Upaya Menumbukan Kepedulian Terhadap Sampah
Sumberpost.com | Banda Aceh – Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Keindahan Kota (DLHK3) Banda Aceh beberapa tahun terakhir gencar melakukan edukasi untuk meningkatkan kepedulian pelajar terhadap kebersihan lingkungan, khususnya sampah, di Kota Serambi Mekkah.
Edukasi kesadaran sampah sudah dilakukan ditiap tingkatan, mulai dari Taman Kanan-Kanak hingga SMA. Tiap sekolah yang didatangi mulanya akan dibuat konsep program peduli lingkungan yang akan dilakukan, sehingga program bisa berjalan maksimal.
“Kami mengadakan edukasi pengelolaan sampah, lakukan monitoring untuk melihat apakah ada hambatan atau kendala dari kegiatan yang mereka lanjutkan sendiri,” kata Kasi Teknologi Pengelolaan Sampah DLHK3 Banda Aceh, Rosdiana saat ditemui di ruangannya, Kamis (11/5/2017).
Bentuk edukasi yang dilakukan beragam. Biasanya petugas akan menyesuaikan sosialiasasi tergantung tingkat pendidikan yang dikunjungi. Jika TK atau SD, maka edukasi hanya berupa menjaga lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Namun jika pada jenjang yang lebih tinggi, maka edukasi diberikan hingga pada tahap penggunaan sampah menjadi pupuk dan mengolahannya.
DLHK3 Banda Aceh setiap tahun melakukan edukasi ke sekolah-sekolah mulai dari TK hingga SMA/sederajat. Dari data yang sumberpost.com peroleh dari DLHK3 Banda Aceh, pada 2015 sosialisasi dilakukan pada sembilan SD, MTsN Model, tiga SMA, serta SMTI Banda Aceh, dan SMK 1.
Di tahun 2016, sosialisasi pengelolaan sampah dilakukan pada dua PAUD, MIN Merduati, tujuh SD, MTsN Rukoh, SMP N 8, dan SMA Safiatuddin. Hingga 12 Mei 2017, DLHK3 Banda Aceh melakukan sosialisasi di lima SD, SMP 17, dan SMA 14.
“DLHK3 Banda Aceh juga distribusikan wadah komposer untuk empat sekolah di tahun 2016, ada tiga unit untuk TK Gampong Lambung, tiga unit untuk SD 21, dua unit untuk SMP 4, dan SMP 5 sebanyak tiga unit,” sebut Rosdiana.
Upaya pembelajaran tentang sampah kepada para siswa tidak sampai di situ. Pemerintah kota melalui DLHK3 sejak tiga tahun terakhir juga telah memulai program Sekolah Adiwiyata kepada sekolah dasar dan menengah.
“Sekolah Adiwiyata melibatkan semua sekolah. Setelah kami pilih dari kelengkapan administrasinya dan yang punya portofolionya. Kita ke sekolah untuk membagikan pemahaman, lalu guru bersama anak didiknya sendiri yang melaksanakan (program) itu. Hampir semua sekolah terlibat. Dari tahun ke tahun kami berupaya menyempurnakannya (Adiwiyata),” jelasnya.
Adiwiyata sendiri merupakan program pendidikan tentang lingkungan hidup. Hal ini diyakini mampu menciptakan sekolah yang nyaman, aman, dan harmonis, terlebih untuk kebutuhan sarana edukasi peserta didik terkait lingkungan. Upaya ini dilakukan untuk memancing generasi muda peduli lingkungan, serta mewujudkan sumberdaya di sekitar sekolah.
Pada 2016 lalu, Kota Banda Aceh meraih penghargaan Adipura kedelapan. Begitu senangnya, Wali Kota Banda Aceh bersama pekerja kebersihan mengarak Piala Adipura keliling Banda Aceh, pada Sabtu sore (23/7/2016). Wali Kota saat itu terlihat berdiri di atas mobil truk sambil memegang piala Adipura.
Kota ini juga memberi Penghargaan Adiwiyata kepada 12 sekolah dari tingkat SD sampai SMA, serta dayah. Sekolah yang meraih penghargaan yaitu SDN 2, MIN Merduati, dan SDN 62.
Kemudian MTsN Model, SMPN 4, dan SMPN 2. Lalu SMKN 1, MAN Model, dan SMAN 2. Pada tingkat dayah ada Dayah Babun Najah, Dayah Inshafuddin, dan Dayah Al-Ishlah Al Aziziyah.
Pendidikan peduli sampah yang paling terlihat selama ini ialah penyediaan bank sampah. Wadah berbentuk kubus tersebut dibuat dengan material kayu, kemudian disebar ke jumlah sekolah. Biasanya pihak sekolah menempatkan bank sampah di area yang mudah dijangkau oleh siswa. Selain itu di gampong-gampong dan kantor dinas juga disediakan hal serupa.
“Di situ semua sampah non-organik, seperti plastik dan bungkusan air mineral kita pilah dan masukkan ke wadah itu. Sampah jenis ini memiliki nilai jual. Setelah penuh, pihak mereka (sekolah dan gampong) menghubungi kita. Kami datang kembali ke sana, melakukan penimbangan, pencatatan, dan pembelian. Kita juga memiliki pabrik pengolahan plastik, letaknya di Panteriek, Banda Aceh. Di pabrik tersebut kita lakukan pengolahan sampah,” tutur Rosdiana.
Sebanyak 26 sekolah menerima masing-masing satu unit wadah bank sampah dari DLHK3 Kota Banda Aceh pada 2016 lalu. Sekolah yang menerima wadah tersebut yakni PAUD Bintang Kecil, TK Lambung, 16 SD, tiga SMP, dan lima SMA.
Kendati demikian, edukasi serta sosialiasi di sekolah terhadap murid acap kali mengalami kendala saat tiba di rumah. Pasalnya lingkungan tempat sosialisasi di sekolah kadang kala tidak sama dengan saat siswa berada di rumah.
Aksi Peduli Lingkungan
Pelabuhan Ulee Lheue ramai didatangi warga pada Minggu pagi, 26 Februari 2017 lalu. Ratusan masyarakat dari berbagai elemen duduk santai di bawah pohon di bagian kiri pelabuhan, seraya menungu aksi Hari Peduli Sampah Nasional 2017 dibuka Wali Kota Banda Aceh.
Beberapa anak kecil tengah berdiskusi dalam kelompok kecil. Mereka memakai training dan baju lengan panjang. Beberapa sudah memakai sarung tangan lateks, siap mengutip sampah dan membersihkan jalanan disekitar Pelabuhan Ulee Lheue.
Beberapa anak kecil itu ialah siswa SD IT Quantum School. Nurul Hafsah, Tenaga Pengajar SD tersebut mengatakan, aksi peduli lingkungan bisa menjadi proses terbaik untuk anak didiknya, karena mereka terlibat langsung dalam pungut sampah, sehingga meningkatkan rasa sosial mereka.
“Ini hanyalah hal kecil yang bisa dilakukan, semoga bisa di terapkan di sepanjang hidup mereka,” harap Hafsah waktu itu.
Baca juga: Pelajar Ikut Pungut Sampah dalam HPSN 2017
Koordinator Forum Kolaborasi Komunitas, Nanda Satria menyebutkan, sedikitnya ada satu komunitas pelajar dan dua sekolah yang ikut dalam aksi sampah pada Hari Peduli Sampah Nasional 2016, yaitu Komunitas Pelajar Cinta Lingkungan, SMA 3 Banda Aceh, dan SMTI Banda Aceh. Pada HPSN 2017, jumlah pelajar yang berpartisipasi bertambah, diantaranya yaitu Pelajar Cinta Lingkungan, SMTI, dan sejumlah PAUD, SD, serta SMP.
Pada HPSN 2017, sampah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 1.137 kilogram, terdiri atas 68 kilogram sampah plastik dan 1.069 kilogram sampah non plastik. Angka itu meningkat dua kali lipat dari sampah yang dikumpulkan pada HPSN 2016, yaitu 699 kilogram sampah.
Kendati demikian, Nanda menilai tanggung jawab pelajar terhadap sampah masih kurang, karena masih terlihat banyak sampah berserakan di sekolah-sekolah dan tempat umum lainnya.
Pada kegiatan-kegiatan besar yang dilakukan pemerintah, Nanda melihat, pemerintah baru memikirkan tentang pengangkutan sampah, bukan cara meminimalisir sampah. “Saya mendukung program peduli sampah untuk diterapkan pada pelajar, supaya sikap peduli lingkungan tertanam secara masif,” kata Nanda saat dihubungi pada Kamis (11/5/2017).
Cara edukasi pelajar juga bisa dari mewajibkan pelajar membawa tempat makan dan minum dari rumah, hal ini bisa berdampak pada minimnya sampah yang dihasilkan, daripada membeli minuman botol.
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan UIN Ar-Raniry, Muhajir menilai masih banyak pelajar yang memandang sampah tidak bernilai, jorok, bau, kotor dan lain-lain. Menurutnya, program peduli sampah sudah layak digalakkan pada sekolah-sekolah guna mengubah pandangan anak-anak terhadap sampah dan membangun wawasan tentang lingkungan.
“Pelajar harus tahu sampah secara umum seperti organik dan anorganik dan juga bisa memilah sampah sebelum di buang ke tong sampah,” ujarnya pada Kamis (11/5/2017) di Banda Aceh.
Di sisi lain, hadirnya komunitas-komunitas dari pelajar yang fokus pada isu lingkungan akan berdampak positif bagi kelestarian dan kebersihan Kota Banda Aceh. []
Fuadi, Zuhri, Abd Hadi