penasaran akhirnya membawa penulis berhasil menjejakkan kaki kawasan Kubah mesjid tengah sawah setelah bencana tsunami memporak-porandakan Aceh 11 tahun silam, pada Sabtu (24/1/2015).

Seorang pengurus Kubah al – Tsunami yang bernama Sariana kemudian sedikit menceritakan tentang kubah ditengah sawah meski Ia buru-buru menjemput anaknya dari sekolah.

“Ini cuma kubah dek, Mesjidnya dulu di desa Lamteungoh yang berjarak 2,5 KM dari sini. Waktu tsunami kubah ini terbawa ke tengah sawah desa  kami, desa Gurah, Peukan Bada.,” cerita Sariana yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus istrinya geucik gampong.

Ketika hendak melaksanakan kewajiban agama di meunasah dekat samping kubah itu, terdapat sebuah lemari kaca kecil berisi al Qur’an yang sudah tidak utuh lagi dan tersisa lumpur di dalamnya. Dengan rasa penasaran, penulis mengamati lebih dalam al Qur’an itu dan berniat bertanya pada pedagang suvernir yang berada di dekat pintu masuk usai shalat nanti.

Kubah masjid itu sekarang dipagari, di depan pintu terdapat sebuah tabung gas yang dibuat menjadi tempat sumbangan untuk kubah mesjid, kreatif sekali. Di sekelilingnya ada meja yang diatasnya terdapat buku tamu dan sepeda motor terparkir disana untuk orang-orang yang pergi ke sawah.

Di depan kubah terdapat meja-meja yang ternyata tempat dijualnya suvenir khas Aceh seperti kipas, tas, dan berbagai gantungan mesjid. Harga gantungan kunci berkisar antara Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu.

Bila berbicara dekat cekungan mesjid maka suara akan terpantul karena kosongnya kubah itu, teras yang menjadi tumpuan mesjid sudah terkubur tanah. Selain kubah, di menasah samping kubah masjid tersebut terdapat foto-foto kubah mesjid.

Menurut cerita Nova, penjual survernir di Kubah Mesjid, pendatang yang datang ke Kubah ini kebayakan orang Malaysia dan mereka suka membeli baju kaos yang disablon kubah mesjid.

“Saya baru setahun lalu berjualan disini, tapi barang-barang yang paling lengkap ya sama saya. Saya berasal dari Aceh Utara, 8 tahun sudah di desa ini. Setelah tsunami ikut suami yang memang orang asli disini. Kubah masjid ini memang jauh dari kota tapi banyak juga yang datang kemari,” terangnya.

“Selain kubah itu, dulu waktu baru-baru tsunami, Al-qur’an yang selamat dari kubah masjid ini di kumpulkan dan sekarang di letakkan di dalam kaca di meunasah itu,” Tunjuk Nova menutup ceritanya. []

Nita Juniarti, mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry