Lupa Tidur
“Lumrah rasanya setiap orang memerlukan waktu untuk istirahat. Bahkan pakar kesehatan mengatakan dalam 24 jam waktu sehari semalam, sisakan waktu 8 jam untuk tidur atau istirahat agar tubuh tetap bugar untuk bekerja. Jangan khawatir jika tidurmu teratur, bahkan stress pun takkan hinggap. Hinggap? Emang kupu-kupu? Hihi, oh ya, tidur juga memperbaiki sel yang rusak, memperbaiki daya ingat.Jadi, gak pikun deh.”
“Ah sekate-kate lu. Molor disetiap tempat mah bukan menghindari stres, tapi buat orang emosi wak.” Oceh Syifa. Ngomel dengan gaya ala Betawi campur-campur gaya anak Batak, ia mampu meluncurkan kegeraman pada sahabatnya yang ia panggil Wawa. Gadis cantik yang punya beribu alasan untuk jimat membela diri.
“Tapi Fa, kan emang benar. Aku kutip dari artikel Dailymail.com lho,” Wawa mencubit pipi Syifa yang sudah seperti bakpau.
“Kutip lagi, kutip lagi. Cari dong kata-kata sendiri. Tidur itu bagus, tapi kalau sampai berlebihan terus gak tau tempat itu masalah Wa. Kamu coba deh periksa ke dokter aja.” Sambil ngomel dengan nasihatnya, Syifa mencomot martabak yang ia pesan.
“Oke, tapi maafin ya incident tadi malam. Please.”
“Maafin sih, tapi masih kesel wak.” Syifa melipat dahi.
“Habis, malam kemarin banyak tugas fa, jadi gak tidur deh.” Wawa beralasan.
“Tugas apaan?”
“Analis kadar air pada makanan Fa, jadi dalam makanan itu ada tugas jenis air. Ada air bebas, air terikat lemah dan air terikat kuat. Fungsi air didalam bahan pangan itu untuk memperkuat cita rsa, pembentukan teksturnya dan kesegarannya.”
“Udah teorinya?” dua sekawan ini masih duduk di kantin kampus menikmati secangkir kopi dan martabak dengan tema obrolan “memperdebatkan masalah semalam.”
“Mau aku tambahin lagi? Jadi dalam bahan pangan itu ada AW, atau Activity Water untuk ..
“Wawa? Kamu ni, buat aku tambah geram. Iiih, ni kawan apa bakwan sih?”
“Hehe..”
“Tu kan, nyengir lagi.Bukannya tugas itu udah kamu kerjain minggu lalu dirumah Nayla?”
“Oh ya? Berarti kemarin aku ngerjain laporan Fa.Aduh capek banget.”
“Ni anak. Kemarin kan kita edit video untuk ulang tahun Nayla, Wa. Dan belum siap setengah kamunya udah molor lagi.” Dengan nada setengah berteriak, Syifa menampakkan kekesalannya membentuk sudut bibir yang pasti bukan senyum.
“Ups, aku lupa. Sorry Fa. Kayaknya semalam deh aku sibuknya.” Wawa mengeluarkan jurus senyum simetrisnya. Tampaklah gigi gingsul yang ia banggakan.
“Semalam?”
“Iya, semalam. Aduh kalau aku ceritakan lelahnya, kamu gak akan mau dengar deh. Kalah film uttaran Fa.”
“Udah tamat kali.”
“Ya mana aku tau, kan gak suka sama dramanya.”
“Katanya tidur mengurangi kepikunan? Tapi kok teorinya gak terbukti?” Syifa meledek Wawa yang dari tadi nyengir.
“Tadi emang lupa Fa.Tapi kalau masalah kesukaan aku, aku pasti gak bakal lupa. Kamu tahu kan aku alergi banget sama drama India itu. dengan nari plus nyanyi semua masalah jadi selesai.” Mulut Wawa komat kamit.
“Bukan masalah drama Wa, tapi kamu yang pikun ini. Kok malah ke uttaran sih? Kamu lupa lagi kan? Semalam kita kan dinner bareng Ayahnya Ardi, Wa. Dan kamu memang sibuk, sibuk tidur setengah jam setelah makan.”
“Oh, kamu sih mengalihkan pembicaraan. Tiba-tiba bahas drama.”
“Kok aku sih?”
“Habis semua orang cuma diam doang, jadi aku bingung mau ngapain.”
“Mesti ya? tidur.”
“Hehe ya udah, biar gak hilang kecantikan kamu karena marah, aku yang traktir deh.”
“Gitu dong.Dari tadi kek.” Syifa tertawa girang.
“Maafin ya, ntar aku ngomong deh sama Ardi.”
“Ngomongin apa?”
“Ya mau bilang aja, maaf udah malu-maluin kamu depan dia.”
