Gelak Tawa Dibalik KPM DRI UIN Ar-Raniry
Sumberpost.com | Banda Aceh – Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) merupakan salah satu syarat wajib bagi mahasiswa yang hendak menyelesaikan kuliahnya. KPM sendiri dapat dilakukan oleh setiap mahasiswa yang sudah menyelesaikan semua mata kuliah selain skripsi.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, KPM tahun ini tidak dapat dilakukan seperti biasanya karena pandemi Covid-19 yang menyebar cepat hingga ke Aceh.
Peristiwa ini mengisyaratkan agar kita sebagai manusia harus lebih kreatif lagi, terutama civitas akademika pendidikan.
KPM merupakan syarat wajib dan tetap harus dilakukan walau wabah sedang berlangsung. Untuk itu, KP2M UIN Ar-Raniry menciptakan terobosan baru yang disebut dengan Kuliah Pengabdian Masyarakat Dari Rumah Inovatif (KPM DRI).
KPM jenis ini dilakukan di desa sendiri dengan tetap menjaga jarak (sosial distanding) atau juga boleh dilakukan secara online dari rumah masing-masing.
Sama halnya seperti kegiatan KPM pada umumnya, tentu ada hal menarik dari KPM jenis ini yang mungkin saja terjadi.
Salah satunya seperti yang dialami kelompok 5 KPM Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry.
Kisahnya bermula ketika mahasiswa kelompok tersebut mengumpulkan tugas perencanaan program harian.
Di awal semuanya biasa-biasa saja, mahasiswa menyusun program secara online dan atau tatap muka secara terbatas.
Namun, kejadian tak terduga baru muncul di akhir program laporan. Rata-rata mahasiswanya merencanakan program perpisahan dengan geuchik dan masyarakat desanya sendiri.
Peristiwa ini terungkap pada 28/4/2020 setelah Sabirin selaku supervisior KPM kelompok tersebut menuliskan komentarnya di group WhatsApp usai memeriksa laporan rancangan kegiatan mahasiswanya.
“Rata-rata di akhir mengadakan kegiatan perpisahan dengan geuchik atau kepala kampung. Memangnya mau kemana? Kan itu kampung Anda,” ucapnya.
Menurutnya, acara perpisahan tidak perlu diadakan jika KPM dilakukan di desa sendiri, cukup melaporkan saja kepada Geuchik ketika masa KPM berakhir.
Selain itu, Peristiwa ini sontak mengundang gelak tawa dari dosen maupun maupun mahasiswa itu sendiri ketika ia menyadarinya.
Seperti halnya Candra Winanda salah seorang mahasiswa KPM yang mencanangkan perpisahan mengatakan ia mengikuti rancangan KPM sebelumnya.
“Saya mengikuti rancangan kegiatan KPM sebelumnya, saya kira ini juga penting dan akan terlihat lebih resmi,” jelasnya.
Di samping itu, Wahyu Majiah yang juga sekelompok dengan candra juga berencana mengadakan acara perpisahan sebagai bentuk ungkapan izin mengakiri KPM.
“Saya tidak tulis dalam rancangan kegiatan, tapi saya tetap mengadakan acara perpisahan terbatas di akhir KPM sebagai bentuk ungkapan izin mengakhiri KPM,” ungkapnya.
Walau kurang tepat untuk keadaan sekarang, beberapa mahasiswa berencana tetap melakukannya. Namun mereka membatasi keramaian dan tetap patuh pada protokol keamanan yang berlaku.
Tentunya tidak hanya mahasiswa kelompok ini saja, mahasiswa kelompok lain juga mengalami hal serupa.
Ini hanya salah satu contoh dari tingkah konyol yang dilakukan mahasiswa ketika melakukan kegiatan KPM DRI, tidak menutup kemungkinan munculnya kejadian baru yang lebih menarik.
Selain itu, peristiwa ini mengajarkan pelakunya agar lebih teliti dalam bertindak, pastikan memahami konsep kegiatan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. []
Penulis: Burnawi, Mahasiswa Program Studi Komunikasi Peyiaran Islam (KPI) UIN Ar-Raniry
Editor: Cut Della Razaqna