Pembeda Antara Orang Saleh dan Ahli Maksiat Terletak pada Kemampuan Bertahan
Sumberpost.com | Banda Aceh – Setiap manusia punya potensi untuk berbuat maksiat. Baik itu orang-orang saleh maupun para ahli maksiat. Pembeda kedua tipe manusia ini hanya terletak pada kemampuan mereka bertahan saja.
“Jangan kira orang-orang saleh itu tak ingin bermaksiat. Mereka juga ingin, tetapi kemudian tidak diaktualisasikan karena kemampuan bertahan untuk tidak berbuat dosa,” kata Ustad Mursalin Basya saat memberikan tausiyah menjelang tarawih di Masjid Jami’ Kampus Kopelma Darussalam, Kamis (17/5/2018) malam.
“Orang-orang saleh ingin juga meneguk air tebu di siang hari saat Ramadhan, tetapi kemampuan bertahan dan kesabaran membuat mereka berbeda dengan para ahli maksiat,” tambah Ustad Mursalin.
Ia berujar, para ulama pun punya potensi yang sama untuk melakukan maksiat. Modal mereka hanya satu, mampu bertahan. “Para ulama itu sebenarnya cuma modal bertahan saja,” ungkapnya.
Inilah hakikat Ramadhan, kata Mursalin. Melatih umat Muslim bertahan dan sabar dari berbagai hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
“Umpama surga dan orang-orang yang mampu bertahan itu seperti puasa dan waktu berbuka. Ada kenikmatan yang luar biasa ketika mampu mengakhiri masa bertahannya,” kata Ustad Mursalin.
“Dan jangan lupa, selain berbuka ada pula yang namanya sahur. Di situ kita mempersiapkan diri untuk menghadapi puasa esok hari. Dan itulah umpama dunia. Dunia tidak boleh dilupakan, karena kita butuh bekal untuk mengahadapi akhirat,” tutupnya. []
Sara Masroni