“Jangan, tambah malu tau.”
“Kok tambah malu sih? Kan biar jelasin.”
“Wawa? Kamu itu sok polos atau emang lugu sih?”
“Jadi gimana dong?”
“Ya udah, mau gimana lagi. Kamu sih, tapi ada yang lucu Wa. Sebenarnya aku mau nimpuk kamu pakai garpu. Tapi gak tega liat wajah kamu yang polos itu haha.”
“Emang ekspresi tidur aku lucu ya?”
“Bukan lucu lagi wa, Ayah nya Ardi sampai senyum-senyum sendiri tau. Kasihan deh kamu semalam, aku mau bengunin tapi kata Ardi gak masalah kamu tidur. Kamu ngorokwa. Haha,” kali ini Syifa melepas tawa yang ia tahan sedari tadi.
“hah? Kamu bohong kan?”
“Swear Wa. Lucu tau dan mulut kamu ngangap sampai setengah centi. Sama kayak kamu tidur di asrama waktu kita lagi yasinan. Haha.” Syifa benar-benar tertawa dengan membayangkan kejadian tiga bulan lalu saat masih tinggal di asrama kampus.Wawa pernah tertidur pada malam jumat waktu semua santri yasinan setelah magrib. Saat itu Wawa berada di saf pertama dan ia lendetan pada tembok mushala. Ya seperti kebiasaannya, tidur tak tahu tempat jika sudah ngantuk, langsung tutup mata dan mimpi pun segera menghiburnya. Saat itu dengan kepala terangkat, bak di bantal ia menikmati sekali sampai-sampai mulutnya terbuka setengah dan tetangga kiri kanan saling senggol menertawan ia. Anehnya, ia tetap gak sadar ada banyak mata yang menyaksikan.
“Ih kamu Fa.Buka aib,” ujarnya menggaruk hijab yang tak bermotif.
“Haha, Ayahnya Ardi sampai kasihan.Ya terpaksa aku senggol-senggol kamu. Tapi ya kamu tau sendiri kan, kalau sekalinya kamu tidur. Mau kebakaran kek, penculikan, perampokan bahkan bencana pun kamu gak bakal bangun wa.”
“Aduh, sekarang giliran kamu ni yang ngeselin Fa.”
“Awalnya aku malu wa, didepan Ayah Ardi malam itu kamu bawa kebiasaan buruk. Tapi aku makasih lho buat kamu.Berkat humor kamu yang tanpa kata itu, suasana jadi cair. Akhirnya aku bisa ngomong ini itu sama Ayah nya Ardi. Gak kaku kayak pertama sampai ke restoran itu.”
“Jadi aku ini kompor gas?”
“Haha, udah yuk kita pulang. Udah kenyang ni, makasih traktirnya,” ujar Syifa yang segera meninggalkan meja tempat ia makan, tentunya dengan sisa tawa yang masih menempel di bibirnya.
“Eh, aku yang bayarin ya? Kapan aku bilang?”
“Dasar pikun.”
***
Hari yang ceria untuk jiwa yang ceria. Selamat pagi dunia yang tiada mengenaskan bila dipandang mata. Walau Kota Banda Aceh sangatlah jauh dari rasa menggigil, namun cuaca tetap cerah membuat raga ingin menari hangat bersama sang surya.
Hari ini, kita bakal dengar cerita dari tiga sekawan ni. Ada Nayla si gadis berkaca mata yang manis, periang dan kalem aja. Gak kalah manis dong sama Syifa yang sabarnya kebangetan. Lho? Ada ya sabar kebangetan? Dan ini dia si pelupa dan tukang tidur. Cantik, modis dan penuh dengan sederet teori yang sering ia kutip dari artikel.
“Wa, jangan lupa bawa editan video ulang tahunnya Nayla ya. Besok kita bakal kasi kejutan di bis.Aku udah susun rencanya. Jadi besok itu Ardi dan teman kelasnya Nayla sudah ada di bis yang akan kita naiki. Tenang, bisnya ntar udah mereka hias dulu.Jadi videonya kita putar laptop aku aja yang udah disiapin di atas bis.Jangan lupa ya Wawa sayang.” SMS dari Syifa mengingatkannya semalam.
“Eh wa, ada bawa kan?” bisik Syifa pada Wawa saat di halte bis. Mereka bertiga rencananya akan shalat dzuhur di Masjid Baiturrahman.
“Oh, ada.Tenang aja.”Ujar Wawa mengangkat kedua alisnya yang tak pernah dicium cukur.
“Ok. Tuh bisnya datang.” Nayla menunjuk bis biru yang berbentuk persegi dengan warna biru tua.
“Eh Nay, kita gak usah naik bis itu.AC nya kurang dingin.”Syifa beralasan dan menyenggol Wawa yang bertanda untuk membujuk Nayla.
