26 Juli 2015 Oleh Abdul Hadi Off

Mahasiswa, Politik, dan Pilkada 2017

Meskipun pesta politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh 2017 masih lama, namun belakangan ini isu mengenai pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh atau pun Bupati/Walikota seluruh Aceh sudah marak diperbincangkan. Baik di meja warung kopi, balai-balai pemuda, hingga media massa, topik yang hangat untuk sementara waktu ini adalah mengenai Pilkada 2017.

Tercatat, ada banyak tokoh-tokoh politik Aceh yang mendeklarasikan dirinya untuk maju sebagai calon pimpinan daerah dalam PILKADA 2017 nanti. Mulai dari eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka, akademisi, tokoh budaya, hingga para pimpinan daerah yang saat ini masih menduduki jabatannya untuk melanjutkan kepemimpinannya dalam periode selanjutnya.

Sehingga, dengan semakin mencuatnya isu politik Aceh pada 2017 nanti, akan ada banyak elemen masyarakat yang bakal mengambil kesempatan dalam pesta lima tahunan ini. Seperti halnya mengadakan diskusi publik, survey, hingga kampanye dini yang bertujuan mempromosikan calon-calon unggulan mereka.

Mahasiswa dalam hal ini termasuk salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai peranan penting bagi kesejahteraan masyarakat, akan menjadi kelompok yang sangat disukai oleh para tokoh politik. Banyak tokoh yang nantinya bakal menjadikan mahasiswa sebagai tim yang mensukseskannya dalam pesta politik Aceh 2017.

Bagi mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi kampus, bermain politik adalah hal yang sudah lazim mereka lakukan. Hal ini dikarenakan etika-etika berpolitik dalam sebuah organisasi tidak jauh berbeda dengan etika politik umum atau politik kenegaraan.

Namun demikian, jika memang mahasiswa ingin menunaikan tridarma perguruan tinggi dengan baik dan bijaksana, berkecimpung secara nyata dan terbuka dalam pesta politik bukanlah sesuatu yang baik. Mengingat, selain telah diatur dalam undang-undang, pembatasan bagi mahaiswa untuk berkecimpung dalam dunia politik disebabkan untuk menjaga semua ke-sakralan serta nilai-nilai ilmu pengetahuan yang dikembangkan di kampus.

Maka dari itu, sikap netral dalam menyikapi isu pesta politik yang dimiliki oleh mahasiswa ketika berada di lingkungan kampus sangat dibutuhkan. Sekalipun ia telah terbiasa bergaul dengan tokoh politik, ataupun memang terlahir dari keluarga tokoh politik, sikap netral dan tidak memancing isu-isu politik di lingkungan kampus sangat membantu untuk mewujudkan visi-misi kampus dalam rangka mencetak kader akademisi yang santun dan menjaga nama baik sebuah lembaga.

Karena pada umumnya masyarakat dalam menyikapi isu politik, akan tumbuh berbagai cara berfikir dan saling mendahului egoisme masing-masing. Maka sangat tidak layak jika saat berada dalam lingkungan kampus, mahasiswa sibuk untuk “mengkampanyekan” tokoh politik idolanya, mulai dari sekarang hingga Pilkada selesai.

Tujuan dasar mahasiswa berada sebuah universitas atau perguruan tinggi adalah untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Dengan adanya sikap netral di kalangan mahasiswa, maka dapat dipastikan nama baik perguruan tinggi akan terjaga, begitu juga hubungan antar sesama mahasiswa dan pihak kampus lainnya akan selalu harmonis meskipun ada banyak warna politik dalam kehidupan pribadi mereka.

Akhirnya penulis juga menyadari bahwa banyak hal yang harus direnungkan bersama, pertama; mahasiswa harus bersikap bijaksana dan netral dalam menyikapi isu politik saat berada di kampus, dan kedua; jika memang mahasiswa aktif di lingkaran politik saat berada di luar lingkungan kampus, perjuangkanlah orang-orang yang benar-benar berbakti kepada masyarakat dan peduli kepada dunia pendidikan.
Wallahu A’lam bi Shawab

Penulis bernama Irfan Siddiq, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, angkatan 2011.

Ilustrasi : mediaparahyangan.com