Perempuan Berani Lebih Baik daripada Lelaki Penakut
Sumberpost.com | Banda Aceh – Wanita dalam rumah tangga hanya memiliki kedudukan lebih rendah dari suaminya. Namun, bukan berarti kodratnya sebagai wanita hanya diam di rumah.
Begitulah yang disampaikan Illiza Saaduddin Djamal saat memberikan materi seputar gender dalam Sekolah Islam Gender yang diselenggarakan Korp Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Aula Kemenag Aceh, Minggu (17/9/2017).
“Kodrat dan gender itu jelas berbeda. Kodrat adalah sesuatu yang tidak bisa diubah dan dimiliki orang lain. Kodrat lelaki adalah sesuatu yang tidak dimiliki perempuan. Sementara gender ialah peran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial. Mereka dianjurkan bersaing dalam meniti karirnya,” ungkapnya.
“Bahkan saat ini banyak perempuan yang pandai dalam pekerjaan laki-laki seperti menjadi direktur. Atau sebaliknya, laki-laki yang mengambil pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan seperti menjadi chef. Perlu diingat, perempuan yang berani jauh lebih baik daripada lelaki penakut,” tutur mantan Walikota Banda Aceh yang sering disapa Bunda tersebut.
Ia menambahkan, perbedaan gender membuat wanita kerap kali mengalami deskriminasi dan tidak diterima kiprahnya di kalangan masyarakat. “Tetapi perbedaan gender di Aceh sangat terbuka. Tidak ada satu pun fatwa Ulama yang mengatakan perempuan haram memimpin,” kata Bunda Illiza dalam materinya.
Pemateri lainnya, Teuku Bustaman mengatakan, filosofi hidup diibarat lima anak jari. Jempol merupakan perumpaan orang kaya. Ketika mereka mengacungkan jempol maka segala perbuatan mereka dianggap benar dan tidak terbantahkan. Lalu telunjuk perumpaan bagi orang yang memiliki kekuasaan. Setiap telunjuk berdiri maka segala sesuatu dapat dikuasai oleh orang mereka.
Bustaman melanjutkan, selanjutnya jari tengah. Ini merupakan ulama dimana jari tengah milik semua umat dan mempersatukan umat. Lalu jari manis, ialah pemuda. Para pemuda yang mengambil peran untuk semua hal mulai dari menjadi ulama, pemerintah dan sebagainya. Terakhir jari kelingking, ini merupakan wanita. Ketika jari kelingking putus maka kehidupan yang sesungguhnya tidak lengkap dan indah.
“Itulah filosofi hidup jika diibaratkan dengan jari,” kata Teuku Bustaman. [ron]
Magang: Yuliana, Cici Ana Shalda dan Wahyu Majiah