“Kok kurang dingin sih Fa? Nanti kita suruh abang bis nya atur derajatnya. Ayo Nay,” ajak Wawa yang tidak mengerti kode keras.
Aduh gimana sih, gumam Syifa.
“Aku ngantuk,” kata Wawa.
“Jadi kamu mau tidur seperti waktu kita ikut acara Lembaga Dakwah Kampus untuk Baca Quran on the street waktu itu Wa?” Nayla mengingatkan kejadian yang dulu.
“Hehe, habis aku udah selesai 1 juz tapi bisnya belum sampai Darussalam juga.”
“Gak boleh tidur di bis lagi. Oke?”Nayla memperingatkan Wawa si tukang tidur. Biasa Wawa akan mengingatnya jika si kalem ini yang mengawasi.
“Iya, jadi kita naik bis ini kan?”
“Tapi Syifa maunya bis yang akan datang wa. Gak masalah kok kita tunggu beberapa menit lagi.”
“Ya Nay.Kita tunggu aja.” Jawab Syifa langsung tanpa melirik Wawa yang sudah mau mendekati bis yang sudah berhenti.
“Tapi disini panas banget.” Wawa mengerutkan dahi.Syifa menelan ludah.Tak lama bisnya pun berlalu.
“Kamu haus ya Wa? ini Nayla bawain minum.” Nayla menyodorkan minuman dingin yang ia bawa dari rumah. Wawa langsung menyirami tenggorokannya yang sudah kering.
“Oh ya Nay, semalam ada mimpi apa?” tanya Syifa.
“Mimpi? Lupa Fa.Nayla gak terlalu ingat.Hehe,” jawabnya lembut.
“Semalam ni Fa, aku tu mimpi dijodohin wak.Bangun-bangun aku nangis, habis sakit hati wak.” Wawa nyerocos tanpa ditanya.
“Giliran gak ditanya, dia ingat mimpinya apa.” Gumam Syifa.
“Kok sakit hati Wa?” tanya Nayla.
“Dalam mimpi itu, Umy bilang cowonya ganteng wak.Sholeh dan baik hati, dia punya bakat di bidang musik.Kan kriteria aku banget.Pas aku samperin ke ruang tamu, tiba-tiba aku,”
“Tiba-tiba apa?” tanya Nayla dengan mata terbelalak.
“Terus? Kok sakit hati sampai nangis segala?” tambah Syifa yang mulai tertarik dengan cerita sahabatnya itu.
“Aku lupa mau ngapain ke ruang tamu. Jadi mimpinya berbelok, bahkan aku lupa gimana wajahnya yang handsome itu.sakitwak, kalian mana tau.” Sontak Nayla langsung tertawa menampakkan kedua baris giginya, sedang Syifa diam dengan muka datar.Dan Wawa? Haha, ia sibuk mengusap air matanya yang keluar.
“Ah..ngeselin! Di mimpi aja jadi orang pikun, nyata sama maya sama aja ni anak. Sama-sama minta di golok,” cibir Syifa .
“Wawa… Wawa… ada aja kamu ni, ya udah. Kan cuma mimpi wa, kalau jodoh gak bakal kemana,” nasihat nayla yang mengelus bahu Wawa.
“Itu bisnya datang.” Syifa menunjuk ke arah bis yang Ardi katakan di WA.
***
“Tara..Happy Birthday Nayla sayang.ini kejutannya,” semua orang di bis ikut merayakan ulang tahun Nayla. Teman satu jurusan dan sekelas juga ada Ardi, tunangannya Syifa. Memberi kejutan pada Nayla dengan menghiasi semua bis dengan balon dan tak lupa dengan kue ulang tahun tanpa lilin. Juga angpau yang mereka rencanakan akan dibagi pada para Tuna wisma di jalanan. Semua tampak bahagia, Nayla menunjukkan lesung pipinya yang tidak bisa ia sembunyikan. Wajahnya yang memerah tanpa perona semakin mengisyaratkan kebahagiaannya dan lupa kalau ia sudah berkepala 2.
“Wa? Mana flashdisknya?” tanya Syifa.
“Flashdiskapa?”
“Flash.” Tukas Syifa.
“Oh, ini flashnya.” Wawa memberikannya pada Syifa yang khawatir Wawa akan lupa. Ia langsung memasukkannya ke dalam laptop dan mencari folder video.
“Kok video nya gak ada wa?”
“Video apa?”
“Ya ampun. Video tentang Nayla, Wa, yang kita buat kemarin itu. dan semalam kamu edit.” Jelas Syifa.
“Aduh, goplak! Aku lupa Fa.”
“WAWA!…” semua orang geram dan hampir aja bis berhenti karena riuhnya suara.
Cerpen karya April Edensor.