Peran Penting Kebudayan Dalam Menjaga Demokrasi Negara
Sumberpost.com | Banda Aceh – Berbicara mengenai budaya, pasti erat kaitannya dengan aspek kehidupan sehari-hari yang kita kerjakan. Mungkin sudah menjadai rahasia umum, bahwa pengerti budaya sendiri ialah hasil cipta karya manusia. Jadi apa hubungannya dengan kita melestarikan budaya dalam menciptakan demokrasi di Negara Indonesia?
Zulfata, seorang pencetus Teori Agapolisme, ia juga sering menulis opini terkait demokrasi, budaya di berbagai surat kabar. Dalam diskusi kebudayaan pada acara Muswil 1 Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya dan Sastra Indonesia (ILMIBSI) Se-Sumatera yang bertema “Memperkuat Kebudayaan Sebagai Seni Memulihkan Manusia Menuju Kedamaian Bangsa” di Musium Teater, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin (25/11). Di tulisannya tentang “Negara (Tidak) Berkebudayaan” menceritakan bagaimana konsep budaya yang menjadi nilai dan realitas dalam upaya memanusiakan manusia, dan tidak terjebak pada membedakan manusia. Nah, jika pemahaman ini tidak mampu membukitikan keadaban bagi repukbliknya, maka bisa disebut negara tersebut adalah negara yang tidak berkebudayaan.
Jika dilihat dari prakteknya, sebuah negara cenderung menyatakan sikap bahwa ia adalah negara yang berdemokrasi dan menawarkan sejumlah harapan kesejahteraan palsu belaka. Namun dalam penerapannya, prinsip-prinsip demokrasi yang dijunjung tinggi tersebut, tidak di indahkan. Masyarakat menyampaikan aspirasi tidak direspon, mahasiswa demo dianggap ugal-ugalan, jadi dimana letak demokrasinya?.
Kembali lagi membahas mengenai Peran Kebudayaan Dalam Menjaga Demokrasi Negara. Pada kesempatan tersebut ia mengatakan, kebudayaan bisa hadir, karena kebutuhan manusia itu sendiri. Akan tetapi bisa hilangnya sebuah budaya, karena ulah manusia itu sendiri. Terkadang kita malu menampilkan identitas kita, asal kita darimana, budaya kita seperti apa, dikarenakan gengsi semata.
“Problem kebudayaan itu terletak pada manusia itu sendiri, karena kita malu menampilkan identitas kita, kita malu memadukan budaya kita dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
ia juga mendefinisikan, bahwa manusia yang berbudaya adalah ia yang mengimplementasikan budaya itu dalam kehidupannya sehari. Kita juga pasti sepakat kalau di Indonesia beragama suku dan budaya dari Sabang sampai Merauke.
Dengan banyaknya budaya di Indonesia, seharusnya kita lebih berani mempromosikan budaya kita sendiri. Kita tidak selalu mengikuti atau berkiblat pada buidaya barat, dan melupakan budaya kita sendiri. Kita sendiri pasti menyadari, jika kita menampilkan budaya kita sendiri orang asing atau para wisatawan lebih tertarik mengunjungi tempat kita.
Jika di lingkungan masyarakat, kita bisa saling bertukar budaya dengan budaya dari daerah lain. Mempermudah kita menjalin hubungan dan berkomunikasi. Sehingga budaya yang telah dikembangkan atau diperkenalkan nenek moyang kita di masa lalu, tidak akan hilang di telan zaman.
Reporter: Indra Wijaya