10 Februari 2020 Oleh Cut Della Razaqna Off

Peusijuek Masih Lestari

Sumberpost.com | Banda Aceh – Alunan musik terdengar, tamu undangan mulai memenuhi pekarangan rumah.

Sekelompok penari menyambut dengan tarian. Tari ranup lampuan, tari tradisional provinsi Aceh. Tarian yang dipakai untuk memuliakan tamu.

Sebagian undangan mulai mencicipi hidangan. Sementara ibu-ibu tokoh kampung melakukan suatu kegiatan yang menarik perhatian.

Tiga mangkuk kecil dengan isi berbeda dibawa ke arah pelaminan. Mangkuk pertama berisi tepung dan air, sementara mangkuk kedua padi dan beras serta mangkuk ketiga ketan beserta daun manek manoe (daun warna-warni).

Ketiganya merupakan perlengkapan untuk prosesi peusijuek atau tepung tawar, suatu tradisi turun-temurun di Aceh. Tradisi ini masih melekat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Bahkan, generasi milenial ikut melestarikannya.

Peusijuek berasal dari kata “sijuek” yang berarti “dingin”. Peusijuek dipercaya sebagai upacara tradisional simbolis yang dilakukan untuk memohon keselamatan dan ketenteraman dalam hidup dengan melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an, doa, dan selawat kepada Nabi Muhammad saw. Ayat-ayat yang dibaca berbeda tergantung jenis peusijuek.

Hampir sebagian adat Aceh disertai prosesi peusijuek. Baik upacara perkawinan, sunatan, memiliki kendaraan atau rumah baru, dan sebagainya.

Prosesi Peusijuek pada Pengantin

Konon masyarakat beranggapan, dengan melakukan ritual ini, setiap yang dilakukan akan mendapat keberkahan dab terhindar dari hal buruk. Hidup di zaman modern disertai penerapan Syariat Islam di Aceh tak membuat ritual ini hilang.

Sekilas, ritual seperti ini juga dilakukan oleh masyarakat Hindu. Hanya saja, masyarakat Aceh meyakini bahwa peusijuek yang mereka lakukan merupakan rangkaian dari doa dan tidak melenceng dari syariat.

Sebagaimana yang kita lihat di dalam masyarakat, peusijuek adalah suatu kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan. Pelaksanaan peusijuek biasanya dilakukan oleh tokoh masyarakat yang paham akan doa-doa yang dipanjatkan dan tata cara pelaksanaannya. Hal ini karena tradisi peusijuek dianggap sakral, sehingga harus dilakukan oleh orang yang paling mengerti tentang doa-doa dan prosesi dalam acara tersebut.

Apabila orang yang dipeusijuek adalah laki-laki, maka yang melakukannya adalah Teungku (orang yang paham ilmu agama), sedangkan apabila seorang perempuan maka yang melakukannya adalah seorang wanita yang dituakan oleh masyarakat.

Untuk melakukan tradisi ini, ada beberapa hal penting yang harus disediakan yaitu alat-alat serta bahan peusijuek, gerakan, dan doa.

Sementara perangkat dan bahan peusijuek biasanya terdiri dari talam, bu leukat (ketan), breueh pade (beras), teupong taweue (tepung yang dicampur air), oen sikuek-kuek (sejenis daun cocor bebek), manek manoe (jenis daun-daunan), naleueng tambo (sejenis rumput), calok (tempat cuci tangan) dan sangee (tudung saji).

Bagi masyarakat Aceh, setiap bahan Peusijuek ini memiliki filosofi dan arti khusus di dalamnya. Daun-daun yang digunakan tentunya memiliki manfaat sendiri, juga dianggap dapat menjadi obat.

Hindon adalah salah satu wanita yang dituakan oleh masyarakat gampoeng Jruek Balee, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar.

Ia mengatakan, sebenarnya peusijuek tidak wajib dilakukan, itu hanya sekadar adat atas dasar peninggalan zaman dulu yang sampai sekarang masih dilestarikan.

“Sebenarnya itu tak wajib, tetapi itu sudah adat kita,” katanya, Sabtu (21/12/2019).

Ia juga menerangkan, pengantin yang hendak menikah akan dipeusijuek terlebih dahulu. Mereka juga akan dimandikan dengan air yang berisi 47 macam daun-daunan. Pengantin (dara baro atau linto baro) dipeusijuek dengan harapan agar perkawinannya bahagia dan memperoleh keselamatan dalam kehidupan mereka.

“Tidak semua daun-daunan bisa digunakan untuk pemandian pengantin, seperti contohnya daun agu-agu tidak bisa, daun asam, daun abeung-abeung, dan daun glasang,” pungkasnya.

Sementara, wanita lain yang juga paham tentang peusijuek, Nurjamilah mengatakan, pengantin yang sudah duduk di pelaminan akan dipeusunteng. Ini adalah istilah Peusijuek untuk pengantin.

“Pengantin yang sudah duduk di pelaminan akan dipeusunteng,” katanya.

Ayat-ayat yang dibawakan dalam peusijuek pengantin adalah yang berkaitan dengan sakinah, mawaddah, warahmah. [ ]

Riska Zulfira