Darussalam yang Terlupakan
Secara geografis, wilayah Pattani terletak di semenanjung melayu tepatnya bagian selatan Thailand. Penduduk wilayah ini sekitar 90 persen beragama islam dan menjadi penduduk minoritas di Thailand.
Sejarah telah mencatat mengenai kedaulatan negeri Pattani. Kekuasaan Pattani sangat luas, meliputi Kedah, Perlis, Kelantan dan Trengganu (sekarang termasuk wilayah Malaysia).
Kejayaan yang pernah dicapai membuat negeri ini sejahtera dan disegani oleh negeri-negeri lain sehingga menjadi salah satu dari tiga negeri melayu yang dijuluki “Darussalam” yakni negeri yang damai.
Kemasyhuran sebagai pusat perdagangan membuat Pattani semakin diincar negara-negara asing. Betapa tidak, negeri ini memiliki hasil bumi yang banyak, diantaranya ialah getah karet, lada hitam, emas, dan banyak lainnya. Tak jarang sumber daya alam Patani di ekspor, termasuk ke Pulau Sumatera.
Pattani secara resmi diintegrasikan kedalam kekuasaan Siam (sebutan untuk Thailand) pada tahun 1902. Tindakan ini membuat masyarakat muslim Pattani menjadi tertekan dan lemah tidak berdaya, meskipun kala itu ada sebagian bangsawan melayu yang terlibat ke dalam perlawanan pasif akan tetapi tidak sanggup menyaingi Siam.
Jika digambarkan, konflik yang terjadi di selatan Thailand hampir sama dengan konflik yang pernah terjadi di Aceh, yaitu sama-sama berontak kepada pemerintah. Yang membedakan hanyalah motif konflik, kalau di Aceh bukan motif agama.
Oleh sebab itu, di tahun 1910 para pemuka agama di Pattani menyerukan jihad, hal ini dilakukan sebagai wujud penolakan atas kezaliman yang dilakukan Siam kepada rakyat Pattani, sampai sekarang penolakan tersebut terus terjadi.
Tanah yang bertuah, sejahtera, dan aman kini tinggal nama. Pattani menjadi lautan darah manusia, banyak anak yang kehilangan ibunya, istri kehilangan suami, para anak negeri menjadi korban konflik yang berkepanjangan, Melalui tulisan ini penulis sangat berharap semoga kelak mata dunia akan terbuka serta dapat memberi solusi atas konflik yang terjadi antara pemerintah Thailand dengan muslim Pattani.
Penulis bernama Amarullah bin M. Yacob Sulaiman, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Ar-Raniry. Saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum IKAMAS.