Ternyata Permainan Tradisional Bisa Dijadikan Sebagai Media Pembelajaran
Sumberpost.com | Banda Aceh – Permainan tradisional ternyata mempunyai nilai positif dan bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bagi anak. Misalnya permainan patok lele atau lebih dikenal dengan sebutan peh kaye bagi masyarakat Aceh, permainan ini mengajarkan tentang logika matematika.
“Patok lele itu, anak sedang belajar tentang logika matematik. Dia hitung berapa jaraknya, dia harus memukul sejauh mana, jarak ia lari. Itu menghitung. Nah ini bisa kan belajar sambil bermain,” kata Zaini Alif, saat sosialisasi permainan tradisional dihadapan belasan guru Sekolah Dasar, di Museum Aceh, Jumat (11/9/2015) sore.
Zaini Alif merupakan pendiri Komunitas Hong, yang bergerak dibidang permainan tradisional. Dalam kegiatan itu, ia menjelaskan makna-makna positif yang terkandung dalam permainan tradisional.
Kata Alif, permainan tradisional juga berguna untuk membentuk karakter anak. Dalam permainan bakiak misalnya, terkandung nilai kekompakan, atau dalam permainan catur raja yang mengasah keterampilan karena permainan ini diperlukan siasat dan kecermatan berpikir.
“Banyak nilai yang terkandung dalam permainan tradisional, dan itu positif. Mulai dia belajar konsentrasi, tanggung jawab, ikuti aturan, kepatuhan, dan sebagainya. Permainan itu bahasanya anak-anak, makanya mereka bisa jadi lebih cepat mengerti dengan permainan,” tutur Alif.
Ia melihat permainan tradisional sebagai media pembelajaran untuk masa depan. Permainan tradisional, katanya, penting untuk dilestarikan agar anak-anak Indonesia lebih mengenal dirinya, alamnya, dan budaya bangsanya.
Sejauh ini, ia sudah mengumpulkan lebih kurang 2.500 permainan tradisional dari seluruh nusantara dan 46 diantaranya, berasal dari Aceh. Permainan tradisional di Aceh yang sudah diketahui se nusantara ialah geulayang tunang.
Alif berujar, selama ini permainan tradisional belum dimanfaatkan sebagai media pembelajaran karena masih dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia. Teknologi juga berpengaruh dalam eksistensi permainan tradisional, karena orang tua lebih bangga ketika anak bisa menggunakan teknologi.
Untuk itu, lanjutnya, diperlukan kesadaran dari orang tua dan guru untuk mengizinkan anak bermain permainan tradisional, juga memahami manfaat dari permainan tradisional. []
Abdul Hadi F