Cerita Melihat Khalut di Penghujung Ramadan
Sumberpost|Banda Aceh- Suasana di Dayah itu sepi. Bilik-bilik yang disekat dengan kain terlihat sepi dari luar. Cuaca pun cukup bersahabat hari itu. Langit begitu biru, matahari terik dan panas.
Saya menyaksikan dengan seksama orang-orang yang mengikuti khalut di Dayah Nurul Islam, Buloh Bereughang, Aceh Utara, Jumat, (31/5/2019). Sempat kebingungan siapa yang akan saya jadikan subjek setelah mendapat izin dari pimpinan Dayah memotret mereka yang mengikuti khalut.
Lantas, saya pun berkeliling ke sejumlah bilik. Sebelumnya saya mengenal dua nama, keduanya teman saya yang mengikuti khalut di sini. Saya menulis surat untuk keduanya dan meletakkannya di sandal mereka. Celakanya, saya lupa menulis nama, sehingga membuat mereka kebingungan. Hal itu saya ketahui ketika saya kembali setelah Ashar dan menerima surat balasan dari mereka; Ini Siapa? Tanya mereka.
“Ini Jumala, kamu ibadah saja dan jangan risau dengan kedatanganku yang juga membawa kamera,” balas ku.
Seperti diketahui, Khalut atau Khalwah ibadah ini dilakukan dengan cara mengasingkan diri, beribadah kepada Allah, memohon ampunan, meraih Taqwa dibulan Ramadan. Ibadah ini dimulai dari 15 syaban hingga akhir Ramadan. Aturan Khalwat ini tidak boleh bicara dan tidak boleh menampakkan wajah. Wajah harus ditutup kain atau sorban. Untuk berkomunikasi apa yang diinginkan dengan keluarga atau dengan siapa saja biasanya mengucapkan surat.
Pada akhir-akhir Ramadan, saya begitu iri melihat kekhusyukan peserta khalut beribadah. Mereka hanya diperbolehkan keluar dari bilik-bilik itu pada waktu salat berjamaah dan mandi saja. Saya pun masuk ke bilik-bilik tersebut, memotret mereka. Ada yang sedang membaca Al-Qur’an dan berzikir.
Saya memastikan setiap bagiannya bisa terekam oleh kamera saya. Begitulah, pengalaman yang bisa saya ceritakan. Tentu, deg-degan pasti ada, memotret momen spritual yang hanya ada setahun sekali.
Foto dan Naskah: Raudhatul Jumala