Buku Ini Ajak Pembaca Kenali Islam Dari Perspektif Berbeda
Sumberpost | Banda Aceh – Buku dengan judul ‘Islam, Formalisasi Syariat Islam dan Post-Islamisme Aceh’ dibedah. Bedah buku tersebut berlangsung di Ruang Teater Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Senin (29/4).
Zahlul Pasya, selaku panitia dan salah satu penulis mengatakan acara ini mengajak mahasiswa untuk melihat Islam dari perspektif yang lain.
Lebih jelasnya, buku ini berusaha melihat Islam di Aceh tidak selalu hitam putih sebagaimana dalam Qanun, produk Islam di Aceh lahir dari tarik ulur kepentingan politik dan kontestasi antara kelompok Islamisme yang menghendaki formalisasi syariat Islam dengan kelompok yg sebaliknya, menganggap bahwa Aceh bagian dari NKRI dan sejatinya tidak boleh berbeda dengan daerah lain. Kenyataan inilah yg paling menonjol yang membawa kita pada kondisi Islam di Aceh seperti sekarang.
Acara tadi sebagai pelecut pikir bagi mahasiwa dalam memahami Aceh dan Islam. Jika selama ini, wacana Islam di Aceh diproduksi oleh pemerintah dan otoritas agama, nyatanya ada cara lain tuk melihat Islam, salah satunya lewat apa yg ditulis oleh anak-anak muda Aceh dalam buku ini,” ujarnya.
Tema Islam dipilih dikarenakan bagian paling sentral dari Aceh. Salah seorang penulis dalam buku tersebut, Zahlul Pasya mengutarakan bahwa di Aceh, apapun yang terjadi mulai dari kebijakan publik hingga fenomena alam sekalipun, selalu ditarik ke Islam.
“Tapi cara orang memahami dan mendekati Islam tidak satu. Ia amat beragam. Nah, keberagaman berislam itu yang hendak ditonjolkan dalam buku ini. Karenanya, Islam tidak melulu soal hubungan manusia dengan Tuhan. Manusia memperlakukan manusia harus pula dengan nilai-nilai Islam. Ini yg mau ditonjolkan,” jelasnya.
Buku dengan jumlah halaman kurang lebih 200-an itu diselesaikan akhir tahun 2018, dicetak dengan cara sukarela oleh penerbit lokal, Bandar Publishing (BP) di bulan Maret 2019. Adapun penulisnya berjumlah 20 orang. Dengan latar belakang rata-rata alumni pascasarjana Aceh, Jawa dan Australia.
“Penerbit lokal karena itu yang paling mudah diakses. Selain karen kenal dekat, juga karena buku ini dibuat secara gotong royong, hanya BP yang bersedia meneribtkan buku begini rupa,” jelas Zahlul.
Buku tersebut dibedah oleh Muhammad Alkaf, Rizkika Lhena, Teuku M Jafar, Ramli Cibro dan Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Buku ini menawarkan kompleksitas pemikiran di Aceh, sebut salah seorang pembedah, Alkaf. Senada dengan itu, Jafar menerangkan bahwa buku tersebut ditulis di tengah kemelut untuk melihat dengan jernih. []
Reporter: Adli Dzil Ikram