Solusi Kebangkitan Umat pada Konferensi ARICIS
Sumberpost.com | Banda Aceh – Kegelisahan akan mundurnya peradaban Islam menjadi diskusi serius pada konferensi internasional The 1st International Conference on Islamic Studies (ARICIS I) yang diselenggarakan oleh UIN Ar-Raniry, pada 26-27 Oktober 2016 di kampus setempat, Banda Aceh.
Kegiatan yang dihadiri oleh lebih dari 250 peserta dan pembicara itu mengangkat tema Rethinking Islamic Civilization: Reawakening Muslim Social Ethics, Intellectual and Spiritual Tradition.
Salah seorang pembicara kunci, Prof. Karim Douglas Crow, pakar kajian Islam, mengkritisi pola pikir dan gaya hidup modern komunitas muslim saat ini. Menurutnya, ada banyak cara menjadi modern, namun umat Islam seharusnya tidak perlu mengikuti modern ala Amerika, Eropa, atau Jepang. Citra Islam juga semakin buruk dengan kekerasan yang diperlihatkan oleh kelompok ISIS.
“Akibat konflik berdarah yang terjadi, maka yang paling dirugikan adalah sebagian besar korban-korban yang tidak bersalah dan tentunya kita sebagai umat muslim,” ungkap dosen yang kini mengajar Islam Kontemporer pada S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University di Singapura ini.
Hal senada juga dipaparkan oleh Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Farid Wajdi Ibrahim, saat memberikan kata sambutan pada konferensi itu. Menurutnya, peradaban umat Islam saat ini masih ketinggalan 300 tahun dibandingkan dengan masyarakat lain yang sudah maju.
Bahkan, Aceh di era kejayaannya, juga pernah mengalami kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan. Saat itu ada banyak tokoh dan pemikir Islam yang lahir dan berkarya di Aceh. Karena para ahli saat itu tidak hanya berada dari Aceh, namun juga dari luar Aceh.
“Konferensi berskala internasional seperti ini seharusnya dapat membuka peluang baik bagi akademisi UIN Ar-Raniry, maupun akademisi lain untuk dapat saling mengkaji dan berdiskusi bagi kemajuan peradaban Islam,” tutur Rektor UIN Ar-Raniry.
Solusi Kebangkitan Umat
Selain memaparkan kondisi memprihatinkan yang dialami umat muslim, para pembicara juga mengajukan solusi bagi kebangkitan peradaban Islam. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Prof. Machasin menawarkan adanya keterbukaan pemikiran, seperti yang pernah menjadi budaya para ahli Islam masa lalu.
“Apa yang bisa kita lakukan adalah dengan menggalakkan solidaritas umat muslim, serta mendukung keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya yang ada,” ujarnya.
Di sisi lain, menurut Prof. Karim Crow, umat Islam harus menjaga hubungan transsendental dengan Tuhan serta jangan berfikir dengan cara yang sama atau cara-cara lama. Kita harus mampu berfikir dan bertafakur serta menggali dan menemukan kembali etika Islam seperti zakat dan waqaf.
“Modernitas dalam Islam selain tidak meniru budaya barat namun juga harus mampu membangun spirit Islam yang telah ada sejak zaman dahulu. Membangun etika Islam dan menggali ilmu pengetahuan yang mencakup pada semua bidang mulai dari ilmu ekonomi, sosial, filsafat, kedokteran, hingga teknologi,” kata Prof. Karim Crow, yang juga mewakili The International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC).
Ketua panitia kegiatan, Prof. Eka Sri Mulyani berharap, perhelatan konferensi internasional itu terus berlanjut di masa yang akan datang.
“Karena konferensi ini mampu menggabungkan berbagai kajian Islam yang komprehensif dengan menghadirkan berbagai materi ilmu baik di bidang ilmu sosial maupun sains,” ujar Prof. Eka Sri Mulyani.
Pada ARICIS 1 ini para pakar kajian Islam yang akan memaparkan kajiannya diantaranya adalah Prof. Sher Banu A.L dari National University of Singapore, Prof. Karim Douglas Crow dari ISTAC, Mohammad Abdelhay Ahmad Owaina dari Mesir, Fadhlullah Wilmod dari Inggris, serta beberapa narasumber lain yang berasal dari luar dan dalam negeri. [Rilis]