Hayati, Bukti Kasih Ibu
Sumberpost.com | Banda Aceh – Ungkapan kasih ibu sepanjang masa agaknya melukiskan perjuangan Nurhayati (30) dalam mengobati sang buah hatinya, Hafizatul Rahma (2) yang sejak lima bulan terakhir di hinggapi penyakit Ileostomi.
Kini, Hafizatul Rahma terbaring lemas di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Kamis (2/4/2015) nanti, balita dua tahun ini akan menjalani operasinya yang kedua di RSUZA.
Nurhayati, warga Desa Pante Rakyat, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya rela bekerja sebagai pencuci piring dan menjual kue di kantin RSUZA untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, Nurhayati juga mencuci pakaian pasien di RSUZA setiap hari.
Terlihat dari raut wajahnya, Nurhayati mempunyai segudang beban. Beberapa kali tatapannya terlihat kosong ketika bercerita. Mulai dari biaya pengobatan Hafiza hingga biaya hidup selama di Banda Aceh Ia tanggung seorang diri.
Kendati pun, senyuman beberapa kali menghiasi wajahnya ketika melihat kesehatan Hafiza agak membaik, bahkan beberapa kali ruangan serune I kamar lima di isi tawa Hafiza. Rasa penat, lelah, dan beban pikiran yang di rasa Nurhayati seakan hilang jika melihat sang buah hati.
Hayati rela menghabiskan banyak waktu untuk bekerja hingga menyisakan sedikit waktu untuk beristirahat semata-mata untuk Hafiza, yang saat ini baru menginjak usia dua tahun tiga bulan. “Saya hanya berpikiran untuk anak saat ini,” ungkap Hayati, Senin (30/3/2015).
Namun, ibu satu anak ini mengaku tidak enak badan sejak dua hari lalu karena kurang istirahat. Kendati demikian, keadaan tidak memungkinkan bagi Hayati untuk istirahat berlama-lama lantaran harus penuhi kebutuhan. “Kalau tidak bekerja dari mana makan,” ucapnya.
Penyakit Ileostomi sudah di derita Hafiza sejak lima bulan lalu. Awalnya Ia mengeluh karena sering sakit perut. Perut Hafiza juga mualai terlihat membuncit. Karena menganggap sakit perut biasa, Hayati hanya mengobati Hafizah dengan obat tradisional.
Hari demi hari Hayati lalui dengan bekerja sebagai buruh tani di Aceh Barat Daya. Hafiza hanya tinggal berdua dengan neneknya ketika Hayati sedang bekerja. Sedangkan suami Hayati sudah pergi meniggalkannya tidak lama setelah Hafizah lahir.
Suatu hari, alangkah terkejut nenek Hafizah ketika melihat darah berceceran keluar dar pusat cucunya. Dari pusat itu pula, usus hafizah terlihat keluar. Kata Hayati, Hafizah pingsan waktu itu. Hari itu pula Desa Pante Rakyat, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) gempar.
Seketika itu warga langsung mengumpulkan dana untuk pengobatan Hafizah di Rumah Sakit Daerah Teungku Peukan Abdya. Di rumah sakit itulah pertama kali Hafiza menjalani operasi. “Sekitar tiga bulan Hafizah di rumah sakit, baru di bawa pulang,” ujarnya.
Operasi Hafiza yang kedua di lakukan di RSUZA Banda Aceh. Namun, ketika dalam perjalanan pulang ke Abdya, usus Hafiza kembali bocor. Ia di larikan segera ke Rumah Sakit Teungku Peukan. Kemudian di larikan lagi ke RSUZA setelah mendapat rekom dari Rumah Sakit Teungku Peukan.
Saat itu, ketika Hayati hendak membawa anaknya ke RSUZA, pihak Rumah Sakit Teungku Peukan memberikan sumbangan dana dan seorang perawat yang membantunya selama satu hari di RSUZA.
Hayati sangat berterima kasih kepada seorang perawat dari Rumah Sakit Teungku Peukan karena telah membantunya dalam segala proses, dari perawatan Hafiza hingga tempat inap. Hafiza sendiri sudah di rawat di RSUZA sudah enam hari lalu. Selama bulan Maret, Terhitung sudah dua kali Hafiza menginap di RSUZA.
Ia mengakui selama menjalani proses perawatan di rumah sakit RSUZA, kondisi Hafizah kian membai. “Ia sudah bisa mengeluarkan kotoran melalui lubang anus, “ kata Hayati. Ia juga sudah menyiapkan proposal dan menitipkan kepada Paguyuban Mahasiswa Babahrot agar di teruskan ke Gubernur Aceh. []
Zuhri Noviandi | Foto : Istimewa