Menjawab Tantangan Zaman
Mengonsumsi buah dengan memakannya langsung adalah hal yang tidak asing lagi bagi setiap orang, mulai dari anak kecil hingga dewasa pernah melakukannya. Tapi mengkonsumsi buah dengan cara lain seperti dijus terkadang membuat sebagian orang menjadi malas untuk melakukannya karena butuh proses lagi dalam membuat jus.
Pernahkah kamu menemui pedagang jus di pinggiran jalan? Yang penulis maksud adalah pedagang yang menawarkan jusnya dengan harga yang sangat terjangkau. Hanya dengan Rp 5.000,- saja kamu dapat merasakan kenikmatan jus yang kaya manfaat dan sehat bagi tubuh. Mungkin ini bisa menjadi solusi bagi manusia yang malas bikin jus sendiri di rumah karena alasan merepotkan.
Pada suatu sore yang cerah, penulis baru saja menyelesaikan mata kuliah di kampus. Ketika di perjalanan pulang menuju rumah kos, penulis mendapati sekumpulan anak muda yang tengah berjualan. Dari kejauhan nampak tulisan ‘Jus 5000’ tertulis di gerobak mereka. Hingga hati pun seolah terpikat akan harga yang begitu bersahabat dengan kondisi dompet saat itu. Lalu penulis memutuskan berhenti kemudian memarkirkan kendaraan di tempat yang aman. Ternyata harga satu cup jus memang benar Rp 5000,- dan jus wortel pun menjadi pilihan.
Setelah mendapatkan jus yang dipesan dan membayarnya lalu penulis pun meninggalkan tempat tersebut untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang. Setibanya di kosan, dengan tidak sabar penulis langsung menyeruput jus wortel yang baik untuk kesehatan mata itu. Terasa begitu segar dan nikmat hingga membuat semangat yang telah habis terkuras oleh padatnya kegiatan kuliah kembali terisi.
Dengan diitemani jus wortel, penulis coba membuka kembali beberapa catatan yang didapat ketika kuliah sore itu. Di setiap lembarannya, buku ini dipenuhi dengan coretan-coretan penuh arti. Membuka pikiran akan dunia yang begitu kejam. Tidak peduli rakyat miskin atau kaya semua dihadapkan dengan tantangan zaman yang tak pelak membuat setiap orang harus membekali diri dengan sejumlah persiapan guna menyongsong masa yang akan datang.
Hal tersebut membuat penulis terbayang betapa beratnya jalan yang akan dilalui dalam beberapa tahun ke depan. Bukan lagi persaingan dalam ruang kelas namun atmosfer perebutan tempat di kursi jabatan akan segera dirasakan. Dunia kerja. Seolah membuat siapa saja yang ingin mendapatkannya dituntut untuk berusaha sekuat mungkin jika tidak ingin menjadi pengangguran yang tersertifikasi (mahasiswa nganggur). Semakin dalam berfikir tapi belum juga menemukan jawaban dari persoalan. Tak terasa jus wortel pun sampai pada seruputan terakhir kedalam kerongkongan.
Keesokan harinya penulis kembali singgah di kedai jus yang sama untuk menghilangkan rasa haus dan letih. Hari ini jus yang diinginkan adalah jus mangga karena rasanya yang unik, manis dan asam menyatu dengan begitu serasi. Kemudian perhatian penulis tertuju kepada si penjual jus yang ternyata adalah pendatang dari kabupaten yang sama dengan penulis yaitu dari Aceh Selatan. Selidik punya selidik ternyata sekumpulan anak muda ini merantau ke Banda Aceh dengan misi untuk mengubah kondisi finansialnya agar menjadi lebih baik.
Berasal dari keluarga yang bukan orang kaya membuat mereka termotivasi untuk menjadi kaya.
“Kalau sudah kaya gak usah pengen kaya lagi, kalau belum kaya masih bisa bermimpi jadi orang kaya”. Mungkin itulah yang difikirkan saat ini. Mereka selalu berusaha maksimal dalam menjalankan bisnisnya. Konsistensi terhadap impian menjadi prioritas. Tak peduli malu atau gengsi bahkan lelah pun mereka ubah menjadi “Lillah (karena Allah)”.
Dengan anggota yang lebih dari dua orang maka mereka pun dapat membagi jadwal untuk jaga kedai sesuai dengan waktu yang disepakati. Setiap harinya para anak muda ini menyediakan berbagai macam jus yang sangat baik untuk kesehatan, karena kebutuhan tubuh manusia akan vitamin merupakan kebutuhan yang paling penting dalam menyeimbangi komponen-komponen lain yang masuk ke dalam tubuh.
Kekurangan vitamin dapat memicu terjadinya gangguan pada kesehatan. Misalnya kekurangan vitamin C seseorang dapat terserang flu, panas dalam dan melemahnya imunitas tubuh. Oleh karena itu dengan mengkonsumsi minimal satu hari satu jenis buah akan dapat mengurang resiko terkena penyakit.
Dalam menjalankan bisnis jusnya, para anak muda ini tak gentar akan adanya ancaman yang sering kali menjadi momok menakutkan bagi setiap wirausahawan muda yang ingin memulai usahanya. Bagi mereka kuncinya adalah melakukan inovasi dan memberikan good service kepada setiap pelanggannya agar menumbuhkan loyalitas pembeli terhadap mereka.
Upaya untuk menjaga kebersihan juga selalu diutamakan sehingga membuat pembeli merasa nyaman pada saat berada di kedai mereka. Alhasil, setiap hari kedai mereka dipenuhi oleh kumpulan manusia yang menjadi pembeli. Entah karena rasa jusnya yang enak ataukah penjualnya yang ganteng-ganteng seperti anggota boy band.
Sedikit banyaknya penulis mendapat pelajaran dari pedagang jus buah ini. Ilmu manajemen yang dipelajari dari berbagai referensi dan pemateri seperti telah diaplikasikan dalam usaha mereka. Bagaimana cara mereka membagi porsi tugas masing-masing, bagaimana mereka menjaga loyalitas pelangggannya, dan yang paling penting adalah bagaimana semangat mereka dalam berwirausaha.
Walau dengan penuh rintangan dan saingan, mereka tetap saja fokus dalam mencapai tujuan dan konsisten terhadap target.
Sepertinya inilah cara mereka dalam menjawab tantangan zaman yang terus menerus berkembang. Semakin sedikitnya lapangan pekerjaan tak membuat mereka malas bekerja, namun menciptakan lapangan kerja merupakan solusi yang paling tepat. Mereka tak harus saling menjatuhkan demi jabatan, dan tidak pula dibebankan dengan tuntutan untuk tampil elegan didepan atasan karena mereka lah para wirausahawan yang kelak menjadi bos dari orang lain.
Akhirnya penulis pun mendapat jawaban atas persoalan yang selama ini belum terselesaikan. Wirausaha, adalah salah satu jalan untuk menuju kesuksesan di masa depan. Tak perlu takut untuk mencoba karena sejatinya dengan mencoba akan membuka jalan kepada keberhasilan sehingga mampu menjawab tantangan zaman. []
Penulis adalah Rachmadi, mahasiswa S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Ar-Raniry. Penulis bisa dihubungi melalui 082360725991.