ACF, Momen Kebangkitan Mahasiwa UIN Ar-Raniry
Dalam sepekan ini, ada pemandangan baru di kampus biru, julukan lain untuk Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry. Betapa tidak, selain disibukkan dengan kegiatan akademik kampus, mahasiswa UIN juga tengah disibukkan dengan kegiatan Ar-Raniry Creative Fair (ACF), salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka menyambut milad kampus tersebut yang ke-52.
ACF merupakan kegiatan yang digagas oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Ar-Raniry (red: BEM) dengan rangkaian perlombaan yang diperuntukkan bagi mahasiswa dan pelajar. Dalam kegiatan tersebut, juga disediakan sejumlah stand yang diisi oleh beberapa lembaga mahasiswa UIN, unit kegiatan mahasiswa, dan sejumlah pedagang makanan maupun pakaian.
Jenis perlombaan yang digelar pun bermacam-macam, meliputi olahraga, lomba pengetahuan umum dan agama, stand up comedy hingga perlombaan mencari bakat mahasiswa yang dikemas dalam Ar-Raniry Mencari Bakat. Ratusan pengunjung pun tumpah ruah dari pagi hingga malam hari, memadati stand-stand dan panggung utama, pusat kegiatan ACF digelar.
ACF benar-benar menjadikan suasana kampus UIN ramai oleh serbuan pengunjung, mayoritas terdiri dari mahasiswa. Meskipun baru digelar tahun ini, ACF mampu menyedot perhatian banyak pihak. Eksistensi lembaga mahasiswa, khususnya DEMA UIN sebagai wadah kreatifitas dan pemersatu mahasiswa sungguh amat terasa.
Melihat UIN beberapa hari ini, memori saya berjalan mundur mengingat-ingat pada kondisi kampus ini tiga tahun lalu. Saat itu, tidak ada hiruk-pikuk kegiatan mahasiswa. Tidak ada tempat bagi mereka menyalurkan aspirasi dan kreativitas. Jika pun ada, kegiatan yang mahasiswa cenderung bergerak sendiri-sendiri, baik di tingkat fakultas maupun jurusan/prodi.
Maklum saja, tiga tahun lalu, UIN tanpa pimpinan mahasiswa di tingkat universitas (red: Presiden Mahasiswa). Bukan tidak memiliki mahasiswa yang layak dijadikan pemimpin, tetapi disebabkan oleh sistem pemilihan pimpinan mahasiswa yang kontroversial, perubahan dari mekanisme Pemira (Pemilihan Raya) ke Mubes (Musyawarah Bersama). Eksesnya, beberapa kali demonstrasi dilancarkan oleh mahasiswa sebagai pentuk penolakan atas pemberlakukan sistem tersebut.
Tidak terhitung jumlah rapat yang digelar oleh mahasiswa untuk menolak model pemilihan yang dianggap mengangkangi hak mahasiswa. Penandatanganan petisi dan pendirian posko dibuat sebagai bentuk pemboikotan atas pemberlakuan model baru tata cara pemilihan pimpinan lembaga mahasiswa. Alhasil, hampir tiga tahun UIN Ar-Raniry tanpa Presiden Mahasiswa.
Saat kampus lain bergerak maju dengan segudang prestasi yang dicapai oleh mahasiswanya, menggelar seminar dan konferensi tingkat nasional maupun internasional, UIN malah disibukkan dengan kisruh pemilihan lembaga pimpinan mahasiswa. Tanpa pergerakan mahasiswa, kreatifitas tenggelam, hak mahasiswa hampir semuanya dikebiri.
Tiga tahun berlalu sudah. Kini, kondisi UIN jauh berbeda dengan sebelumnya. Kehadiran lembaga mahasiswa DEMA UIN di bawah nahkoda Sayed Fuadi Fajar Ramadhan menegaskan bahwa kreatifitas mahasiswa Jantong Hatee Rakyat Aceh ini tidak akan pernah mati. Ia tetap ada. Hanya saja butuh waktu yang tepat untuk bersinar. UIN perlahan mulai bangkit. Setidaknya, kehadiran kegiatan ACF membuktikan hal itu.
Di akhir tulisan ini, ada harapan yang ingin disampaikan berkenaan dengan diselenggarakannya ACF. Bahwa kegiatan tersebut bukan hanya dijadikan sebagai ajang untuk berkumpulnya orang-orang di saat tertentu, lantas berfoto ria, kemudian pulang, tanpa suatu apapun yang didapatkan. Bukan pula menjadi ajang pamer kepada orang-orang bahwa UIN mampu mengadakan kegiatan besar.
Kegiatan ini setidaknya mampu menyampaikan pesan kekompakan ke seluruh penjuru UIN Ar-Raniry, baik mahasiswa dengan mahasiswa, dosen dengan dosen, maupun mahasiswa dengan dosen, memacu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan akademik, menciptakan budaya diskusi sesama mahasiswa hingga kita sebagai mahasiswa UIN tidak malu menyebut diri kita sebagai Lon Aneuk UIN, Cucoe Ar-Raniry.
Penulis bernama Zahlul Pasha, Alumni Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry. Aktif menulis dan terdaftar sebagai anggota FLP Banda Aceh.