Penerjemahan Alquran ke Dalam Bahasa Aceh Rampung
Sumberpost.com | Banda Aceh – Penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Aceh kerja sama antara Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Acehsudah mencapai 100 persen.
Hal itu disampaikan ketua panitia, Abdul Rani Usman dalam Workshop Penerjemahan Al-Quran ke Dalam Bahasa Aceh, Rabu (29/11/2017) malam di Hotel Grand Nanggroe Banda Aceh.
Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Choirul Fuad Yusuf saat membuka acara mengatakan, penerjemahan merupakan peralihan bahasa dari bahasa asli (kalamullah) yakni dalam bahasa Arab ke dalam bahasa lain, ini dilakukan penerjemahan ke dalam bahasa Aceh.
Dia mengingatkan, dalam penerjemahan Alquran banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan, karena jika salah menerjemahkan maka akan salah dipahami oleh umat, sehingga efeknya sangat besar.
“Beberapa hal yang sangat penting dalam penerjemahan Alquran, di antaranya harus ada kecocokan, ketepatan serta relevansi dengan budaya, ketepatan menggunakan bahasa daerah sangat penting sehingga tidak terjadi kontroversi dalam pemehamannya,” ujarnya.
Choirul meminta dalam penerjemahan harus sangat hati-hati, karena Al-Quran yang enam ribu ayat lebih sangat luar biasa, di mana mengatur segala sesuatu dalam kehidupan di dunia ini. Intinya harus sangat hati-hati baik yang berkaitan dengan politik, budaya, muamalah dan lain sebagainya.
“Perlu fokus dan kehatia-hatian dalam menerjemahkan Alquran, karena sangat membahayakan jika terjadi kesilapan dan kesalahan menafsirkannya,” imbuh Choirul Fuad.
Dalam sambutan Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim menyampaikan terima kasih kepada Kemenag yang telah memberikan kepercayaan kepada UIN Ar-Raniry untuk memfasilitasi menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Aceh. Ini merupakan pekerjaan yang sangat mulia.
Selanjutnya kata Farid, UIN Ar-Raniry menunjukkan program ini kepada pusat penelitian UIN Ar-Raniry di bawah kepemimpinan A Rani Usman pada saat itu untuk menindaklanjuti program tersebut, dan hasilnya sudah nyata.
“Kepada penerjemah diharapkan fokus, walau ada kesibukan lain. Karena ini sangat serius dan harus dalam suasana nyaman, sehingga hasilnya maksimal. Jika salah menafsirkan makna maka akan melenceng pengertiannya, ini sangat membahahayakan,” ujarnya.
Farid mengharapkan, kepada para penerjemah ini agar namanya diabadikan, kita tahu yang dilakukan ini bukan pekerjaan mudah. Namun, hal yang paling penting adalah manfaat dari hasil terjemahannya nanti kepada anak-anak, generasi muda dan selanjutnya dapat menyelamatkan bahasa daerah yakni bahasa Aceh.
Ketua pantia, Rani Usman menyatakan bahwa penerjemahan Al-Quran telah rampung 100 persen, dalam workshop kedua ini untuk membahas segala sesuatu berkenaan dengan penerjemahan dan penafsirannya, selanjutnya hasil terjemahan nanti akan divalidasi oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu, baik tafsir, hadis, bahasa dan budaya. Hasilnya nanti akan dicetak oleh kementerian Agama RI. [Rilis]