Runtuhnya Sekulerisme Turki dan Kebangkitan Setelahnya
Sekulerisme di Turki diperkenalkan pada tahun 1928 amendemen Konstitusi tahun 1924, yang dihapus ketentuan yang menyatakan bahwa “Agama Negara adalah Islam“. Negara sekuler juga memperlakukan semua penduduknya sederajat, dan menyatakan bahwa mereka tidak akan melakukan diskriminasi terhadap negara tertentu. Dan sekarang Turki menuju sebagai negara adi daya (super power) di panggung dunia yang pernah dipegang oleh seorang Khilafah Otsmaniyah.
Dahulu, Turki bahkan tidak memenuhi syarat sebagai bagian dari kelompok regional yang mempunyai pengaruh bagi dunia di masa depan, seperti Brasil, Rusia, India dan Cina. Tetapi Turki tetap berusaha keras menghadapi tantangan budaya Barat, yang telah masuk dan mempengaruhi akar budaya Turki yang Islam. Negeri yang dirubah menjadi republik sekuler oleh Kemal At-Turk, tetapi tetap tidak menghilangkan akar budaya Islamnya.
Di bawah sistem sekuler, ekonomi Turki bangkrut dan inflasi diatas dua digit, dan kondisi rakyatnya miskin, dan tidak adanya stabilitas politik. Turki tidak mampu berperan dalam skala internasional di tengah banyaknya persoalan negara-negara di dunia ketiga, bahkan juga Turki kehilangan kemampuan terbaiknya dalam mengurus dirinya sendiri. Kondisi ini dikarenakan kekayaan bangsa Turki hanya mengalir untuk para petinggi di Istanbul yang dikenal dengan Lord Istanbul yang menjadi penguasa negara tersebut.
Dengan sistem sekuler para petinggi istanbul yang terkoneksi dengan jaringan kapitalisme Internasional ini semakin leluasa menguras sedikit demi sedikit kekayaan bangsa Turki dengan membudayakan ekonomi kapitalis dan sistem riba dalam perbankan. Lord Istanbul yang dipelihara sejak di dalam era Mustafa Kamal Ataturk, dengan uang riba yang mereka peroleh dari kekayaan bangsa Turki dipakai untuk kepentingan pribadi, mereka bukan hanya menguasai ekonomi Turki, namun juga menguasai politik, pendidikan, hingga media massa.
Kendati demikian Turki adalah salah satu negara mayoritas muslim, yang berdiri di atas reruntuhan Byzantium, dan nampaknya dapat menjembatani tradisi Islam dan menjadi sentral baru bagi dunia islam, bahkan saat ini Turki duduk bersama dengan kekuatan dunia lainnya menghadapi masalah-masalah global.
Pada saat ini dapat kita lihat sejak Turki satu dekade silam berada di bawah kepemimpinan perdana menteri Receb Tayyip Erdogan yang kini telah menjabat sebagai Presiden Turki.
Kini Turki bangkit secara dramatis, Turki dapat bangkit dari masa kelamnya, berhasil meninggalkan masa lalu, dibawah rezim sekuler. Sekarang Turki menjadi kekuatan ekonomi keempat di Eropa. Di bawah naungan kepemimpinan Erdogan Turki menjadi gemilang dalam berbagai bidang, baik dalam ekonomi yang lancar, pendidikan, da n dalam bidang kemiliteran.
Sentral Baru Dunia Islam
Kini masyarakat dunia menilai bahwa Turki dibawah kepemimpinan presiden Recep Tayyip Erdogan telah menjadi sebuah negara sentral terbaru dunia Islam. Dimana pada saat ini Turki banyak berperan dan mengambil sikap dalam kejadian-kejadian yang menimpa umat islam. Dampak deklarasi Oki yang di adakan di Istanbul baru-baru ini akan membawa perubahan bagi dunia, dan beruntungnya dampak deklarasi oki ini bukan hanya menarik negara beragama islam bahkan negara minoritas pun ikut berpartisipasi.
Sebagai kekuatan politik yang terus mengalami kebangkitan, Turki tidak ragu-ragu lagi untuk menempatkan dirinya di tengah kontroversi besar, seperti pertolongan turki terhadap korban rohingya, pertolongan terhadap korban suriah, dan sikap tegas erdogan mencekam keputusan Donald Trump yang dinilai sangat fatal kesalahannya yang mengakui bahwa yerusallem adalah negara Israel.
Pada deklarasi Oki (Organisasi Kerjasama Islam) yang diadakan pada tanggal 13 desember 2017 di Istanbul dinilai menjadi sebuah sentral baru dunia islam, sebab masyarakat internasional mengikuti seruan erdogan untuk mencekam dan melawan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait atas pengakuannya bahwa Yerusalem adalah negara Israel. Dengan gabungan beberapa negara dunia tentu hal ini akan mendorong kekuatan yang besar untuk memboikot pernyataan Trump tersebut.
Turki dengan populasi penduduknya, dan dengan budayanya, serta latar belakang sejarahnya, yang pernah menjadi Khilafah, diperkirakan Turki akan segera berpeluang menjadi negara adi daya di masa depan. Ia memiliki ekonomi terbesar diantara 17 negara di dunia. Menurut proyeksi Goldman Sachs, ekonomi Turki dapat menembus 10 besar dunia, tahun 2050. Kekuatan ekonominya terus tumbuh dengan baik. Selanjutnya, setelah dalam beberapa dekade mendapat bantuani (NATO), militer Turki saat ini merupakan kekuatan regional terbesar di Timur Tengah dan masuk kedalam peringkat 8 Dunia dalam bidang kemiliteran nya yang bisa di bilang luar biasa mengerikan.
Kebangkitan Turki untuk menjadi sentral baru dunia islam tidak berarti telah mulus. Para Sekuler Turki telah merasa tidak nyaman dengan ekspresi lebih tegas dari para identitas Muslim, terutama jika didukung oleh kekuasaan negara. Turki mulai mengarahkan kebijakan politik luar negeri nya hingga ke Timur Tengah, dan ini dapat menggerogoti posisi Amerika Serikat, yang selama ini telah menjadi ‘Wadah’ di Timur Tengah. Politik di Timur Tengah secara tradisional selalu dibawah pengaruh Washington, dan tidak pernah berubah. Dan, sekarang Turki mencoba lebih mendekat kepada Timur Tengah, sebagai langkah untuk mengubah keseimbangan.
Sepertinya, pada abad ke-21, Turki yang awalnya dari pemerintahan otoriter, akan menuju demokrasi sambil memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi dan nilai-nilai sosial yang bersumber dari Islam, dan memiliki daya tarik yang cukup besar ke negara-negara di dunia berkembang yaitu dunia Islam. Bagaimanapun juga Turki telah mendapat dorongan sayap kanan Islam, dan hal ini membuat dunia Barat sangat kawatir tentang ancaman Islam fundamentalis baru yang muncul di tepi Eropa, di mana Turki, Iran dan Suriah telah menjadi trinitas jahat. Kelompok Neokons sangatlah panik dengan perubahan di Turki, yang sangat tidak ramah kepada Israel.
Diperikirakan saat ini bukan tidak mungkin kalau nantinya Turki akan melampaui negara-negara Eropa lainnya, yang sekarang ini bersaing dengan kekuatan baru. Turki memiliki kebesaran sejarah masa lalu, yang terus memompa semangat anak bangsanya, untuk kembali menguasai dunia, seperti yang pernah dilakukan para kakek moyang mereka,yaitu imperium Turki Otsmani.
Penulis : Fazril Khaliq, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry